Melawan Fenomena Bullying dengan Menumbuhkan Rasa
Empati
Meissy
Bella Sari
163104101143
Psikologi
Umum II
Perilaku
Bullying menunjukkan suatu fenomena yang “unik” dan “beda: ini sering diartikan
sebagai bentuk pengulangan dari tindak agresi, intimidasi, perlawanan terhadap
korban yang jauh lebih baik lemah dari bullies
(prilaku bullying) baik dari segi fisik, kekuatan sosial, kekuatan
psikologis dan factor-faktor lain yang menghasilkan perbedaan kekuataan (power)
(carney & merell, 2001 : Smith & Ananiadou (2003).
Oprinas
dan Home (2006) menjelaskan bullying sebagai bagian dari perilaku agresif yang
di karakteristikan dengan ketidakseimbangan kekuasaan (power), perilaku yang
sengaja dan dilakukan berulang setiap waktu. Ketidakseimbangan kekuasaan antara
ada gap atau perbedaan jarak memiliki kekuasaan antara pelaku dan korban bullying. Pelaku memiliki kekuasaan yang lebih
besar dibandingkn korban.kekuasaan lebih besar yang dimiliki pelaku dapat
diperoleh dari jabatan atau kedudukan yang lebih besar, popularitas,
intelegensi atau postur tubuh pelaku yang lebih besar dari korban.
Alasan-alasan
yang menyebabkan munculnya perilaku bullying yaitu dikarenakan karakteristik
korban yang berbeda dengan pelaku, sikap korban yang menentang pelaku, dan tradisi
atay budaya perilaku bullying di sekolah yang merupakan faktor lingkungan dalam
memunculkan perilaku bullying. Bentuk-bentuk
bullying antara lain seperti berikut :
- Bullying fisik, contohnya memukul, menjegal, mendorong, meninju, menghancurkan barang orang lain, mengancam secara fisik, memelototi, dan mencuri barang.
- Bullying psikologis, contohnya menyebarkan gosip, mengancam, gurauan yang mengolok-olok, secara sengaja mengisolasi seseorang, mendorong orang lain untuk mengasingkan seseorang secara soial, dan menghancurkan reputasi seseorang.
- Bullying verbal, contohnya menghina, menyindir, meneriaki dengan kasar, memanggil dengan julukan, keluarga, kecacatan, dan ketidakmampuan.
Prilaku Bullying dan empati saling berhubungan, rendahnya
rasa empati yang ada membuat individu menjadi tidak peduli dengan individu lain
bahkan menjadi agresif, mencacih atau memukul korban yang mengeluh, ketidak
mampuan pelaku untuk berempati menyebabkan mereka kurang mampu untuk melihat
dari sudut pandang orang lain, mengenali perasaan orang lain dan menyesuaikan
kepedulian yang tepat.
Perilaku empati ditandai dengan adanya aspek kognitif empati
yang berkaitan dengan kemampuan untuk memahami perasaan dan perseptif orang
lain, empati mengacu pada kemampuan kognitif untuk memahami kondisi mental dan
emosi orang lain atau insight sosial (Eigsenberg, 2000). Oleh sebab itu perlu
nya menumbuhkan rasa empati dari setiap individu yang bertujuan untuk memiliki
rasa keperdulian yang tinggi serta bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang
lain, dan menjauhkan dari fenomena kejadian bullying yang sangat merugikan bagi
korban yang mengalami.
Daftar
Pustaka
Rachmah,
Dewi Nur (2014). Empati pada Perilaku Bullying. Jurnal Ecopsy, 1(2), 51-58.
Al-ansley (2008). Anti-bullying
Guidance for Schools. England:
Crown
Slonje,
R & Smith, P.K (2008). Cyberbullying: Another Main Type Of Bullying. Scandinavian journal of Psychology, 49,
147-154.
0 komentar:
Posting Komentar