21.4.17

ARTIKEL : PEMBUNUHAN KARAKTER MASSAL PENDUDUK KOTA

                                                                             Siti Hanifah
                                                                         (16.310.410.1151)
                                                                           Psikologi Sosial 


              Banyak orang diperkotaan yang hanya memaknai kesuksesan mereka dari jumlah materi dan pemapilan luar saja. Banyak yang tidak menyadari bahwa kesuksesan material justru biasanya merupakan kegagalan sosial, mental, dan spiritual. Karena statusnya yang tinggi dia enggan mendekati tetangganya, saudaranya, yang tidak mampu, itu merupakan kegagalan sosial. Karena dijauhi orang tersebut pada akhirnya akan kesepian, dan tertekan karena tidak mampu mencurahkan segala isi hatinya dan pengalaman-pengalamannya. Karena kesepiannya individu tersebut menyalahkan tuhan, akhirnya menjadi lebih yakin akan pilihannya dalam mengejar materidan gagal menjaga komitmen kemanusiaan, itu adalah kegagalan spiritual.
          Erich Fromm, tokoh psikologi perkembangan ini memaknai istilah kepribadian “Having Oriented”untuk warga kota yang seperti ini, yaitu mereka yang memiliki gaya hidup yang mengejar materi, tetapi tidak disertai dengan pemaknaan hidup yang dalam yang biasanya dimiliki oleh orang-orang dengan kepribadian “being oriented”. Ukuran kebahagiaan hidup mereka yang memiliki “having Oriented” Hanya sebatas kebahagiaan material yang mengesampingkan kebahagiaan social dan kebahagiaan spiritual. Hal ini pun semakin akut dengan padatnya kota dengan perumahan dan gedung-gdung bertingkat yang warganya berlomba-lomba mengejar materi sehingga menghalalkan segala cara walaupun harus mengorbankan tubuh, moral dan imannya. Sikut kanan, sikut kiri, injak bawah, injak atasan, nyatut di depan, korup dibelakang menjadi hal yang lazim terjadi diwarga kota.
Mal menjadi sebuah pelarian bagi warga kota dan merupakan sebuah epitemologi baru dimana hubungan anatara imajinasi dan realitas menjadi bias sehingga akhirnya warga kota tidak bisa lagi membedakan mana kenyataan dan berbagai hal yang semu adana.
             Lebih jauh lagi warga kota mnderita deindividuasi, suatu kodisi psikologis di mana terjadi penurunan keasadaran diri hingga individu akan melakukan segala hal yang tidak akan dilakukannya jika sendiri. Contonya saja Diskon, cuci gudang,dan obral. Hal tersebut telah mengkondisikan warga kota yang berada dalam keramaian mal untuk berbondong-bondongmembeli semuanya tanpa pikir panjang. Manjemen diskon kemudaian akan memelihara kondisi psikologis massa ini secara terus menerus sehingga memprogram pikiran warga. Seperti anjing Pavlov, warga kota akan langsung “ngiler” ketika diskon datang. Mereka tidak lagi sadar jika dicuci otaknya, sehingga kehilangan kesadaran dan kontrol diri. Pembunuhan karakter missal telah terjadi di mal dan warga kota kota bahkan tak menyadarinya.
             Kita lahir disebuah negara yang sangat kaya dengan budaya adi luhungnya, namun sayang kita menjadi individu yang tidak lagi bangga akan hal tersebut namun malah mengadopsi berbagai budaya yang datang dari negri asing yang justru telah menghilangkan jati diri dan karakter kita yang sebenarnya. Untuk itu sebagai warga Indonesia dan pemuda pemudi Indonesia, ayo bangga dengan budaya kita budaya Indonesia.

Referensi :
Halim, Deddy Kurniawan. (2008). Psikologi lingkungan perkotaan. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

0 komentar:

Posting Komentar