22.4.17

Resensi Artikel: Nilai Tambah Kayu Manis

Nama               : Ana Istiqomah
NIM                : 16.310.410.1126
Judul artikel    : Nilai Tambah Kayu Manis
Nama penulis : Jumarto Yulianus
Nama penerbit : Kompas
Tanggal terbit : 08 April 2017

Puluhan tahun, Loksado dikenal sebagai sentra penghasil kayu manis di Kalimantan Selatan. Namun, hampir tak ada upaya membuat produk turunan kayu manis. Padahal, harga kayu manis rentan dipermainkan oleh tengkulak. Ahmad Fauzi pun belajar mengolah sirup kayu manis dan memperoleh nilai tambah kayu manis.
Saat ditemui, Ahmad sedang mengikis kulit ari kayu manis. Lembaran-lembaran kulit kayu manis itu kemudian dibelah-belah –setelah bersih- kemudian dijemur. Aktivitas itu tak ubahnya dengan aktivitas yang dilakukan oleh warga lain di Malaris, Loklahung, kecamatan Loksado, kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Namun, disamping itu, Ahmad juga membuat sirup kayu manis yang dikemas dengan botol kaca dan diberi label “Sirup Kayu Manis Malaris”. Sirup itu mulai diproduksi sejak tahun 2004.
Berawal dari keinginan Ahmad dan beberapa petani untuk mendapat nilai tambah dari kayu manis, mereka kemudian mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Mereka diajari untuk membuat siryp kayu manis, termasuk variannya, yakni jakadu (jahe, kayu manis dan madu).
Proses pembuatan sirup kayu manis ini menghabiskan 15 kg gula pasir dan 1 kg kayu manis untuk menghasilkan 40 botol sirup. Dengan waktu yang digunakan adalah sehari penuh. Jadi, harga yang ditawarkan juga cukup tinggi yakni 20.000 per botol. Ahmad mengatakan, bahwa sirup kayu manis diproduksi tanpa menggunakan bahan pengawet sehingga masa kedaluwarsanya tidak terlalu lama –hanya enam bulan.
Produksi yang dilakukan Ahmad dan teman-temannya tidak dilakukan setiap hari, karena permintaan yang tidak terlalu tinggi. Produksi dilakukan seinggu dua kali atau bila ada pesanan. Sirup kayu manis ini tidak diproduksi dalam jumlah besar karena masih terkendala dalam pemasarannya. Yang menarik, meski terkendala, Ahmad dan teman-temannya masih tetap memproduksi sirup kayu manis. Karena, meski omzetnya tidak terlalu besar, namun mereka mendapat nilai tambah kayu manis.
Dari artikel ini kita dapat mengetahui nilai tambah kayu manis yang ternyata bisa diproses menjadi sirup. Namun, kurang memberi informasi kepada pembaca mengenai manfaatnya.

Dari artikel ini, dapat diambil kesimpulan bahwa keinginan dan kreativitas itu penting, sehingga kita dapat memasarkan dagangan kita.

0 komentar:

Posting Komentar