Dukungan Keluarga & Sosial terhadap Kebermaknaan Hidup penderita
HIV AIDS
Suci Indah Permata Sari
163104101137
Psikologi Sosial
Gaya
hidup modern yang berkembang dikota-kota
besar seperti kota Yogyakarta telah membawa remaja dan orang-orang dewasa menuju
kehidupan yang konsumtif dan memasuki dan memasuki pergaulan bebas (free sexs) . Prilaku sek bebasyang
semula dianggap tabu dan tidak bermoral , sekarang sudah dianggap biasa dan
wajar. Prilaku sek bebas juga dapat menimbulkan berbagai gangguan diantaranya:
kehamilan yang tidak diinginkan, meningkatnya risiko kanker rahim, selain itu
juga meningkatkan jumlah penyakit menular seksual seperti sifilis, gonorhoe dan
salah satunya HIV/AIDS (Djoerban, 1999).
Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno
Deficiency Syndrom (HIV/AIDS) sudah menjadi penyakit yang endemik menyerang
jutaan pendududk dunia. Hampir tiap negara HIV/AIDS mwnjadi masalah nasional,yang perlu
mendapatkan perhatian serius dari semua pihak. Bukan saja pemerintah tetapi
seluruh lapisan masyarakat termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang
memiliki perhatian terhadap masalah ini (Burnet,2014).
Data
WHO (2015),pada akhir tahun 2013 ditemukan hampir 78 juta orang telah
terinfeksi virus HIV dan sekitar 39 juta orang telah meninggal karena HIV. Pada
individu dengan HIV positif sistem imunitasnya akan mengalami penurunan dan
membutuhkan waktu beberapa tahun hingga ditemukannya gejala tahap lanjut dan
dinyatakan sebagai penderita HIV. Hal ini tergantung pada kondisi fisik dan
psikologisnya. Menurut Schultz (1991) apabila kondisi tersebut berlangsung
dalam jangka waktu lama maka dapat menimbulkan depresi yang mengarahkan pada
kehampaan hidup serta mengembangkan hidup tidak bermakna.
Bastaman
(2007) mengungkapkan bahwa meskipun penghayatan hidup tanpa makna bukan
merupakan suatu penyakit tetapi dalam keadaan insentif dan berlarut-larut tidak
dapat diatasi maka kondisi tersebutakan dapat menyebabkan neurosis noogenik.
Neurosis noogenik merupakan gangguan perasaan yang cukup menghambat prestasi dan
penyesuain diri seseorang. Gangguan ini biasanya tampil dalam keluhan-keluhan
serta bosan, hampa dan penuh keputusasaan, kehilangan minat dan inisiatif serta
merasa bahwa hidup ini tidak ada artinya sama sekali. Bahkan sikap acuh tak
acuhnya akan berkembang dan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan
lingkungannya seakan-akan menghilang. Berdasarkan pendapat Bastaman maka
apabila penderita HIV memiliki penghayatan hidup tanpa makna maka penderita HIV
akan acuh tak acuh terhadap kesehatannya sehingga akan membuat penyakitnya
semakin parah.
Sebaliknya,
orang yang mempunyai kebermaknaan hidup akan mempunyai tujuanhidup yang
jelas.Orang yang memiliki tujuan yang jelas biasanya akan berjuang sekuat
tenaga untuk dapat mencapai tujuan tersebut (Bastaman,2007). Bastaman (2007)
juga mengungkapkan bahwa orang yang menghayati hidup bermakna ketika berada
dalam situasi yang tidak menyenangkan atau mengalami penderitaan maka akan
menghadapi dengan sikap tabah serta sadar bahwa senantiasa ada hikah
yang:tersembunyi” dibalik penderitaan. Tindakan bunuh diri sebagai jalan keluar
dari penderitaan tidak pernah terlintas. Pendapat ini menyiratkan bahwa orang
yang menghayati hidup bermakna akan selalu memiliki haraan atau
optimisme.Menurut Smet (1994) optimisme dapat mempengaruhi kesehatan. Orang
yang memiliki optimisme ketika sakit sakit akan lebih cepat sembuh.
Dukungan
sosial diartikan sebagai tindakan menolong yang diproleh melalui hubungan
sosial (Norris,1996). Nietzel dkk (1998) juga mengatakan bahwa dukungan sosial
sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan individu, mengingat individu
adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan satu dengan yang lain,
Tersedianya dukungan sosial akan memberi pengalaman pada individu bahwa dirinya
dicintai, dihargai, dan diperhatikan. Adanya perhatian dan dukungan dari orang
lain akan menumbuhkan haraoan untuk hidup lebih lama, sekaligus dapat
mengurangi kecemasan individu, Sekaligus dapat mengurangi kecemasan individu.
Sebaliknya kurang atau tidak, tersedianya dukungan sosial akan menjadi individu
merasa tidak berharga dan terisolasi
(Pearson dalam Toifur dan Prawitasari,2003).
Dukungan
sosial dapat berasal dari berbagai sumber antara lain, keluarga , pasangan,
teman atau sahabat, konselor dan dokter atau paramedis (Meywrowitz,1980). House
(Winnusbst dkk; Sarafino dalam Smet,1994) membedakan 4 jenis dukungan sosial
yaitu:
1. Dukungan
emosional yaitu mencangkup ungkapan empati,kepedulian dan perhatian terhadap
orang yang bersangkutan (misalnya umpan balik).
2. Dukungan-dukungan
informatif yaitu mencangkup pemberian nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-saran
atau umpan balik.
3. Dukungan
instrumental yaitu penyediaan sarana dan mempermudah tujuan yang ingin dicapai
dalam bentuk materi, pemverian kesempatan dan peluang waktu.
4. Dukungan
penghargaan atau penilaian positif yaitu berungkapan hormat (penghargaan)
positif untuuk orang itu, dorongan maju, pemberian penghargaan atas usaha yang
telah dilakukkan, memberikan umpan balik mengenai hasil atau prestasi.
Dukungan
keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan
jenis dukungan berbeda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Dukungan
keluarga didefinisikan oleh Gottlieb (dalam Ika Silviasari,2014) yaitu
informasi verbal, sasaran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan
oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau
yang berupa kehadiran dan hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau
pengaruh pada tingkah laku penerimaannya.
Dukungan
keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya.
Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpusatkan dalam
lingkungan keluarga. Anggota keluargaa memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan
(Friedman,2010).
Bentuk
dukungan keluarga menurut Friedman (2010) antara :
1. Dukungan
Emosional
Keluarga sebagai
sebuah tempat yang aman dan dami untuk istirahat dan pemulihan serta membantu
penguasaan terhadap emosi. Meliputi ungkap empati, kepedulian dan
perhatianterhadap angota keluarga yang menderita HIV (misalnya: umpan balik,
penegasan).
2. Dukungan
penghargaan
Keluarga
bertindak sebagai sebuahbimbingan umpan balik. Membimbing dan menengahi
pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas anggota. Terjadi
lewat ungkapan hormat.
3. Dukungan
materi
Keluarga
merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, mencangkup bantuan
langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu, modifikasi lingkungan
maupun menolong dengan dengan pekerjaan
waktu mengalami stress.
4. Dukungan
informasi
Keluarga berfungsi
sebagai sebuah kolektor dan disse minator (penyebar) informasi tentang dunia,
mencangkup memberi nasihat, petunjukkan-petunjukkan, saran atau umpan balik.
Sesuai
dengan fungsi pemeliharaan kesehatan,keluarga mempunyai tugas dibidang
kesehatan yang perlu dipaham dan dilakukan. Friedman (2010) membagi tugas
keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukkan, yaitu:
a. Mengenal
masalah kesehatan setiap anggotanya
Perubahan
sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian dan tanggung jawab keluarga,maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segara
dicatat kapan terjadinya.perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.
b. Pengalaman
keputusan untuk melakukkan tindakan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai
dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga
c. Memberikan
keperawatan aggotanya yang skit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri
karena cacat atau usianya terlalu muda.
d. Mempertahankan
suasana dirumah yangmenguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota
keluarga.
e. Mempertahankan
hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan.
Pada dasarnya
perasaan-perasaan tentang kepantasan hidup, perasaan bahwa hidupnya masih
bermakna meskipun mengidap HIV/AIDS, tidak adanya pemikiran tentang bunuh diri merupakan
komponen dari kebermaknaan hidup. Hal ini sesuai dengan pernyataan Crumbaugh
dan Maholik (dalam Koeswara,1992) bahwa komponen-komponen dari kebermaknaan
hidup, kepuasan hidup, kebebasan berkehendak, sikap terhadap kematian, pikiran
tentang bunuh diri dan kepantasan hidup.
Berdasarkan
uraian diatas disimpulkan bahwa dukungan sosial dapat mempengaruhi kebermaknaan
hidup. Dukungan tidak hanya datang dari keluarga saja tetapi dari sosialnya
juga sangat mempengaruhi penderita HIV/AIDS sehingga mereka tidak mendapatkan
diskriminasi dari lingkungannya tetapi yang sangat berperan penting untuk
psikologis penderita nya itu adalah dukungan keluarga bagaimana penerimaan
keluarga terhadap penderita HIV/AIDS sehingga penderita HIV/AIDS tidak stres
dan depresi sehingga penderita HIV/AIDS sangat menikmati hidup dan bisa
memaknai kehidupannya secara positif. Dukungan sosial juga tidak hanya
ditentukan berdasarkan banyaknya sumber dukungan tetapi lamanya pemberian
dukungan tersebut.
Bastaman,M. 1997.LOGOTERAPI: Psikologi untuk Menemukan Makna
Hidup dan Meraih Hidup Bermakna. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Bastaman, H, D. 1996. Meraih Hidup Bermakna. Jakarta: Paramadina
Meyerowitz, B. E. 1980.
Psychological correlative of breast cancer and it treatment. Psychological Bulletin.87 (1). 108-131.
Schultz, D. 1991. Growth Psychology : Model of the healthy
Personality: New York: Dvam Mostrand.
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT
Grasindo
Ika,
Silvitasari, Hermawati, Martini, 2014. Efektivitas
dukungan keluarga terhadap kepatuhan pengobatan ARV Pada ODHA di kelompok
dukungan sebaya kartasura
0 komentar:
Posting Komentar