TUGAS
PSIKODIAGNOSTIKA
I R W A N T O
NIM. 16.310.410.1125)
Fakultas
Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
PENGERTIAN
PSIKODIAGNOSTIKA
Istilah
psikodiagnostik atau psikodiagnosis merupakan terjemahan dari istilah Psychodiagnostic. Istilah tersebut
dimunculkan pertama kali oleh Hermann Rorschach sebagai metode Psychodiagnostic
pada tahun 1921 yang kemudian di kenal dengan nama tes Rorschach. Adapun
beberapa pengertian yang di kemukakan para ahli adalah sebagai berikut : .
1. Psychodiagnostics (psikodiagnostika)adalah
studi mengenai kepribadian lewat penafsiram terhadap terhadap tanda-tanda
tingkah laku, cara berjalan, gerak isyarat, sikap, penampilan wajah, suara dan
seterusnya.[1]
2. Psikodiagnostik adalah
teknik –teknik untuk melakukan pemeriksaan
psikologis guna menemukan sifat-sifat yang mendasari kepribadian tertentu,
terutama yang mengarah pada kelainan-kelainan psikologis. Misalnya, rasa cemas,
fobia, apatis, dll. [2]
3. Psikodiagnostika merupakan
pemeriksaan psikologis dengan teknik atau alat tertentu yang telah
terstandardisir guna menemukan sifat-sifat yang melandasi perilaku atau
kepribadian individu. [3]
Adapun istilah-istilah dalam psikodiagnostik adalah :
1. Diagnosa.
Chaplin: Diagnosa is determinication of the nature of an abnormality
or diaseases. (menentukan keadaan jiwa sekarang).
Diagnosa: suatu ilmu pengetahuan untuk mengetahui,
mengenal hal-hal yang berhubungan dengan kejiwaan seseorang.
2. Asesmen
1. Menurut
Robert M smith (2002)
asesmen adalah suatu penilaian yang komprehensif dan
melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hasil
keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang di butuhkan anak
sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.
2. Menurut
lidz (2003)
proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil
psikologis yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala, kelebihan
dan kekurangan, [4]
Secara
garis besar Asesmen adalah mengumpulkan informasi yang akan di gunakan sebagai
alat ukur yang selanjutnya di gunakan untuk mengenali dan menyelesaikan masalah yang
dialami oleh testii.
3. Appraisal
Secara umum arti dari pada Apparsial adalah pemberian
nilai, (angka/rating) dan penilaian (assasmen) yang selanjutnya hasil dari
appraisal akan di gunakan untuk memperkuat data guna mengetahui gangguan
psikologis dari klien dan selanjutnya bisa di perkirakan metode tes/terapi apa
yang cocok untuk klien tersebut.
4. Measurement
Measurement
adalah pengukuran. Nama ini biasa di gunakan dalam pemeriksaan dalam psikometri.
Pada dasarnya ke empat istilah dari
psikodiagnostik ini adalah sama, tergantung tester membuat klien merasa nyaman
dengan menggunakan metode-metode di atas sesuai waktu dan kondisi yang pas dan
sesuai.
PEMAHAMAN TES PSIKOLOGI
Tes
psikologis merupakan sebuah alat untuk mendapatkan manfaat yang dapat diberikan
oleh tes. Alat apapun dapat menjadi instrumen untuk melakukan hal baik dan
buruk tergantung bagaimana cara instrument itu di gunakan. Maka dari itu tes
psikologis pada dasarnya adalah alat ukur yang objektif dan di bakukan atas sampel perilaku tertentu. Adapun
fungsi-fungsi tes secara umum adalah untuk mengukur perbedaan – perbedaan
reaksi individu yang sama terhadap berbagai situasi yang berbeda- beda. [5]
Adapun
para ahli mengkatagorikan tes-tes tersebut. Diantaranya :
1. Drenth
(1965) memberikan deskripsi menyeluruh mengenai kategori tes dalam dua
kategori, yaitu :
A. Tes
kemampuan/prestasi. Yang di bagi lagi menjadi 5. Yaitu
a.
Tes Kecerdasan Umum (TKU) / Bakat Tunggal.
Terdiri :
1.
TKU individual untuk anak.
2.
TKU Individual untuk dewasa.
3.
TKU kolektif untuk anak
4.
TKU kolektif untuk dewasa
b.
TKU bentuk jamak, ada 2 macam. Yaitu :
1.
Baterai tes kesadaran
2.
Baterai tes bakat
c.
Tes Kemampuan Khusus (TKK):
1.
Tes kecerdasan khusus
2.
Tes bakat khusus
3.
Tes bakat kerja khusus
d.
Tes Non-Intelektual
1.
Tes Motorik dan waktu Reaksi
2.
Tes Daya Konsentrasi
3.
Tes Estetis.
e.
Tes Kemajuan Belajar/Prestasi :
1.
Tes Pengetahuan
2.
Tes Ketrampilan (skill), Fluency.
B. Tes
Tingkahlaku (Performance test) :
a.
Metode Observasi
1.
Tes observasi
2.
Skala Observasi
3.
Metode Observasi kelompok.
b.
Metode Inventori
1.
Tes Minat (Interse).
2.
Tes Sikap dan Nilai
3.
Inventori Kepribadian
4.
Teknik Inventori Khusus.
c.
Tes Pola Tingkahlaku:
1.
Tes Organisasi
2.
Tes Kualitatif tingkahlaku motorik
3.
Tes Kualitatif untuk kecerdasan.
4.
Metode Pengukuran Gaya Tingkahlaku.
d.
Metode/Tes Proteksi, meliputi :
1.
Metode Persepsi
2.
Metode Interpretasi
3.
Metode Konstruksi
4.
Metode Ekspresi
5.
Metode Asosiasi
6.
Metode Pilihan.
Masih
banyak lagi beberapa ahli yang mengklasifikasikan tes-tes psikologi selaion
Drenth, seperti Kouwer (1952), Cronbach (1969), Cattel (1963), Herman Witkin
(1977) dan lainnya yang mengatagorikan tes tersebut dari sudut pandang yang
lain. [6]
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PSIKOTES
Banyak
sekali faktor-faktor yang dapat mempengarushi hasil dan proses pada saat
melakukan asesmen. Dan faktor tersebut menimbulkan beberapa masalah. Di
karenakan psikodiagnostik itu berhadapan dengan manusia hidup yang memiliki
kemerdekaan dan kepribadian manusia sendiri yang selalu berubah-ubah. Maka,
tidak mustahil bila terjadi banyak permasalahan dalam psikodiagnostik.
Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Dari
segi kliennya:
a.
Kepribadian klien ada yang abnormal ada yang
normal.
b.
Kesalahan persepsi klien, ada yang tidak
percaya, dan adanya prasangka-prasangka tertentu.
c.
Kejujuran klien, ada klien yang jujur dan ada
klien yang tidak jujur.
d.
Kapasitas klien, sangat bervariasi
e.
Pengalaman klien yang juga bervariasi.
2. Bersumber
pada situasi dan lingkungan.
a.
Masalah waktu pelaksanaan pemeriksaan
psikologis di upayakan tidak terganggu, maka perlu penjadwalan yang tertib.
b.
Tempat pelaksanaan perlu pengaturan yang
rapi.
c.
Fasilitas-fasilitas yang tersedia, meliputi
penerangan (lampu), ventilasi dan alat-alat lainnya.
d.
Polusi atau pencemaran. Mmisalnya polusi
udara, bau, debu dan polusi suara.
3. Bersumber
pada fasilitas, misalnya tersedia tidaknya macam-macam tes, inventori dan skala
yang diperlukan.
4. Bersumber
pada psikolognya sendiri, misalnya :
a.
Kepribadian psikolog, introvert atau
ekstraver.
b.
Kapasitas psikolog, mampu atau kurang mampu.
c.
Pengalaman psikolog, sudah banyak pengalaman,
atau baru sedikit atau baru sama sekali.
d.
Nilai dan moral psikolog, tinggi moralnya
atau memiliki cacat moral.
5. Bersumber
pada keadaan biologis dan fisiologisnya. Seperti lapar, sakit, dan lainnya.
Dan masalah-masalah lainnya yang tidak terduga timbulnya
seperti dalam permasalahan psikodiagnostik meliputi :
a.
Apa yang harus diukur untuk mendapatkan
deskripsi mengenai kepribadian individu (diagnostic kepribadian). Dalam masalah
ini pengetahuan mengenai fungsi-fungsi psikologis dan ilmu-ilmu yang lain yang
berkaitan dengan psikologi misalnya sosiologi, antropologi, kesehatan, biologi
dan lainnya yang berhubungan dengan pemeriksaan juga harus harus juga dapat di
kuasai oleh psikolog.
b.
Bagaimana menjaring aspek-aspek kepribadian
melalui penyelenggaraan pemeriksaan psikologik yang sistematis dan objektif.
Mencakup metode, proses, cara-cara pemeriksaan dan keahlian serta keterampilan
dalam interpretasi hasilnya.
c.
Manfaat psikodiagnostik akan Nampak nyata,
jika psikolog sampai pada suatu akhir pemeriksaan ddapat memberikan deskripsi
kepribadian dengan menginterpretasikannya ke masa depan demi kesejahteraan
subjek yang diperiksa.
Karena
psikodiagnostik mempunyai permasalahan yang luas dan penuh resiko serta
tanggung jawab. Karena menyangkut eksistensi manusia, maka jelas sekali perlu
adanya suatu ketaatan dalam pemeriksaan psikologik dengan mengikuti
persyaratan-persyaratan yang berlaku dan diatur dala suatu kode etik psikologi.[7]
ADMINISTRASI
TES PSIKOLOGI
Administrasi
tes adalah urutan penyelenggaraan atau pelaksanaan pengetesan dari awal sampai
akhir dengan laporan tulisan secara lengkap. Dalam laporan tersebut sudah termasuk
interpretasi dan kesimpulan hasil pengetesan, bahkan sudah di sertai dengan
rekomendasinya. Urut-urutan administrasi tes adalah sebagai berikut
A. Tes
kelompok. Persiapannya meliputi :
1.
Menetapkan jumlah subjek yang mau dites.
2.
Menyiapkan ruangan dan perlengkapan yang
diperlukan dalam pengetesan.
3.
Menyiapkan buku tes dan segala
perlengkapannya.
B. Pelaksanaannya
:
1.
Subjek di suruh masuk ruang tes dan duduk di
kursi yang telah disiapkan.
2.
Testor mengucapkan selamat datang dan
terimakasih kepada subjek yang telah mengikuti tes.
3.
Asiten membagi lembar jawaban dan segera
subjek menuis identitasnya pada lembar jawaban.
4.
Setelah lembar jawaban diisi maka buku tes di
bagikan kepada subjek dalam keadaan tertutup.
5.
Setelah subjek menerima buku tes maka testor
menyuruh subjek membuka halaman petunjuk.
6.
Psikolog membacakan petunjuk tes dengan jelas
sampai selesai. Jika ada yang belum jelas dapat di ulangi kembali.
7.
Jika sudah jelas semuanya mengenai petunjuk
tadi maka subjek di suruh mengerjakan soal-soal tes tersebut.
8.
Jika waktu tes sudah habis, maka testor
memberi komando untuk berhenti mengerjakan.
9.
Asisten mengumpulkan lembar jawaban dan buku
tes.
10.
Satu subtes sudah selesai, setelah istirahat
5 menit, diteruskan tes berikutnya
dengan cara yang sama seperti yang pertama.
11.
Jika buku tes terdiri dari beberapa subtes
yang harus dikerjakan berurutan. Maka selesai subtes yang pertama segera di
susul dengan subtes berikutnya sampai selesai.
12.
Jika subjek yang dites terdiri dari beberapa
kelompok, misalnya dari sekolah negeri dan swasta, putra dan putri, maka
pekerjaan tes perlu dikelompokkan masing-masing.
C. Tahap
penyekoran hasil tes.
1.
Untuk menyekor (megoreksi) pekerjaan tes,
perlu disiapkan kunci jawabannya masing-masing subtes.
2.
Tiap lembar pekerjaan diskor dan jumlah skor
yang benar di tulis di baris tertentu yang telah ditetapkan dilembar jawaban.
3.
Seluruh hasil penyekoran kemudian dimasukkan
dalam daftar skor menurut kelompoknya masing-masing.
4.
Jika ada tulisan skor yang ragu-ragu, perlu
dikoreksi lagi.
5.
Jika daftar skor telah selesai diisi maka
siap untuk diproses selanjutnya.
D. Tabulasi
Skor (data)
E. Tahap
analisis skor tes
F. Konversi
skor mentah ke skor standar
G. Penggolongan
dan interpretasi skor.
H. Membuat
laporan pemeriksaan psikologis sebagai sarana untuk mengomunikasikan data.
Hasil-hasil interpretasi dari masing-masing data diorganisir dan disistematisir
kemudian di simpulkan menjadi pemahaman mengenai kebutuhan klien.dan laporan
ini disebut Psychological repport dengan
syarat :
1.
Kejelasan laporan (clarify of repport)
2.
Relevan dengan tujuannya (relevance to goal)
3. Kemanfaatan
laporan (usefulness of report)[8]
PERTIMBANGAN
SOSIAL DAN ETIKA DALAM PELAKSANAAN PSIKOTES
Sebagai ahli psikodiagnostik tidaklah
bebas mutlak untuk melaksanakan pemeriksaan psikologis, walaupun ia cukup
kompeten, ahli dalam apparatus tes tetapi seorang psikolog harus mempunyai
tanggung jawab moral pada etika di bidang psikologi pada umumnya. Betapapun
baiknya alat tes, jika pemakainya tidak ahli maka tes tersebut tidak ada
artinya. Bahkan dapat menimbulkan dampak yang negative.
Di Indonesia kode etik Psikologi
masih dalam penjajagan kemungkinan dan pelaksanaan. Secara yuridis formal belum
ada keputusan mengenai etika psikologi. Tetapi dari para ahli psikologi telah
ada semacam konsessus dan bidang lainnya yang bekerja sama dengan ahli
psikologi. Guna memperlancar penyelenggaraan pemeriksaan psikologis dan
kewenangannya.
Sikap dan perilaku seorang ahli
psikodiagnostik tidak beleh sembrono, lalai dan sembarangan. Masalah ini
berkaitan dengan etika pengetesan, relasi atau hubungan, antara pemeriksa dan
subjek yang diperiksa melalui sebuah hubungan yang baik dan akrab. Kouwer
memberi gambaran mengenai sikap dan laku psikolog dalam pemeriksaan melalui
bahasan fungsi dan tujuan tes. Yaitu :
A. Etika
dalam tes prediksi
1.
Pembatasan dalam pengetesan ini hanya pada
aspek yang dikuantitatifkan.
2.
Yang diukur bukan hanya klien tetapi fakta
objektif yang berhubungan dengan klien.
3.
Sikap dan pemeriksaan adalah sikap teknis,
praktis dan pragmatis dalam membahas hasilnya.
4.
Bahasan hasil adalah rasional dan aspek
emosional harus dilupakan.
B. Etika
dalam tes mendiskripsikan.
1.
Yang diperhatikan bukan klien(subjektif),
tetapi kareakter, sifat-sifat yang khas, yang dianggap sebagai sebab
perilakunya,
2.
Berlaku pula persyaratan etika tes prediksi.
3.
Psikolog memberi nasihat sesuai norma yang
berlaku.
4.
Pendapat pribadi adalah sentral, pemeriksa
tidak melakukan pendekatan teknik, tapi mencari solusi yang menurut dirinya
baik.
C. Etika
dalam tes menemukan diri.
1.
Psikolog tidak boleh mengambil sebagian dari
permasalahan subjek yang diperiksa.
2.
Tidak boleh mengambil/mengalihkan tanggung
jawab permasalahan klien.
3.
Psikolog mempunyai pandangan bahwa subjek
dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri serta bertanggung jawab atas
alternative solusi masalah yang telah dipilihnya.
4.
Pertolongan yang diberikan pemeriksa hanya
terbatas memberi kemungkinan untuk solusi masalahnya.
Hubungan antara psikolog dank lien tetap hubungan
manusiawi saling menghormati, menjaga dan menghargai. Yaitu :
1. Tidak
menganggap subjek sebagai pasien atau penderita yang membutuhkan pertolongan.
Tetapi sebagai manusia yang memiliki harga diri, keinginan tertentu dengan
menghargai latar belakang agama, politik, dan lingkungan sosial.
2. Menjaga
rahasia pribadi subjek.
3. Melakukan
diagnose dengan penuh hati-hati.
4. Dengan
penuh simpati berusaha memahami kesukaran dan kesulitan subjek.
5. Menciptakan
rasa aman bagi subjek yang diperiksa selama pemeriksaan berlangsung. [9]
[1]
Kartini, Kartono, 1999. Chaplin. Hal
395
[2]
Ki fudyartanta. 2009. Pengantar Psikodiagnostik.
Yogyakarta : Pustaka pelajar.
Hal : 6
[3]
TA. Prapanca Hary. 2013. Modul materi
PSIKODIAGNOSTIKA. Fakultas Psikologi UTY. Hal : 1
[4]
http//pengertian asesmen/UnsilSter Blog.com
[5]
Anastasi, A. & Susana, U. 1997. Tes
Psikologi, edisi ketujuh. Jilid I. Robertus HarionoS, Imam. Jakarta.
Prenhalindo. Hal: 2-4
[6]
Fudyartanta,Ki. 2009. Pengantar Psikodiagnostik.
Yogyakarta : Pustaka pelajar. Hal : 36-42
[7]
Fudyartanta,Ki. 2009. Pengantar Psikodiagnostik.
Yogyakarta : Pustaka pelajar. Hal : 97-99
[8]
Fudyartanta,Ki. 2009. Pengantar Psikodiagnostik.
Yogyakarta : Pustaka pelajar. Hal : 69-81
[9]
Fudyartanta,Ki. 2009. Pengantar Psikodiagnostik.
Yogyakarta : Pustaka pelajar. Hal : 118-120
0 komentar:
Posting Komentar