14.4.17

ARTIKEL: SKIZOFRENIA PARANOIA

SKIZOFRENIA PARANOIA
Wahyu Relisa Ningrum
15.310.410.1087
Psikologi Abnormal


       Skizofrenia ialah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini menyerang 4 sampai 7 dari 1000 orang (Saha et al, 2005 dalam Yosianto, dkk, 2012). Jenis-jenis gangguan skizofrenia adalah skizofrenia hebephrenic, skizofrenia catatonic dan skizofrenia paranoia. Skizofrenia paranoia ialah gangguan skizofrenia dimana penderita diliputi macam-macam delusi dan halusinasi yang terus menerus berganti coraknya dan tidak teratur. Biasanya pasien terlihat lebih “waras” dan tidak terlihat aneh jika dibandingkan dengan pasien skizofrenia jenis lainnya. (Kartono, 1989).
         Synthom-synthom skizofrenia adalah adanya gangguan motorik yaitu retardasi jasmani dan lamban gerak-geraknya, adanya tingkah laku yang stereotipis, ada gerak-gerak motorik yang lamban, tidak teratur, dan kaku atau tingkah laku yang aneh-aneh atau eksentrik. Synthom fisiknya meliputi ingatan dan intelek sangat mundur, mengalami regresi dan degenerasi mental, menjadi jorok dan kotor sekali, mengalami halusinasi, delusi yang salah dan sering mengarang kata-kata baru tanpa mengandung arti sesuatupun, emosional, acuh tak acuh, apatis, dan terjadi breakdown mental secara total (Kartono, 1989).
      Penyembuhan bagi pasien skizofrenia pada umumnya sedikit sekali kemungkinan bisa sembuh, apalagi keadaannya sudah parah. Pasien tergantung dengan menggunakan pengobatan antipsikotik (Irwan, dkk, 2008 dalam Yosianto, dkk, 2012). Yang terpenting adalah usaha-usaha pencegahan yang harus dilakukan, misalnya frustasi, kesulitan psikis lainnya, memiliki sikap hidup yang sehat, berani mengambil resiko, sanggup mengahdapi realitas dengan rasa positif dan bisa terbuka dengan orang lain (ekstrovert).
      Pasien skizofrenia dalam masa penyembuhan bisa untuk diajak berkomunikasi. Walaupun sering kurang jelas apa yang dibicarakan. Perlu adanya pendekatan yang intensif, obat-obatan yang disesuaikan dengan tingkat gangguannya. Apabila pasien skizofrenia dinyatakan sembuh dan boleh bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, maka tidak boleh putus obat. Obat-obatan tersebut akan dikurangi dosisnya dan jumlah sedikit demi sedikit sesuai anjuran dari psikiatri.

Daftar Pustaka:

Fahrul, Mukaddas, A., & Faustine, I. (2014). Rasionalitas Penggunaan Antipsikotik pada Pasien Skizofrenia di Instalasi Rawat Inap Jiwa RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah Periode Januari-April 2014. Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(2): 19, Agustus 2014. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=184518&val=741&title=Rasionalitas%20Penggunaan%20Antipsikotik%20pada%20Pasien%20Skizofrenia%20di%20Instalasi%20Rawat%20Inap%20Jiwa%20RSD%20Madani%20Provinsi%20Sulawesi%20Tengah%20Periode%20Januari-April%202014. Diakses tanggal 10 April 2017. 

Kartono, Kartini. (1989). Psikologi Abnormal Dan Abnormalitas Seksual. Penerbit Mandar Maju. Bandung. 167-171.

0 komentar:

Posting Komentar