AGAR GERABAH TAK
TERKUBUR SEJARAH
Nur Roy Tri Rahayu
163104101129
Psikologi Industri
dan Organisasi
Turun
temurun, warga kedua desa tersebuat menjadi pembuat gerabah. Bukan semata
sebagai penghidupan, membuat gerabah bagi mereka juga merupakan tugas sejarah. Pada
era awal 1970an, ada lebih dari 1000 perajin geabah. Ahun 2009, pembuat tinggal
sekitar 30 orang, itupun dari kalangan usia lanjut. Ketika gerabah Sitiwinangun
mulai mulai kurang diminati pasar, muncul pembaharuan desain. Salah seorang institute
teknologi Bandung memperkenalkan teknik pijit dan pilin ada pembuatan gerabah.
Kekurangan :
hanya beberapa masyarakat yang mau mengembangkan
salah satu warisan gerabah, anak muda mulai tidak tertarik pada gerabah. Kurangnya
kreatif untuk memasarkan, warisan gerabah ini ditinggalkan anak muda karna
dianggap sudah tidak menjanjikan lagi. Kurangnya pengertian pada anak muda
bahwa gerabah warisan yang saying kalau ditinggalkan saja.
Kelebihan
:
1.
Meski hanya beberapa namun mereka tetap berusaha
mengembangkan kerajinan gerabah agar tidak tergusur oleh perubahan zaman.
2.
Untuk mengembangkan gerabah meraka membuka
sanggar gerabah agar tetap diminati banyak orang.
3.
Meskipun hasilnya belum menyentuh para
pengrajin, tetapi meraka tetap memotivasi.
4.
Ingin menjadikan gerabah sebagai lading penghidupan,
selain itu juga untuk mempertahankan tradisi dan identitas desa sebagai
pengrajin gerabah.
Kesimpulan :
tetap menjaga warisan sejarah gerabah menjadi semacam gerakan, meski gerabah
sudah lebih “berani” dalam kreasi, namun penrajin gerabah tetap menjaga
karakter khasnya. Ciri itu jangan sampai hilang. Sejarah jangan sampai lepas.
Sumber :Kompas,
Sabtu, 8 April 2017
Oleh : Frans
Sartono
0 komentar:
Posting Komentar