Gangguan Makan
Nama : Fahrunisa Yeni Astari
NIM : 16.310.410.1156
Psikologi Abnormal
Banyak sekali hal kesehatan yang berkaitan dengan masalah makanan di dunia
ini. Terdapat banyak restoran – restoran yang menyajikan makanan cepat saji dari
harga yang murah hingga mahal. Setiap orang selalu memiliki makanan favorit mereka
sendiri dimana, makanan-makanan tersebut pasti memiliki dampak positif serta negatif
bagi kesehatan manusia. Namun, bagaimana dengan permasalahan makan dan
permasalahan psikologis yang dipicu oleh makanan? Sekarang ini, sangat banyak yang
mendambakan tubuh yang indah dan langsing, khususnya bagi sebagian besar wanita di
dunia. Setiap wanita selalu melakukan berbagai cara untuk mendapatkan tubuh yang
kurus dan langsing. Mereka cenderung melakukan diet ketat dan olahraga yang teratur
namun, adapula yang melakukannya dengan cara yang ekstrim seperti tidak makan atau
memuntahkan makanan mereka dengan cara mencolokkan jari mereka ke tenggorokan
agar timbul rasa ingin muntah. Sebenarnya, dalam ilmu psikologi hal tersebut
merupakan penyakit psikis yang harus diperhatikan. Terdapat beberapa permasalahan
psikologis yang terkait dengan permasalahan makanan yaitu:
1. Anoreksia Nervosa
Istilah anoreksia berarti hilangnya selera makan sedangkan nervosa
mengindikasikan bahwa hilangnya selera makan tersebut disebabkan oleh
emosional. Biasanya orang yang mengalami Anoreksia Nervosa akan menolak
untuk mempertahankan berat badan normal mereka. Sehingga, hal ini berarti
orang-orang tersebut memiliki berat badan kurang dari 85 persen dari berat
badan orang-orang normal. Penurunan berat badan biasanya terjadi akibat
melakukan diet, meskipun pengurasan (muntah dengan sengaja, penggunaan
obat pencahar secara sengaja dan berlebihan) dan olahraga yang ekstrim serta
berlebihan merupakan beberapa cara yang ditempuh oleh orang dengan
anoreksia nervosa.
Orang-orang dengan anoreksia nervosa sangat takut jika berat badan
mereka bertambah, dan buruknya adalah rasa takut mereka tidak akan pernah
berkurang apabila berat badan mereka turun. Pada dasarnya mereka tidak
pernah merasa cukup kurus dengan berat badan mereka.
Para pasien yang menderita anoreksia nervosaa memiliki pandangan yang
menyimpang mengenai bentuk tubuh yang ideal. Bahkan, ketika tubuh mereka sudah menjadi sangat kuruspun mereka masih belum cukup merasa puas dengan
bentuk tersebut serta mereka akan memiliki pemikiran bahwa terdapat beberapa
bagian tubuh mereka yang masih terlihat gemuk khususnya pada bagian pantat,
lengan, dan paha yang akan terlihat terlalu gemuk oleh mereka. Untuk
memastikan ukuran tubuh mereka, mereka akan selalu memperhatikan bentuk
tubuh mereka secara kritis melalui cermin dan hal tersebut dapat berlangsung
selama berjam-jam. Harga diri mereka pada dasarnya terkait dengan menjaga
bentuk tubuh mereka agar senantiasa terlihat kurus. Pada perempuan, bentuk
tubuh yang sangat kurus akan menyebabkan amenorea, yaitu berhentinya
periode menstruasi.
2.Anoreksia Nervosa dan Depresi
Anoreksia Nervosa memiliki kaitan yang erat dengan depresi dan beberapa
peneliti mempertimbangkan bahwa terdapat kemungkinan apabilan anoreksia
dapat menyebabkan depresi. Meskipun demikian, anoreksia nervosa tidak selalu
menyebabkan depresi. Contohnya, sebuah studi yang dilakukan secara
longitudinal menemukan bahwa hanya satu dari 51 remaja penderita anoreksia
mengalami depresi sebagai onset anoreksia. Yang paling mungkin terjadi adalah
depresi akan terjadi bersamaan atau setelah terjadinya anoreksia. Kedua
gangguan tersebut juga dapat memiliki penyebab lingkungan yang sama, seperti
lingkungan keluarga yang terganggu atau terjadinya stres lain yang dapat
mempengaruhi kehidupan pasien.
Melaparkan diri sendiri dan penggunaan obat pencahar akan menimbulkan
dampak biologis yang negatif yang tidak akan menguntungkan pasien anoreksia
nervosa. Tekanan darah akan seringkali turun, denyut jantung melambat, ginjal
dan sistem pencernaan akan mengalami permasalahan, massa tulang berkurang,
kulit akan mengering, kuku jari mudah patah, kadar hormon yang berubah, dan
dapat terjadi anemua ringan. Bahkan pada beberapa pasien sering mengalami
kerontokan rambut, dan dapat memiliki lanugo, yaitu bulu-bulu lembut dan halus
ditubuh mereka.
3. Bulimia Nervosa
Bulimia berasal dari bahasa Yunani yang artinya “lapar seperti sapi
jantan”. Gangguan makan ini mencakup episode mengonsumsi makanan dengan
jumlah besar secara cepat kemudian diikuti dengan perilaku kompensatori seperti
muntah, puasa atau olahraga secara berlebihan untuk mencegah bertambahnya
berat badan. Bulimia Nervosa tidak didiagnosis jika makan berlebihan dan
pengurasan hanya terjadi dalam konteks anoreksia nervosa dan penurunan berat
badan ekstrem terkait dengannya. Perbedaan antara bulimia nervosa dan
anoreksia nervosa adalah kalau anoreksia nervosa mengalami penurunan berat
badan secara drastis, sedangkan pasien yang mengalami bulimia anoreksia tidak
demikian.
Pada pasien bulimia, makan berlebihan biasanya dilakukan secara diamdiam,
hal tersebut dapat terjadi karena dipicu oleh stres dan berbagai emosi
negatif yang ditimbulkannya dan akan terus berlangsung hingga orang yang
bersangkutan akan merasa sangat kekenyangan. Berbagai makanan yang dapat
dikonsumsi oleh pasien dengan cepat adalah makanan yang manis seperti es
krim dan cake. Suatu studi menemukan bahwa para wanita yang mengalami
bulimia nervosa lebih mungkin melakukan makan makanan berlebihan ketika
mereka sedang sendirian atau pada saat siang hari. Kemudian mereka biasanya
akan menghindari makanan favorit mereka pada satu harian.
Setelah selesai makan berlebihan, akan timbul rasa jijik, rasa tidak
nyaman, dan takut apabila berat badan akan bertambah sehingga akan memicu
tahap kedua bulimia nervosa, pengurasan untuk menghilangkan efek asupan
kalori karena makan berlebihan dengan cara memuntahkannya dengan sengaja.
Hal yang paling sering mereka lakukan untuk memaksa diri mereka agar muntah
yaitu dengan mamasukkan jari-jari mereka ke tenggorkan hingga tersedak,
namun apabila mereka sudah sering melakukan hal tersebut mereka akan lebih
mudah memuntahkan makanan tersebut tanpa harus membuat diri mereka
tersedak terlebih dahulu. Penyalahgunaan obat pencahar serta berpuasa dan
olahraga yang berlebihan juga sering mereka lakukan untuk mencegah
bertambahnya berat badan.
Menurut saya, Dari beberapa gangguan makan diatas tentu terdapat beberapa penanganan yang
dapat dilakukan seperti dengan psikologis dan biologis terhadap para penderita.Penanganan biologis terhadap gangguan bulimia adalah karena bulimia nervosa sering
kali komorbid dengan depresi, gangguan ini ditangani dengan berbagai antidepresan.
Referensi:
Davidson, G.C.,Neale, J.M., Kring, A.M. 2010. Psikologi abnormal edisi ke-9. Jakarta:
Rajawali Pers.
0 komentar:
Posting Komentar