MATERI KULIAH
RELIABILITAS
RELIABILITAS
NIM. 16.310.410.1125)
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Tujuan Instruksional Khusus (TIK) :
- Mahasiswa mampu mengetahui definisi reliabilitas,
- Mahasiswa mampu mengetahui ciri-ciri reliabilitas,
- Mahasiswa mampu mengetahui ciri konsistensi reliabilitas,
- Mahasiswa mampu mengetahui ciri konsistensi dalam dan teknik-teknik pengujiannya,
- Mahasiswa mampu mengetahui ciri konsistensi luar dan teknik-teknik pengujiannya.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh
mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap ajeg
apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama
dengan menggunakan alat ukur yang sama.
Apabila tinggi seorang anak diukur dengan meteran kayu
dan pengukuran dilakukan berulang-ulang dengan meteran yang sama, maka hasilnya
tinggi anak tersebut tetap sama, tetapi apabila meteran tersebut terbuat dari
plastik maka hasilnya tidak tetap tergantung bagaimana cara memegang meteran plastik
tersebut, apabila memegangnya agak kendor, maka hasilnya lebih rendah dan
apabila memegangnya dengan tarikan yang kuat, maka kemungkinan hasilnya akan
lebih tinggi. Oleh sebab itu
meteran kayu menghasilkan pengukuran yang lebih reliabel dibandingkan dengan
meteran plastik. Meteran kayu hasilnya lebih konsisten (ajeg), sedangkan
meteran plastik hasilnya kurang konsisten.
Demikian halnya dengan kuesioner sebagai alat ukur untuk
gejala-gejala sosial (non fisik) harus mempunyai reliabilitas yang tinggi.
Untuk itu sebelum digunakan untuk penelitian harus dites (diuji coba)
sekurang-kurangnya dua kali. Uji coba tersebut kemudian diuji dengan tes
menggunakan rumus korelasi product moment. Perhitungan reliabilitas
harus dilakukan hanya pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah memiliki validitas.
Dengan demikian harus menghitung validitas terlebih dahulu sebelum menghitung
reliabilitas.
Untuk dapat lebih memahami maksud reliabilitas, maka
diajukan pertanyaan (1) Apakah pengukuran yang
kita lakukan berkali-kali pada obyek yang sama menghasilkan skor yang
sama ? kalau jawabannya adalah ya, maka berarti pengukuran yang dilakukan
tersebut reliabel (konsistensi atau stabilitas), (2) Apakah skor yang diperoleh
dengan pengukuran tersebut merupakan skor yang sebenarnya ? kalau jawabannya
adalah ya, maka berarti pengukuran yang dilakukan reliabel (akurasi atau
ketepatan), (3) seberapa banyak penyimpangan skor hasil pengukuran dari skor
yang sesungguhnya ? kalau jawabannya sedikit sekali atau mendekati 0, berarti
reliabel (precicion, ketelitian).
Dari pertanyaan di atas diketahui bahwa ada 3 ciri
reliabilitas yaitu (a) konsistensi atau
stabilitas, (b) ketepatan, dan (c)
ketelitian. Ciri kedua yaitu ketepatan dalam prakteknya tidak pernah
terpenuhi secara mutlak. Data yang diperoleh dengan pengukuran tidak pernah
mencapai realitas (kebenaran) yang sesungguhnya. Dengan demikian, pendekatan
terhadap reliabilitas pada umumnya dilakukan dengan mempelajari kaitan antara
skor sebenarnya (Xb) dengan skor yang diamati (Xa) dan kesalahan skor (Xs).
Secara matematis dapat dirumuskan : Xb =
Xa + Xs.
Dari persamaan matematis tersebut dapat dikembangkan
pengertian bahwa dalam praktek reliabilitas dapat diupayakan dengan meminimasi
kesalahan skor (Xs) agar skor yang diamati
(Xa) mendekati skor sebenarnya.
Untuk pengukuran fenomena kedokteran sosial yang sebagian
berupa fenomena psiko-sosial, pada umumnya digunakan instrumen pengukuran yang berupa eksplorasi terhadap
subyek penelitian dengan sejumlah pertanyaan, baik dengan teknik wawancara
maupun dengan teknik kuesioner, karena pengukuran terhadap satu fenomena
tertentu (misalnya terhadap persepsi subyek) digunakan beberapa butir
pertanyaan, maka ciri konsistensi reliabilitas dikenal ada 2 macam yaitu
konsistensi dalam dan konsistensi luar.
Ciri konsistensi dalam mempermasalahkan kesesuaian antar
butir-butir substansi pertanyaan dalam satu kelompok yang digunakan untuk
mengeksplorasi satu fenomena atau variabel.
Ciri konsistensi luar mempermasalahkan kesesuaian antara
kelompok butir-butir substansi pertanyaan tersebut dengan instrumen ukur lain
yang sudah baku atau reliabel, atau dengan instrumen yang sama yang dilakukan
pada pengukuran lain.
Atas dasar ciri konsistensi tersebut, dikenal 2 cara
pendekatan (pengujian) terhadap reliabilitas pengukuran, yaitu yang menguji
konsistensi dalam dan yang menguji konsistensi luar.
Pengujian konsistensi dalam
Pengujian konsistensi dalam dengan banyak cara pengujian
reliabilitas sehubungan dengan konsistensi dalamnya, tetapi pada prinsipnya
adalah peneliti melakukan uji coba instrumen pada sekelompok subyek dengan satu
alat ukur dan satu kali pengukuran. Skor yang diperoleh dari uji coba tersebut kemudian dianalisis
dengan menggunakan berbagai teknik, teknik yang sering digunakan antara lain
(1) teknik belah dua, (2) teknik Kuder-Richardson, dan (3) teknik Hoyt.
Ad 1. teknik belah dua
Alat ukur (kuesioner) yang
telah disusun dibagi menjadi dua. Oleh karena itu pertanyaan dalam kuesioner
ini harus cukup banyak (memadai), sekitar 40-60 pertanyaan. Langkah-langkah
yang dilakukan antara lain :
- Kuesioner diajukan kepada sejumlah responden, kemudian dihitung validitas masing-masing pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang valid dihitung, sedangkan yang tidak valid dibuang,
- Pertanyaan-pertanyaan yang valid dibagi menjadi dua kelompok secara acak (random), belah tengah, ganjil-genap. Separo masuk ke dalam belahan pertama, separonya lagi masuk ke dalam belahan kedua,
- Skor masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan sehingga akan menghasilkan 2 kelompok skor total yakni untuk belahan pertama dan belahan kedua,
- Dilakukan uji korelasi dengan rumus korelasi product moment dengan formula Spearman Brown, formula Flanagan, atau formula Rulon antara belahan pertama dengan belahan kedua, hasil uji korelasi dibandingkan dengan angka kritis seperti pada contoh pengukuran validitas. Bila angka korelasinya sama atau lebih dari angka kritis pada derajat kemaknaan p 0,05 (lihat tabel) maka alat ukur atau kuesioner tersebut reliabel, tetapi bila hasil yang diperoleh di bawah angka kritis, maka kuesioner tersebut tidak reliabel sebagai alat ukur.
Ad 2. Teknik Kuder-Richardson (KR)
Teknik pengujian ini
dipandang lebih baik daripada teknik belah dua, namun ada persyaratan tambahan
yaitu butir-butir tes harus bersifat homogen. Homogenitas diperlukan karena
teknik KR ini bukan didasarkan pada analisis korelasi tapi pada analisis butir
(item analisis), dikenal ada 2 macam
formula KR yaitu KR-20 dan KR-21.
Ad 3. Teknik Hoyt.
Teknik ini didasarkan pada
analisis varians, dengan demikian nama lengkapnya adalah teknik analisis
varians dari Hoyt. Pada analisis Hoyt ini, data hasil uji coba dianggap sebagai
data dari suatu penelitian dengan rancangan faktorial yang faktor pertamanya
adalah subyek dan faktor keduanya adalah butir (item).
Pengujian konsistensi luar
Apabila pengujian terhadap
konsistensi dalam dilakukan hanya dengan satu kali pengukuran, pengujian
konsistensi luar dalam pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan dua kali
pengukuran pada sekelompok subyek yang sama. Ada dua macam teknik pengujian,
yaitu teknik uji/tes ulang dan teknik paralel
Ad 1. Teknik Tes/Uji
Ulang
Dengan teknik ini satu alat ukur (kuesioner) diujikan
kepada sekelompok responden yang sama sebanyak dua kali dengan interval waktu
antara uji pertama dengan uji kedua tidak terlalu jauh dan juga tidak terlalu
dekat, misalnya 15-30 hari, karena apabila selang waktu terlalu pendek
kemungkinan responden masih ingat denga pertanyaan-pertanyaan pada tes pertama,
sedangkan apabila selang waktu terlalu jauh maka kemungkinan pada responden sudah
terjadi perubahan dalam variabel yang akan diukur.
Hasil pengukuran pertama
dikorelasikan dengan hasil pengukuran kedua dengan menggunakan teknik korelasi
product moment. Sebagai contoh :
Pengukuran Pertama
(skor total tiap responden)
|
Pengukuran Kedua
(skor total tiap responden)
|
14
|
15
|
15
|
15
|
13
|
13
|
16
|
15
|
13
|
14
|
12
|
14
|
13
|
13
|
16
|
16
|
12
|
13
|
14
|
13
|
14
|
13
|
Hasil pengukuran ini
dihitung korelasinya dengan menggunakan rumus seperti pada contoh pengukuran
validitas. Bila angka korelasinya sama atau lebih dari angka kritis pada
derajat kemaknaan p 0,05 (lihat tabel) maka alat ukur atau kuesioner tersebut
reliabel, tetapi bila hasil yang diperoleh di bawah angka kritis, maka
kuesioner tersebut tidak reliabel sebagai alat ukur.
Ad 2. Teknik Paralel
Kita
membuat 2 alat ukur (kuesioner) untuk mengukur aspek yang sama dengan dua kali
pengukuran. Kedua kuesioner tersebut kemudian diujicobakan kepada sekelompok
responden yang sama, kemudian masing-masing pertanyaan pada kedua kuesioner
tersebut diuji validitasnya. Pertanyaan-pertanyaan dari kedua alat ukur yang
vaid dihitung skor totalnya, sedangkan yang tidak valid dibuang, kemudian skor
total masing-masing responden dari kedua kuesioner tersebut dihitung
korelasinya dengan menggunakan teknik korelasi product moment seperti contoh di
atas.
0 komentar:
Posting Komentar