1.1.18

Resensi Artikel : Pembelajaran Seumur Hidup

Pembelajaran Seumur Hidup

Nurul Hidayah
Fakultas Psikologi
Universitas Psikologi 45
Yogyakarta



Pimpinan perusahaan yang sebelumnya merasa telah memiliki tim IT yang canggih dan mumpuni setelah mengikuti suatu seminar baru menyadari bahwa perusahaan lain lebih canggih dari perusahaannya. Setelah ditinjau ternyata tim IT nya tidak mempelajari sistem baru dan tidak memperbarui pengetahuannya.

Dalam beberapa hal memang pengetahuan yang old school ini masih bisa digunakan, namun menjawab tantangan dan tuntuta pasar pastinya membtuhkan pengetuan yang paling mutakhir. Lalu bisakah kita menjaga semangat belajar, pembaruan kompetensi di perusahaan bersamaan dengan target yang harus dikejar dan tetap berproduksi?

Di perusahaan Google, 20 persen kegiatannya adalah merancang prototipe baik untuk produk baru, pembenahan interior atau bahkan desain kursi taman. Adanya unsur otak-atik ini bertujuan untuk membuat aktivitas berpikir karyawan selalu dalam keadaan siaga. Tuntutan belajar dalam organisasi bila tidak dijaga dan dipasarkan di internal akan menghasilkan karyawan yang berpikiran “jadul”, keras kepala, merasa tidak bisa dan tidak mau mempelajari sesuatu dalam proses bekerjanya.

Dalam hal ini Adidas merasa bahwa dampak pembelajaran di dalam kelas sudah tidak signifikan. Ia percaya bahwa mengalami sendiri, melakukan kesalahan adalah cara pembelajaran yang paling efektif. Adidas menerapkan cara belajar yang “light, desirable, and fun”, Ia beranggapan bahwa karyawan yang dibesarkan oleh berbagai media sosial perlu dirangsang pembelajarannya melalui media-media itu pula.
Agenda pembelajaran ini tidak terkecuali pemimpin, karena pemimpin yang menjadi komando dan provokator pembelajaran. Organisasi perlu mencari cara pembelajaran yang mendorong keinginan diri karyawannya dan menjadikan inovasi sebagai way of thinking sehari-hari, karena pemimpin yang menganggap pembelajaran sebagai kegiatan pra atau pasca bahkan disamping kegiatan utama akan mengalami perlambatan organisasi yang signifikan.

Kegiatan pembelajaran ini harus didesain dengan tujuan  dan parameter keberhasilan yang jelas. Kenyataannya pada lompatan 10 kali lipat kita berhasil meninggalkan kompetitor disamping itu karyawan menjadi lebih ambisius dan ingin menginspirasi satu sama lain. Atmosfir yang mengundang bergabungnya individu yang menyukai tantangan, rajin belajar dan gemar berfikir ini akan menjadikan budaya inovasi terwujud dalam organisasi. 




Sumber Tulisan : (2016), Pembelajaran seumur hidup, Kompas, 12 Maret 2016 

0 komentar:

Posting Komentar