22.4.17

Artikel : Persepsi Sosial





ARTIKEL : PERSEPSI SOSIAL

Oleh :

NIKEN LARASATI
16.310.410.1135
PSIKOLOGI SOSIAL I

Sebagai manusia, kita hidup dalam sebuah lingkungan sosial. Dimana dalam lingkungan sosial tersebut terdapat banyak individu yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai sifat, sikap, penampilan, ataupun budaya yang memiliki makna berbeda. Biasanya kita cenderung menilai suatu penampilan atau budaya dengan stereotip - stereotip yang kita yakini, dimana stereotip-stereotip tersebut belum tentu benar dan sesuai dengan kenyataannya. Misalnya saja kita menilai seseorang yang ada di sekitar kita melalui penampilannya, seperti dengan melihat ekspresi emosional wajahnya, bentuk wajah, bentuk tubuh, maupun pakaiannya.
Banyak dari orang-orang yang cenderung memberikan penilaian terhadap orang lain berdasarkan ekspresi emosional wajahnya. Ekspresi - ekpresi wajah tertentu yang bersifat universal di berbagai bangsa atau negara seperti tertawa dianggap sebagai ekspresi yang menunjukkan kegembiraan sedangkan menangis dianggap sebagai ekspresi yang menunjukkan kesedihan.
Namun, terkadang tertawa bisa juga dianggap sebagai ekspresi permusuhan jika seseorang tertawa ketika orang lain memiliki suatu permasalahan. Namun, kita juga perlu ingat bahwa tidak semua ekspresi wajah seseorang memiliki arti yang sama, ekpresi wajah pada seseorang bisa jadi memiliki arti yang berbeda yang terikat dengan negaranya. Misalnya saja, ekspresi menggelengkan kepala di negara India memiliki arti “iya”, sedangkan di Indonesia sendiri ekspresi menggelengkan kepala merupakan ekspresi yang memiliki arti “tidak”. Jelas sekali bahwa ekpresi wajah seseorang bisa menimbulkan persepsi yang berbeda di setiap individu.
Tak hanya itu saja, banyak dari orang-orang di sekitar kita sering sekali membuat persepsi kepada orang lain dengan melihat bentuk wajah dan bentuk tubuh mereka. Bagaimana pun rupa wajah atau bentuk tubuh kita itu adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan memberi kita wajah dengan bentuk dagu kecil, alis tinggi, atau pun kepala besar bukan berarti bentuk wajah kita itu memiliki makna tertentu, namun Tuhan memberi kita wajah dengan bentuk yang sedemikian rupa karena Tuhan tahu bentuk yang bagaimana yang pantas dan cocok untuk diri kita. Begitu pula dengan bentuk tubuh kita, bukan berarti orang yang kurus atau pun gemuk memiliki kepribadian yang sama seperti persepsi kebanyakan orang.
Namun, orang-orang selalu menafsirkan bahwa dalam setiap bentuk wajah maupun bentuk tubuh memiliki makna atau arti masing-masing dalam menilai kepribadian mereka. Misalnya saja menurut kebanyakan orang, individu yang memiliki kepala besar mempunyai kepribadian yang identik dengan orang-orang bodoh tetapi jujur, orang-orang yang memiliki dagu kecil berarti dia memiliki kepribadian yang lemah, orang-orang yang beralis tinggi memiliki kepribadian yang sangat cerdas, namun sebaliknya orang-orang yang beralis rendah memiliki kepribadian punya selera rendah terhadap suatu hal. 
Tidak hanya itu saja, orang-orang juga menganggap bahwa individu yang bertubuh atau kurus adalah individu yang  memiliki sifat penakut, tertutup, dan terkekang oleh lingkungan sekitarnya. Sedangkan individu yang memiliki tubuh gemuk adalah individu yang biasanya tenang, gembira, dan peramah pada setiap orang.
Banyak orang yang memberi persepsi pada individu dari cara individu tersebut berpakaian. Misalnya ada seorang anak laki-laki yang sukanya setiap hari berpakaian acak-acakan, kadang kala individu yang seperti ini dianggap sebagai individu yang pemalas, namun ada juga orang yang menganggap bahwa individu seperti ini merupakan individu yang berpenampilan ala  kadarnya serta termasuk tipe orang yang santai.
Persepsi-persepsi semacam ini sudah ada dalam lingkungan sosial kita dan dalam kehidupan sehari-hari kita. Dimana persepsi semacam ini belum tentu benar. Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-hari kita tidak dapat memandang orang lain hanya berdasarkan penampilannya, karena kepribadian setiap orang itu belum tentu sama dengan persepsi orang lain yang memandang individu tersebut dari penampilannya.

SUMBER :
Walgito Bimo. 1978. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset
Hudaniah Tri Dayakisni. 2003. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press

0 komentar:

Posting Komentar