METODE
DALAM PSIKODIAGNOSTIK
I R W A N T O
NIM. 16.310.410.1125)
Fakultas
Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dalam bab ini kita akan membahas tentang metode dalam psikodiagnostik. Secara
garis beras metode dalam psikodiagnostik dibagi menjadi 2, yaitu metode secara
umum dan khusus. Secara umum terdapat nmetode observasi, angket dan wawancara.
Secara khusus terdapat metode biografi/riwayat hidup dan test. Selain itu kita
juga akan membahas metode-metode lainnya yang berhubungan dengan
psikodiagnostik. Yakni:
A.
Metode Observasi
observasi adalah kegiatan mengenali tingkah laku individu yang biasanya akan
diakhiri dengan mencatat hal-hal yang dipandang penting sebagai penunjang
informasi mengenai klien.
Atau, metode observasi adalah metode serba sengaja dan sistematis mengamati
aktivitas individu lain.
Pendekatanyang sistematis dalam observasi dikelompokkan
berdasarkan pertanyaan ini;
·
Di mana observasi dilakukan?
·
Apa yang diobservasi?
·
Bagaimana observasi dilakukan?
·
Bilamana observasi dilakukan?
Mengenai dimana observasi dilakukan berhubungan dengan masalah situasi
observasi,di golongkan menjadi 3 macam, yakni :
1. Observasi medan atau alamiah (field setting). Yakni observasi di lapangan atau kancah atau di tempat yang
sesungguhnya.
2. Observasi simulative (simulated setting). Yakni observasi dengan simulasi situasinya. Artinya,
situasi observasi bila individu mendapat suatu simulasi (tiruan) atau
rangsangan untuk memperoleh tingkah laku tertentu.
3. Observasi laboratoris (laboratory setting). Ialah observasi dengan situasi laboratorium, sehingga
situasinya dapat dikendalikan sepenuhnya oleh observer.
Masalah apa yang diobservasi berhubungan dengan tingkah laku yang mana yang
akan diamati dan dicatat oleh observer. Untuk keperluan ini ada dua jenis
observasi, ialah :
1. Observasi sampel peristiwa (even-sampling), yakni hanya mengamati mengamati beberapa sampel tingkah
laku pada saat tertentu.
2. Observasi sampel waktu (time sampling), yakni mencatat dan mengamati apa saja yang dilakukan
individu dalam waktu tertentu.
Selanjutnya mengenai bagaimana observasi itu dilakukan, maka dilihat dari
posisi observer dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni :
1. Observasi non-partisipan,
disini posis observer sebagai penonton, semacam ada di luar objek yang
diamati. Observer tidak ikut serta dalam kegiatan individu yang di observasi.
Observasi benar-benar berfungsi sebagai penonton, pengamat dan mencatat tingkah
laku yang diobservasi. Atau bisa dikatakan juga, observasi di mana sipenyelidik
(observer) tidak ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh yang
diobservasi. Jadi si penyelidik berlaku sebagai penonton.[1]
2. Observasi partisipan,
di sini posis observer turut serta dalam kegiatan individu yang diobservasi.
Cara ini untuk memperoleh tingkah laku individu yang alamiah atau wajar, tidak
dibuat-buat, tidak dilandasi oleh rasa curiga atau rasa sedang diamati. Atau,
observasi dimana si penyelidik ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh
subyek yang diselidiki. Jadi disini si penyelidik tidak berlaku sebagai
penonton, melainkan sebagai pelaku atau peserta.[2]
3. Observasi dalam situasi eksperimental, pada dasarnya eksperimen adalah dengan sengaja menimbulkan
gejala tertentu untuk dapat diobservasi. Kecuali penimbulan gejala dengan
sengaja itu di dalam situasi eksperimental hal-hal yang harus diobservasi itu
banyak kali telah dipilih/ditentukan. Pengembanagn metode ini makin lama makin
intensif karena ternyata memang sangat beasr kegunaannya.
Jika dilihat dari segi pencatatan hasil-hasil observasi dapat dibagi menjadi
dua macam, yaitu :
1. Observasi dengan pencatatan langsung ( immediate recording
), artinya segera setealah observasi
dilakukan atau ketika pengamatan sedang berlangsung , observer membuat
catatan-catatan yang diperlukan.
2. Observasi dengan pencatatan retrospektif ( retrospective
recording ), yaitu pencatatan setelah observasi
selesai.
Secara ringkas metode observasi dalam psikodiagnostik dapat dikatakan bahwa
umunya sebagai pelengkap atau pengontrol bagi metode-metode yang lain, namun
kadang-kadang peranannya begitu menonjol, sehingga dapat bersifat menentukan.
B.
Metode Angket
Metode angket dan wawancara mempunyai persamaan dasar, yaitu keduaduanya
mendasarkan diri kepada data yang berwujud laporan (verbal report) dari subjek
yang diselidiki. Laporan itu dapat berbentuk tertulis (pada angket), dapat pula
berbetuk lisan (pada wawancara). Karena kesamaan yang demikian itu, maka di
sini kedua metode itu dibicarak berurutan.
Angket adalah daftar pertanyaan yang harus dijawab dan atau daftar isian yang
harus diisi yang berdasarkan kepada sejumlah subjek, dan berdasarkan atas
jawaban dan atau isian itu penyelidik mengambil kesimpulan mengenai subjek yang
diselidiki.
Angket sering digolong-golongkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan atas siapa yang harus menjawab atau yang mengisi
angket itu, angket dibedakan menjadi:
·
Angket langsung, yaitu kalau yang menjawab atau mengisi angket itu adalah
subjek yang diselidiki sendiri (bukan orang lain).
·
Angket tak langsung, yaitu kalau yang harus menjawab atau mengisi angket itu
bukan si subjek yang diselidiki sendiri melainkan orang lain.
2. Berdasar atas bentuknya angket dibedakan menjadi:
·
Angket bentuk terbuka, yaitu kalau dalam angket itu belum dibatasi bagaimana
jawabannya.
·
Angket bentuk tertutup, yaitu kalau jawaban atau isian telah dibatasi atau
ditentukan.
3. Berdasar atas aspek-aspek kepribadian yang diselidiki
dibedakan menjadi:
·
Angket umum, yaitu angket yang bertujuan untuk mendapatkan data yang
selengkap mungkin mengenai subjek yang diselidiki.
·
Angket khusus, yaitu angket yang bertujuan untuk mendapatkan data mengenai
gejala-gejala atau aspek-aspek kepribadian khusus.
Dalam psikodiagnostik metode angket sering digunakan untuk tujuan mendapatkan
pedoman-pedoman umum untuk tindakan diagnostic selanjutnya. Dalam keadaan
khusus, angket sering dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum (psikografi)
supaya dapat mendapatkan kedudukan gejala khusus yang dihadapi pada tempat yang
sebenarnya. Data-data ini sering mempunyai nilai diagnostic yang tinggi.
C.
Metode wawancara
Wawancara adalah metode yang mendasarkan diri pada laporan verbal (verbal
report) di mana terdapat huvungan langsung antar si penyidik dan subjek yang
diselidiki. Jadi dalam metode ini ada “face to face relation” antara penyelidik
dan yang diselidiki.
Sedangkan menerut sundberg (1977) wawancara adalah “ interview is a sharing of
perspectives and information between to people metting together”. Jadi dalam
wawancara akan terjadi peretukaran pandangan dan informasi antara dua orang
yang bertemu.[3]
Jika dilihat dari tujuan wawancara dapat dibedakan menjadi 3 macam wawancara,
ialah sebagai berikut :
1. Wawancara untuk aplikasi organisasi, industry (personal
interview). Misalnya, wawancara dalam seleksi
calon karyawan pabrik.
2. Wawancara untuk aplikasi klinis (clinical interview). Misalnnya wawancara riwayat, keluhan dan riwayat hidup
klien.
3. Wawancara untuk aplikasi riset (research interview). Misalnya di bidang riset atau survey.
Sedangkan menurut bentuknya dapat di golongkan menjadi 3
macam, yakni :
1. Wawancara tak berstruktur atau bebas (non-struktured
interview). Yaitu wasancra di mana arah
pembicaraan sekehendak, tidak terbimbing ke sesuatu tema pokok tertentu.
2. Wawancara berstruktur (structured interview). Yaitu wawancra di mana hal-hal yang akan dibicarakan telah
ditetentukan terlebih dahulu.
3. Wawancara terarah.
Merupakan synthese dari kedua bentuk wawancra yang telah dibicarakan itu.
Dimulai dengan bentuk tak berstruktur, selanjutnya diikuti oleh wawancara
berstruktur.
Wawancara mempunyai peran penting dalam psikodiagnostik sebagai metode untuk
mendapatkan data maupun mencocokkan konstansiyang telah ditetapkan berdasar
atas metode-metode lain. Terutama dalam keadaan-keadaan di mana diperlukan
perlakuan secara individual , metode wawancara ini mempunyai peran yang sangat
besar.
D.
Riwayat Hidup
Riwayat hidup atau latar belakang kehidupan (life history), dapat sebagai
suatu proses perkembangan dalam jangka panjang yang terjadi dalam satu kurun
waktu kehidupan seseorang. Keinston dan Sunberg mengajukan tiga hal yang termasuk
dalam riwayat hidup, yakni sebagai berikut :
1. Menelusuri tema hidup seseorang.
2. Menelusuri sebab-sebab terjadinya gangguan psikis/keluhan
(search of etiology).
3. Menelusuri dugaan atau ramalan (prediksi).
Data riwayat hidup itu juga dapat diriset dengan metode :
1. Metode longitudinal,
ialah menelusuri latar belakang kehidupan subjek dalam kurun waktu tertentu
yang berturut-turut. Atau bisa juga di katakana bahwa metode longitudinal
adalah pendekatan dalam penelitian yang dilakukan dengan cara menyelidiki
individu dalam jangka waktu yang lama.[4]
2. Metode kasus silang,
ialah menelusuri latar belakang kehidupan subjek dalam satu periode saja,
kemudian dibandingkan dengan kriterium atau subjek lain dalam periode waktu
yang sama.
E.
Metode Pengumpulan Bahan-Bahan
Bahan-bahan yang digunakan seseorang atau yang dihasilkan olehnya sebagai buah
karyanya, sering kali mempunyai nilai diagnostic yang penting.
Bahan-bahan yang dapat dikumpulkan dan selanjutnya digunakan dalam diagnosis
psikologis itu secara garis besar dapat digolongkan demikian.
1. alat-alat permainan
Permainan sebagai metode penyelidikan bersangkutan langsung dengan observasi.
Biasanya si subjek dibiarkan atau disuruh melakukan permainan itu dan
diobservasi bagaimana dia melakukan permainana tersebut. Cara ini sering
dipilih, karena dalam suasana bermain itu jiwa si subjek yang diselidiki bebas,
tanpa syak wasangka sehingga dia akan bertingkah laku wajar. Akhir-akhir ini
mulai dilakukan sebagai teknik terapi yang dasar teoritisnya sebenarnya sama
dengan psikodrama dan sosiodrama..
2. hasil karya
Hasil karya seseorang dapat dipandang sebagai pengabdian dari pada sebagian
tingkah lakunya, karena prestasi dihasilkan dari kegiatan. Karena itu hasil
karya dapat dipakai sebagai salah satu metode untuk mengungkap keadaan atau
sifat-sifat psikis seseorang. Beberapa diantara hasil karya yang banyak
digunakan penyelidikan psikologis adalah : puisi, prosa, gambaran, dan tulisan
tangan.
Dalam peraktek psikodiagnostik metode ini lebih boleh dikatakan hampi selalu
hanya sebagai pelengkap bagi metode-metode lain
F.
Metode Biografis/Analisis Dokumen
Pribadi
Metode ini memang jarang dipakai dan hanya dipakai untuk kasus-kasus tertentu,
tetapi jika dipakai ada juga manfaatnya untuk menambah pengertian dan kejelasan
mengenai kepribadian subjek.
Secara etimologis metode biografis adalah metode yang menggunakan bahan-bahan
yang berwujud tulisan mengenai kehidupan subjek yang diselidiki, baik tulisan
itu di buat oleh si subjek sendiri, maupun di buat oleh orang lain. Bahan-bahan
biografis yang banyak dipergunakan dalam penyelidikan adalah:
1. Biografi, yaitu
tulisan mengenai peri kehidupan yang di buat (di tulis) oleh orang lain sering
bermanfaat dalam pengungkapan kepribadian seseorang. Hanya saja kiranya mudah dimengerti
bahwa tulisan ini sangat dipengaruhi oleh sikap dan penilaian penulis terhadap
orang yang ditulis biografisnya.
2. Otobiografi
adalah biografi yang ditulis sendiri oleh subjek yang bersangkutan. Kiranya
mudah sekali di mengerti, bahwa entah dengan sengaja atau tidak, oaring akan
berusaha menyembunyikan kelemahan-kelemahannya dalam tulisan tersebut.
3. Buku harian,
biasanya berisikan ha-hal yang bersifat pribadi dan biasanya yang dianggap
rahasia oleh yang bersangkutan.
4. Kenang-kenangan masa muda,
ini kebanyakan dibuat oleh mereka yang telah melewati setengah umur.
Orang-orang yang telah merasa tua, yang menyadari bahwa akhir hidupnya pada
suatu ketika akan tiba juga, sering kali menoleh ke masa lampau (masa mudanya).
Kenang-kanangan yang demikian itu tentu dapat merupakan sumber data
penyelidikan psikologis yang sangat berharga.
5. Case history,
merupakan penggunaan berbagai sumber biografis dan masa lampau untuk keperluan
analisa sesuatu gejala. Berbagai sumber yang mungkin dapat ikut menerangi
sesuatu didalam yang sedang dihadapi (ditackle) itu dipergunakan.
Bahan-bahan biografis biasanya merupakan pelengkap dan penyempurna. Bagi data
yang dipelengkap sampai dengan metode-metode lain. Secara routine, sebenarnya bahan-bahan
biografis itu selalu dibuthkan, hanya saja sering kali pencarian data tersebut
tidak sejauh yang telah dibicarakan di atas. Malah terkadang bisa hanya
terbatas pada : tanggal lahir, tempat asal, pendidikan. Dalam keadaan-keadaan
dimana terdapat kelainan hampir selalu diperlukan bahan-bahan biografis itu
untuk lebih menerangi persoalannya.
G. Metode
Test
Tes berasal dari bahasa latin Testum, yaitu alat untuk mengukur tanah. Dalam
bahasa perancis kuno kata test berarti ukuran yang dipergunakan untuk
membedakan emas dan perak dari logam-logam yang lain. Lama kelamaan arti test
menjadi lebih umum. Di dalam lapangan psikologi kata test mula-mula digunakan
oleh J.M. CATTEL pada tahun 1890, dan sejak saat itu makin popular sebagai nama
metode psikologis yang dipergunakan untuk menentukan (mengukur) aspek-aspek
tertentu daripada kepribadian.
Test adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah
yang harus dijalankan, yang berdasar atas bagaimana testee menjawab
pertanyaan-pertanyaan dan atau melakukan perintah-perintah itu penyelidik
mengambil kesimpulan dengan cara membandingkannya dengan standart testee yang
lain[5]
Test psikologis sebagai alat pembanding atau “pengukur”
supaya dapat menjalankan fungsinya secara baik haruslah memenuhi syarat
tertentu. Adapun syarat-syarat test yang baik itu adalah sebagai berikut :
1. Test itu harus valid.
2. Test itu harus reliable.
3. Test itu harus di standardisasikan.
4. Test itu harus obyektif.
5. Test itu harus diskriminatif.
6. Test itu harus comprehensive.
7. Test itu harus mudah digunakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anastasi, Anne. 2007. Tes Psikologi. Jakarta : PT.
Indeks.
Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT.
Remaja Karya.
Ki fudyartanta. 2009. Pengantar Psikodiagnostik.
Yogyakarta : Pustaka pelajar.
Suryabrata, 1990. Pembimbing Ke Psikodiagnostik. Yogyakarta
: Rake Sarasin
0 komentar:
Posting Komentar