28.3.18

Psi Abnormal I

Gangguan Makan

Nama : Fahrunisa Yeni Astari
NIM  : 16.310.410.1156
Psikologi Abnormal




   Banyak sekali hal kesehatan yang berkaitan dengan masalah makanan di dunia ini. Terdapat banyak restoran – restoran yang menyajikan makanan cepat saji dari harga yang murah hingga mahal. Setiap orang selalu memiliki makanan favorit mereka sendiri dimana, makanan-makanan tersebut pasti memiliki dampak positif serta negatif bagi kesehatan manusia. Namun, bagaimana dengan permasalahan makan dan permasalahan psikologis yang dipicu oleh makanan? Sekarang ini, sangat banyak yang mendambakan tubuh yang indah dan langsing, khususnya bagi sebagian besar wanita di dunia. Setiap wanita selalu melakukan berbagai cara untuk mendapatkan tubuh yang kurus dan langsing. Mereka cenderung melakukan diet ketat dan olahraga yang teratur namun, adapula yang melakukannya dengan cara yang ekstrim seperti tidak makan atau memuntahkan makanan mereka dengan cara mencolokkan jari mereka ke tenggorokan agar timbul rasa ingin muntah. Sebenarnya, dalam ilmu psikologi hal tersebut merupakan penyakit psikis yang harus diperhatikan. Terdapat beberapa permasalahan psikologis yang terkait dengan permasalahan makanan yaitu: 

    1. Anoreksia Nervosa 
      Istilah anoreksia berarti hilangnya selera makan sedangkan nervosa mengindikasikan bahwa hilangnya selera makan tersebut disebabkan oleh emosional. Biasanya orang yang mengalami Anoreksia Nervosa akan menolak untuk mempertahankan berat badan normal mereka. Sehingga, hal ini berarti orang-orang tersebut memiliki berat badan kurang dari 85 persen dari berat badan orang-orang normal. Penurunan berat badan biasanya terjadi akibat melakukan diet, meskipun pengurasan (muntah dengan sengaja, penggunaan obat pencahar secara sengaja dan berlebihan) dan olahraga yang ekstrim serta berlebihan merupakan beberapa cara yang ditempuh oleh orang dengan anoreksia nervosa.

       Orang-orang dengan anoreksia nervosa sangat takut jika berat badan mereka bertambah, dan buruknya adalah rasa takut mereka tidak akan pernah berkurang apabila berat badan mereka turun. Pada dasarnya mereka tidak pernah merasa cukup kurus dengan berat badan mereka. Para pasien yang menderita anoreksia nervosaa memiliki pandangan yang menyimpang mengenai bentuk tubuh yang ideal. Bahkan, ketika tubuh mereka sudah menjadi sangat kuruspun mereka masih belum cukup merasa puas dengan bentuk tersebut serta mereka akan memiliki pemikiran bahwa terdapat beberapa bagian tubuh mereka yang masih terlihat gemuk khususnya pada bagian pantat, lengan, dan paha yang akan terlihat terlalu gemuk oleh mereka. Untuk memastikan ukuran tubuh mereka, mereka akan selalu memperhatikan bentuk tubuh mereka secara kritis melalui cermin dan hal tersebut dapat berlangsung selama berjam-jam. Harga diri mereka pada dasarnya terkait dengan menjaga bentuk tubuh mereka agar senantiasa terlihat kurus. Pada perempuan, bentuk tubuh yang sangat kurus akan menyebabkan amenorea, yaitu berhentinya periode menstruasi.

   2.Anoreksia Nervosa dan Depresi Anoreksia Nervosa memiliki kaitan yang erat dengan depresi dan beberapa peneliti mempertimbangkan bahwa terdapat kemungkinan apabilan anoreksia dapat menyebabkan depresi. Meskipun demikian, anoreksia nervosa tidak selalu menyebabkan depresi. Contohnya, sebuah studi yang dilakukan secara longitudinal menemukan bahwa hanya satu dari 51 remaja penderita anoreksia mengalami depresi sebagai onset anoreksia. Yang paling mungkin terjadi adalah depresi akan terjadi bersamaan atau setelah terjadinya anoreksia. Kedua gangguan tersebut juga dapat memiliki penyebab lingkungan yang sama, seperti lingkungan keluarga yang terganggu atau terjadinya stres lain yang dapat mempengaruhi kehidupan pasien. Melaparkan diri sendiri dan penggunaan obat pencahar akan menimbulkan dampak biologis yang negatif yang tidak akan menguntungkan pasien anoreksia nervosa. Tekanan darah akan seringkali turun, denyut jantung melambat, ginjal dan sistem pencernaan akan mengalami permasalahan, massa tulang berkurang, kulit akan mengering, kuku jari mudah patah, kadar hormon yang berubah, dan dapat terjadi anemua ringan. Bahkan pada beberapa pasien sering mengalami kerontokan rambut, dan dapat memiliki lanugo, yaitu bulu-bulu lembut dan halus ditubuh mereka.

      3. Bulimia Nervosa Bulimia berasal dari bahasa Yunani yang artinya “lapar seperti sapi jantan”. Gangguan makan ini mencakup episode mengonsumsi makanan dengan jumlah besar secara cepat kemudian diikuti dengan perilaku kompensatori seperti muntah, puasa atau olahraga secara berlebihan untuk mencegah bertambahnya berat badan. Bulimia Nervosa tidak didiagnosis jika makan berlebihan dan pengurasan hanya terjadi dalam konteks anoreksia nervosa dan penurunan berat badan ekstrem terkait dengannya. Perbedaan antara bulimia nervosa dan anoreksia nervosa adalah kalau anoreksia nervosa mengalami penurunan berat badan secara drastis, sedangkan pasien yang mengalami bulimia anoreksia tidak demikian. Pada pasien bulimia, makan berlebihan biasanya dilakukan secara diamdiam, hal tersebut dapat terjadi karena dipicu oleh stres dan berbagai emosi negatif yang ditimbulkannya dan akan terus berlangsung hingga orang yang bersangkutan akan merasa sangat kekenyangan. Berbagai makanan yang dapat dikonsumsi oleh pasien dengan cepat adalah makanan yang manis seperti es krim dan cake. Suatu studi menemukan bahwa para wanita yang mengalami bulimia nervosa lebih mungkin melakukan makan makanan berlebihan ketika mereka sedang sendirian atau pada saat siang hari. Kemudian mereka biasanya akan menghindari makanan favorit mereka pada satu harian. Setelah selesai makan berlebihan, akan timbul rasa jijik, rasa tidak nyaman, dan takut apabila berat badan akan bertambah sehingga akan memicu tahap kedua bulimia nervosa, pengurasan untuk menghilangkan efek asupan kalori karena makan berlebihan dengan cara memuntahkannya dengan sengaja. Hal yang paling sering mereka lakukan untuk memaksa diri mereka agar muntah yaitu dengan mamasukkan jari-jari mereka ke tenggorkan hingga tersedak, namun apabila mereka sudah sering melakukan hal tersebut mereka akan lebih mudah memuntahkan makanan tersebut tanpa harus membuat diri mereka tersedak terlebih dahulu. Penyalahgunaan obat pencahar serta berpuasa dan olahraga yang berlebihan juga sering mereka lakukan untuk mencegah bertambahnya berat badan.


   Menurut saya, Dari beberapa gangguan makan diatas tentu terdapat beberapa penanganan yang dapat dilakukan seperti dengan psikologis dan biologis terhadap para penderita.Penanganan biologis terhadap gangguan bulimia adalah karena bulimia nervosa sering kali komorbid dengan depresi, gangguan ini ditangani dengan berbagai antidepresan.


Referensi: 

Davidson, G.C.,Neale, J.M., Kring, A.M. 2010. Psikologi abnormal edisi ke-9. Jakarta: Rajawali Pers.

0 komentar:

Posting Komentar