JUDUL ARTIKEL PERTAMA: EPIDEMILOGI BUNUH DIRI
I R W A N T O
NIM. 16.310.410.1125)
Dosen Pembimbing. Wahyu Widiantoro, S.Psi, MA.
MATA
KULIAH: PSIKOLOGI ABNORMAL
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Secara umum, bunuh diri berasal dari
bahasa Latin “suicidium”, dengan “sui” yang berarti sendiri dan “cidium”
yang berarti pembunuhan.Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah
perilaku pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh seorang
individu yang memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik dari sebuah isu. Dia
mendeskripsikan bahwa keadaan mental individu yang cenderung melakukan bunuh
diri telah mengalami rasa sakit psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan
lama sehingga individu melihat bunuh diri sebagai satu-satunya penyelesaian
untuk masalah yang dihadapi yang bisa menghentikan rasa sakit yang dirasakan (Yuniarsa,
2013).
Dari aliran eksistensial, Baechler
mengatakan bahwa bunuh diri mencakup semua perilaku yang mencari penyelesaian
atas suatu masalah eksistensial dengan melakukan percobaan terhadap hidup
subjek. Sebuah
kematian bisa disebut bunuh diri, maka harus disertai adanya intensi untuk
mati. Meskipun demikian, intensi bukanlah hal yang mudah ditentukan, karena
intensi sangat variatif dan bisa mendahului , misalnya untuk mendapatkan
perhatian, membalas dendam, mengakhiri sesuatu yang dipersepsikan sebagai
penderitaan, atau mengakhiri hidup. Menurut
Shives, R. (2008) bunuh diri memiliki
4 pengertian, antara lain:
- Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
- Bunuh diri dilakukan dengan intensi
- Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
- Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.
Berdasarkan beberapa definisi di atas,
dapat dikatakan bahwa bunuh diri secara umum adalah perilaku membunuh diri
sendiri dengan intensi mati sebagai penyelesaian atas suatu masalah. Memiliki sedikit definisi yang berbeda,
percobaan bunuh diri dan bunuh diri yang berhasil dilakukan memiliki hubungan
yang kompleks.
Hal tersebut dikarenakan adanya interaksi dan komorbid antara etiologi kedua
perilaku tersebut.Di samping itu, kebanyakan pelaku bunuh diri melakukan
beberapa percobaan bunuh diri sebelum akhirnya berhasil bunuh diri (Kaplan
& Saddock, 2005). Penulis mendefinisikan
percobaan bunuh diri sebagai sebuah situasi dimana seseorang telah melakukan
sebuah perilaku yang sebenarnya atau kelihatannya mengancam hidup dengan
intensi menghabisi hidupnya, atau memperlihatkan intensi demikian, tetapi belum
berakibat pada kematian. Secara
umum, metode bunuh diri terdiri dari 6 kategori utama yaitu:
- obat (memakan padatan, cairan, gas, atau uap)
- menggantung diri (mencekik dan menyesakkan nafas)
- senjata api dan peledak
- menenggelamkan diri
- melompat
- memotong (menyayat dan menusuk)
Banyak instrument yang bisa dipakai untuk menentukan resiko klien melakukan bunuh diri diantaranya dengan SAD
PERSONS:
NO
|
SAD PERSONS
|
Keterangan
|
1
|
Sex (jenis kelamin)
|
Laki laki lebih komit melakukan
suicide 3 kali lebih tinggi dibanding wanita, meskipun wanita lebih sering 3
kali dibanding laki laki melakukan percobaan bunuh diri
|
2
|
Age ( umur)
|
Kelompok resiko tinggi : umur
19 tahun atau lebih muda, 45 tahun atau lebih tua dan khususnya umur 65 tahun
lebih.
|
3
|
Depression
|
35 – 79% oran yang melakukan
bunuh diri mengalami sindrome depresi.
|
4
|
Previous attempts (Percobaan
sebelumnya)
|
65- 70% orang yang melakukan
bunuh diri sudah pernah melakukan percobaan sebelumnya
|
5
|
ETOH ( alkohol)
|
65 % orang yang suicide adalah
orang menyalahnugunakan alkohol
|
6
|
Rational thinking Loss ( Kehilangan berpikir
rasional)
|
Orang skizofrenia dan dementia lebih sering
melakukan bunuh diri disbanding general populasi
|
7
|
Sosial support lacking ( Kurang
dukungan social)
|
Orang yang melakukan bunuh diri
biasanya kurannya dukungan dari teman dan saudara, pekerjaan yang bermakna
serta dukungan spiritual keagaamaan
|
8
|
Organized plan (perencanaan yang teroranisasi)
|
Adanya perencanaan yang spesifik terhadap bunuh diri
merupakan resiko tinggi
|
9
|
No spouse ( Tidak memiliki pasangan)
|
Orang duda, janda, single adalah lebih rentang
disbanding menikah
|
10
|
Sickness
|
Orang berpenyakit kronik dan terminal beresiko
tinggi melakukan bunuh diri.
|
Sumber: (Carpenito, L. J, 2008)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan anamnesa adalah:
a.
Tentukan tujuan
secara jelas. Dalam melakukan anamnesa, perawat tidak melakukan
diskusi secara acak, namun demikian perawat perlu melakukannya anamnesa yang
fokus pada investigasi depresi dan pikiran yang berhubungan dengan bunuh diri.
b.
Perhatikan
signal/tanda yang tidak disampaikan namun mampu diobservasi dari komunikasi non
verbal. Hal ini perawat tetap memperhatikan indikasi terhadap
kecemasan dan distress yang berat serta topic dan ekspresi dari diri klien yang
di hindari atau diabaikan.
c.
Kenali diri
sendiri. Monitor dan kenali reaksi diri dalam merespon klien, karena hal ini akan
mempengaruhi penilaian profesional.
d.
Jangan terlalu tergesa-gesa dalam melakukan anamnesa.
Hal ini perlu membangun hubungan terapeutik yang saling percaya antara perawat dan klien.
e.
Jangan membuat
asumsi. Jangan membuat asumsi tentang pengalaman masa lalu individu mempengaruhi
emosional klien.
f. Jangan menghakimi, karena apabila
membiarkan penilaian pribadi akan membuat kabur penilaian profesional (Duran,
V. Mark & Barlow, David H, 2007).
Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian, adalah sebagai berikut:
(1) Riwayat masa lalu:
*
Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri.
*
Riwayat keluarga terhadap bunuh diri.
*
Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan
skizofrenia.
*
Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.
* Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline,
paranoid, antisosial.
*
Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka.
(2) Symptom yang menyertainya
Apakah klien mengalami:
ü Ide bunuh diri
ü Ancaman bunh diri
ü Percobaan bunuh diri
ü Sindrome mencederai diri sendiri
yang disengaja
Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan,
ketidakberdayaan dan anhedonia dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait
dengan resiko bunuh diri (Kring, Ann, M., Johnson,
Sheri, L., Davison, Gerald, C., & Neale, John., M, 2010). Bila individu menyatakan memiliki
rencana bagaimana untuk membunuh diri mereka sendiri. Perlu dilakukan penkajian
lebih mendalam lagi diantaranya:
Ø Cari tahu rencana apa yang sudah
di rencanakan
Ø Menentukan seberapa jauh klien
sudah melakukan aksinya atau perencanaan untuk melakukan aksinya yang sesuai dengan
rencananya.
Ø Menentukan seberapa banyak waktu
yang di pakai pasien untuk merencanakan dan mengagas akan suicide.
Ø Menentukan bagaiamana metoda yang
mematikan itu mampu diakses oleh klien.
Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan
pengkajian tentang riwayat kesehatan mental klien yang mengalami resiko bunuh
diri (Richard P. Halgin
& Whitbourne, 2011):
a.
Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik
b.
Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy
klien
c.
Mempertahankan
ketenangan, suara yang tidak mengancam dan mendorong komunikasi terbuka.
d.
Menentukan
keluhan utama klien dengan menggunakan kata-kata yang dimengerti klien
e.
Mendiskuiskan
gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat pengobatannya
f.
Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi
g.
Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan
h.
Peroleh riwayat penyakit fisik klien
Berikut beberapa faktor penyebab bunuh
diri yang didasarkan pada kasus bunuh diri yang berbeda-beda tetapi memiliki
efek interaksi di antaranya:
1.
Major-depressive
illness, affective disorder
2.
Penyalahgunaan obat-obatan (sebanyak
50% korban percobaan bunuh memiliki level alkohol dalam darah yang positif)
3.
Memiliki pikiran bunuh diri, berbicara
dan mempersiapkan bunuh diri
4.
Sejarah percobaan bunuh diri
5.
Sejarah bunuh diri dalam keluarga
6.
Isolasi, hidup sendiri, kehilangan
dukungan, penolakan
7.
Hopelessness dan
cognitive rigidity
8.
Stresor atau kejadian hidup yang
negatif (masalah pekerjaan, pernikahan, seksual, patologi keluarga, konflik
interpersonal, kehilangan, berhubungan
9.
Kemarahan, agresi, dan impulsivitas
10.
Rendahnya tingkat 5-HIAA
11.
Key symptoms (anhedonia,
impulsivitas, kecemasan / panik, insomnia global, halusinasi perintah)
12.
Suicidality (frekuensi,
intensitas, durasi, rencana dan perilaku persiapan bunuh diri)
13.
Akses pada media untuk melukai diri
sendiri
14.
Penyakit fisik dan komplikasinya
15.
Repetisi dan komorbid antara
faktor-faktor di atas (Gerald C. Davidson
dkk, 2010).
Hal yang bisa kita lakukan untuk
menolong orang yang ingin bunuh diri:
·
Jadi pendengar yang
baik
Cobalah
jadi pendengar yang baik. Dalam
banyak kasus, orang yang ingin bunuh diri biasanya menarik diri dan tertutup.
Cobalah mendekatinya dan sadarilah bahwa kepedihan atau keputusasaan yang
sedang ia rasakan benar-benar nyata (Stuart, G. W and Laraia, 2005). Coba secara halus
menyebutkan bahwa Anda melihat beberapa perubahan sikap dan perilakunya
sehingga dapat menggerakkan dia untuk membuka diri dan mencurahkan perasaannya
kepada Anda.
·
Berempati
Coba
dalami perasaannya, dan katakan bahwa ia sangat berarti untuk Anda maupun orang
lain. Jika ia bunuh diri, hal ini akan membuat Anda hancur dan orang lain juga.
·
Jauhkan benda
berbahaya
Jauhkan
darinya benda berbahaya apapun yang bisa menjadi alat untuk bunuh diri.Pelaku
bunuh diri biasanya melihat banyak alat yang tersedia di sekitarnya membuatnya
memantapkan tekad untuk bunuh diri. Misalnya tali, pisau, cutter atau bahkan
senjata api.
·
Minta bantuan medis
Untuk
kasus yang sudah cukup ekstrem, segeralah memanggil bantuan medis untuk
menangani masalahnya. Misalnya sudah terjadi gangguan mental yang serius, Anda
bisa segera menggunakan bantuan medis seperti psikiater atau rumah sakit jiwa
yang tahu cara terbaik menanganinya (Varcarolis, E. M, 2000).
Berikut ini tanda-tanda yang umumnya
terjadi bagi seseorang yang kemudian mengambil tindak bunuh diri:
a. Mengasingkan
diri dari lingkungan sosial. Mereka biasanya mulai bersikap tertutup dan
menyendiri.
b. Kebiasaan
makan dan tidur yang berubah.
c. Sikap
dan perilaku berubah. Misalnya dulu penurut, tiba-tiba jadi pembangkang.
d. Mulai
sering terlibat dalam kegiatan yang membahayakan kehidupan seperti tidak lagi
takut mati.
e. Sering
menyalahkan diri sendiri dan merasa tidak berharga.
f. Sering
mengungkapkan secara langsung maupun tersirat bahwa ia ingin mati saja.
g. Pernah
melakukan percobaan bunuh diri. Ini merupakan tanda yang cukup serius.
Untuk kasus yang sudah cukup ekstrem,
segeralah memanggil bantuan medis untuk menangani masalahnya. Misalnya sudah
terjadi gangguan mental yang serius, Anda bisa segera menggunakan bantuan medis
seperti psikiater atau rumah sakit jiwa yang tahu cara terbaik menanganinya (Fausiah, F., & Widury,
J, 2008). Beberapa
tanda niat bunuh diri antara lain:
a. Bicara
tentang bunuh diri, seperti: “seandainya saya tidak pernah dilahirkan”, “saya
lebih baik mati saja”, “jika saya masih ketemu kamu lagi”.
b. Mencari
alat bantu bunuh diri, seperti senjata, tali, obat, racun tikus.
c. Perhatiannya
tertanam pada hal hal kematian, seperti: pikirannya secara berlebihan tertuju
pada masalah mati, kematian atau kekerasan. Menulis puisi atau cerita tentang
kematian.
d. Tidak
ada lagi masa depan, perasaan tidak ada lagi yang bisa menolong, tidak ada lagi
jalan keluar, tidak ada harapan, perasaan bahwa tidak akan bisa lagi bertambah
baik atau berubah.
e. Benci
kepada diri sendiri, merasa dirinya tidak berharga, malu, bersalah. Merasa
bahwa orang sekitarnya akan merasa lebih baik bila dirinya mati.
f. Mempersiapkan
kepergiannya, seperti membuat surat wasiat, memberikan barang berharga kepada
seseorag, membuat pengaturan soal keluarganya.
g. Mengucapka
selamat tinggal dengan cara mengunjungi, menelpon atau menulis email
kepada saudara atau teman untuk mengucapkan selamat tinggal. mengucapkan kata
kata kepada kawan atau teman bahwa mereka tidak akan ketemu lagi.
h. Menyendiri,
tidak ingin ketemu orang atau tidak ingin bergaul, ingin menyendiri.
i. Bertindak
ceroboh dan mencelakakan diri sendiri seperti minum alkohol yang banyak, minum
obat, menyopir sembarangan atau kegiatan lain yang beresiko tinggi pada
kematian seperti yang bersangkutan sudah ingin mati.
j. Perubahan
mendadak menjadi tenang. Bila seseorang yang mengalami depresi kemudian tiba
tiba berubah menjadi tenang, itu merupakan suatu tanda bahwa yang bersangkutan
sudah memutuskan untuk mengakhiri hidupnya (Fausiah, F
& Widury, 2008).
Kesimpulan
Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan
oleh seseorang yang tahu akan akibatnya, yang dilakukan dalam waktu singkat. Penyebab bunuh diri: (a) Faktor genetic dan teori biologi, (b) Teori Sosiologi, (c) Teori Psikologi. Penyebab lain: (1) Adanya harapan untuk reuni dan
fantasy, (2) Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan ketidakberdayaan, (3) Tangisan untuk minta bantuan dan (4) Sebuah tindakan untuk menyelamatkan
muka dan mencari kehidupan
yang lebih baik.
Motif bunuh
diri ada banyak macamnya. Disini penyusun menggolongkan dalam kategori sebab,
misalkan: (1) Dilanda
keputusasaan dan depresi, (2) Cobaan hidup dan tekanan lingkungan, (3) Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila), (4) Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu) dan (5) Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.
Daftar Pustaka
Carpenito,
L. J. (2008). Nursing
diagnosis: Aplication to clinical practice. Mosby St Louis.
Duran,
V. Mark & Barlow, David H (2007). Intisari Psikologi Abnormal.
Pustaka Pelajar.
Fausiah,
F., & Widury, J. (2008). Psikologi
abnormal klinis dewasa. Editor: Augustine Sukarlan Basri. Jakarta :
Penerbit Uni versitas Indonesia.
Kaplan and Saddock. (2005). Comprehensive textbook of Psychiatry. Mosby, St Louis.
Kring,
Ann, M., Johnson, Sheri, L., Davison, Gerald, C., & Neale, John., M.
(2010). Abnormal psychology-11th
edition (International Student Version). New Jersey : John.
Richard P. Halgin dan Whitbourne. (2011). Psikologi
Abnormal. Jakarta: Salemba Humanika.
Gerald C. Davidson dkk. (2010). Psikologi
Abnormal. Jakarta: Rajawalipers.
Shives, R. (2008). Basic concept of psychiatric and Mental Health Nursing.
Mosby, St Louis.
Stuart, G. W and Laraia. (2005). Principles and practice of psychiatric nursing. 8ed.
Elsevier Mosby, Philadelphia
Varcarolis, E. M. (2000). Psychiatric
Nursing Clinical Guide. WB
Saunder Company, Philadelphia. Wiley & Sons, Inc.
Yuniarsa, M.
Fahrul Alam. 2013. Sejarah bunuh diri.
http://www.blog.alamfay.com/. (diakses 10 Maret 2018).
0 komentar:
Posting Komentar