17.3.18

ARTIKEL KE-4: SAMPAH SUNGAI (PENYELESAIAN POPOK DARI HULU KE HILIR)



ARTIKEL KE-4: SAMPAH SUNGAI
(PENYELESAIAN POPOK DARI HULU KE HILIR)

 

NAMA: I R W A N T O
 NIM. 16.310.410.1125)

Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

MATA KULIAH: PSIKOLOGI LINGKUNGAN


Timbunan sampah popok bayi di sungai menunjukkan pengelolaan sampah belum terintegrasi dari hulu ke hilir. Selain jorok, kandungan kimia dalam sampah popok di kolom air menurunkan kualitas air sebagai sumber air bersih dan minum maupun ikan yang ujungnya membahayakan manusia. Ia mempertemukan Ecoton, pakar dari badan pengkajian dan penerapan teknologi, produsen popok, media dan unit-unit internal terkait di KLHK. Mereka menjajaki penyusunan standar ramah lingkungan dari hulu pabrik popok dan pembalut hingga pemakaian dan pengolahan akhirnya.

Popok mengandung klorin sebagai pemutih, ftalat, butiran gel (superabsorbent polymer/SAP) dan kandungan plastik yang terfragmentasi di kolom air. Dalam temuan yang masih perlu dibuktikan korelasinya dengan keberadaan sampah popok ini, survei Ecoton menunjukkan 30 persen ikan di kali Brantas mengalami interseks (ikan jantan menjadi betina). Selain itu, dalam analisis laboratorium, ikan jantan ditemukan mandul.
Daru Setyorini, dari Wanita Peduli Lingkungan, wadah jejaring Ecoton, menyarankan, orangtua dan pengasuh agar mengajari anak memakai toilet sendiri (toilet training) sejak anak bisa diajak berkomunikasi dan berjalan. Dengan demikian, sejak anak usia 3 tahun, bisa meninggalkan penggunaan popok.
                  

Sumber: Kompas. Tanggal 3 Februari 2018. Sampah Sungai: Penyelesaian popok dari hulu ke hilir. Halaman 14.




0 komentar:

Posting Komentar