ARTIKEL : PERSEPSI SOSIAL
Oleh :
NIKEN
LARASATI
16.310.410.1135
PSIKOLOGI
SOSIAL I
Sebagai manusia, kita hidup dalam sebuah
lingkungan sosial. Dimana dalam lingkungan sosial tersebut terdapat banyak
individu yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai sifat,
sikap, penampilan, ataupun budaya yang memiliki makna berbeda. Biasanya kita
cenderung menilai suatu penampilan atau budaya dengan stereotip - stereotip
yang kita yakini, dimana stereotip-stereotip tersebut belum tentu benar dan
sesuai dengan kenyataannya. Misalnya saja kita menilai seseorang yang ada di
sekitar kita melalui penampilannya, seperti dengan melihat ekspresi emosional
wajahnya, bentuk wajah, bentuk tubuh, maupun pakaiannya.
Banyak dari orang-orang yang cenderung
memberikan penilaian terhadap orang lain berdasarkan ekspresi emosional
wajahnya. Ekspresi - ekpresi wajah tertentu yang bersifat universal di berbagai
bangsa atau negara seperti tertawa dianggap sebagai ekspresi yang menunjukkan
kegembiraan sedangkan menangis dianggap sebagai ekspresi yang menunjukkan
kesedihan.
Namun, terkadang tertawa bisa juga dianggap
sebagai ekspresi permusuhan jika seseorang tertawa ketika orang lain memiliki
suatu permasalahan. Namun, kita juga perlu ingat bahwa tidak semua ekspresi
wajah seseorang memiliki arti yang sama, ekpresi wajah pada seseorang bisa jadi
memiliki arti yang berbeda yang terikat dengan negaranya. Misalnya saja,
ekspresi menggelengkan kepala di negara India memiliki arti “iya”, sedangkan di
Indonesia sendiri ekspresi menggelengkan kepala merupakan ekspresi yang
memiliki arti “tidak”. Jelas sekali bahwa ekpresi wajah seseorang bisa
menimbulkan persepsi yang berbeda di setiap individu.
Tak hanya itu saja, banyak dari orang-orang di
sekitar kita sering sekali membuat persepsi kepada orang lain dengan melihat
bentuk wajah dan bentuk tubuh mereka. Bagaimana pun rupa wajah atau bentuk
tubuh kita itu adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan memberi kita
wajah dengan bentuk dagu kecil, alis tinggi, atau pun kepala besar bukan
berarti bentuk wajah kita itu memiliki makna tertentu, namun Tuhan memberi kita
wajah dengan bentuk yang sedemikian rupa karena Tuhan tahu bentuk yang
bagaimana yang pantas dan cocok untuk diri kita. Begitu pula dengan bentuk
tubuh kita, bukan berarti orang yang kurus atau pun gemuk memiliki kepribadian
yang sama seperti persepsi kebanyakan orang.
Namun, orang-orang selalu menafsirkan bahwa
dalam setiap bentuk wajah maupun bentuk tubuh memiliki makna atau arti masing-masing
dalam menilai kepribadian mereka. Misalnya saja menurut kebanyakan orang,
individu yang memiliki kepala besar mempunyai kepribadian yang identik dengan
orang-orang bodoh tetapi jujur, orang-orang yang memiliki dagu kecil berarti
dia memiliki kepribadian yang lemah, orang-orang yang beralis tinggi memiliki
kepribadian yang sangat cerdas, namun sebaliknya orang-orang yang beralis
rendah memiliki kepribadian punya selera rendah terhadap suatu hal.
Tidak hanya itu saja, orang-orang juga
menganggap bahwa individu yang bertubuh atau kurus adalah individu yang memiliki sifat penakut, tertutup, dan
terkekang oleh lingkungan sekitarnya. Sedangkan individu yang memiliki tubuh
gemuk adalah individu yang biasanya tenang, gembira, dan peramah pada setiap
orang.
Banyak orang yang memberi persepsi pada
individu dari cara individu tersebut berpakaian. Misalnya ada seorang anak
laki-laki yang sukanya setiap hari berpakaian acak-acakan, kadang kala individu
yang seperti ini dianggap sebagai individu yang pemalas, namun ada juga orang
yang menganggap bahwa individu seperti ini merupakan individu yang
berpenampilan ala kadarnya serta
termasuk tipe orang yang santai.
Persepsi-persepsi semacam ini sudah ada dalam
lingkungan sosial kita dan dalam kehidupan sehari-hari kita. Dimana persepsi
semacam ini belum tentu benar. Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-hari
kita tidak dapat memandang orang lain hanya berdasarkan penampilannya, karena
kepribadian setiap orang itu belum tentu sama dengan persepsi orang lain yang
memandang individu tersebut dari penampilannya.
SUMBER :
Walgito
Bimo. 1978. Psikologi Sosial (Suatu
Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset
Hudaniah Tri
Dayakisni. 2003. Psikologi Sosial.
Malang: UMM Press
0 komentar:
Posting Komentar