ARTIKEL KE-4: SAMPAH SUNGAI
(PENYELESAIAN POPOK DARI HULU KE HILIR)
NAMA:
I R W A N T O
NIM. 16.310.410.1125)
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
MATA
KULIAH: PSIKOLOGI LINGKUNGAN
Timbunan sampah popok bayi di sungai menunjukkan
pengelolaan sampah belum terintegrasi dari hulu ke hilir. Selain jorok,
kandungan kimia dalam sampah popok di kolom air menurunkan kualitas air sebagai
sumber air bersih dan minum maupun ikan yang ujungnya membahayakan manusia. Ia
mempertemukan Ecoton, pakar dari badan pengkajian dan penerapan teknologi,
produsen popok, media dan unit-unit internal terkait di KLHK. Mereka menjajaki
penyusunan standar ramah lingkungan dari hulu pabrik popok dan pembalut hingga
pemakaian dan pengolahan akhirnya.
Popok mengandung klorin sebagai
pemutih, ftalat, butiran gel (superabsorbent polymer/SAP) dan
kandungan plastik yang terfragmentasi di kolom air. Dalam temuan yang masih
perlu dibuktikan korelasinya dengan keberadaan sampah popok ini, survei Ecoton
menunjukkan 30 persen ikan di kali Brantas mengalami interseks (ikan jantan
menjadi betina). Selain itu, dalam analisis laboratorium, ikan jantan ditemukan
mandul.
Daru Setyorini, dari Wanita Peduli
Lingkungan, wadah jejaring Ecoton, menyarankan, orangtua dan pengasuh agar
mengajari anak memakai toilet sendiri (toilet
training) sejak anak bisa diajak berkomunikasi dan berjalan. Dengan
demikian, sejak anak usia 3 tahun, bisa meninggalkan penggunaan popok.
Sumber: Kompas. Tanggal 3 Februari
2018. Sampah Sungai: Penyelesaian popok
dari hulu ke hilir. Halaman
14.
0 komentar:
Posting Komentar