14.1.18

Politik omong Kosong








Nama                   : Pipit Rahnania Khajati
NIM                      : 16.310.410.1134
Sumber                 : Kompas
Penulis                 : M. Subhan SD
Tanggal                 : 13 Januari 2018

         
          Politik uang –maaf- mirip kentut. Sulit membuktikan wujudnya tapi baunya menyebar kemana-mana hebohnya luar biasa. Orang bisa saling tuding saling melotot saling tunjuk tetapi tiada yang mau mengaku. Bahkan merekamyang mempraktekkan politik uang yang akan tutup mulut. Jangan minta kuitansi tanda terima, pengakuan saj ditolak rame-rame. Pengakuan adalah tindakan bunuh diri. Dan pembantahan sebelumnya adalah sikap tak tau diri. Politik tanpa uang ibarat sayur tanpa garam. Hambar tidak punya rasa.
           Uang adalah ASI ( air susu ibu) dari politik kata jesseunruh ketua majelis negara bagian california era 1960an.
          Dinegara ini berdasarkan litbang kementrian dalam negri pilkada serentak tahun 2015 untuk menjadi bupati atau wakil kota pasangan calon merogoh kocek hingga 30 milliyar, sedangkan calon untuk menjadi gubernur berkisar 20 sampai 200 milliyar. Biaya  politik itu yang menyebabkan biang kerok mahalnya politik. Istilah mahar awalnya sakral nan suci dalam ikatan perkawinan tetapi menjadi pronfan bahkan maknanya rendah. Mahar adalah modal untuk mendapatkan kendaraan politik.
          Korupsilah yang merusak demokrasi yang diperjuangkan mahasiswa, rakyat, masyarakat sipil saat reformasi 1998. Demokrasi benar-benar cacat oleh praktek korup yang dilakukan politikus pejabat atau partai politik. Ketahanan demokrasi indonesia sangat rapuh tampak korupsi yang merusak ketahanan demokrasi di indonesia.
          Tahun 2015 subdimensi paling rendah adalah ketiadaan korupsi dengan skala 0,38. Kira-kira seposisi dengan republik Kongo yang berskala 0,36. Kasus-kasus korupsi besar yang membuat gaduh semuanya melibatkan aktor-aktor politik misal Wisma atlet, Palembang, Proyek Hambalang, Proyek Infastruktur Daerah, Kuota impor daging sapi hingga KTP-E. Jadi benarkah aktor politik berkomitnen untuk membangun demokrasi bersih dan kuat? Sepanjang korupsi teranak pinak politik itu cuma omong kosong.


0 komentar:

Posting Komentar