SITI HANIFAH
(16.310.410.1151)
Psikologi Sosial
Ruang Kuliah Yang Ramah Berpengaruh Pada Prestasi
Ruang kuliah perguruan tinggi
sering merupakan tempat yang membosankan dan suram. Dinding dicat dengan warna
“abu-abu kelembagaan”, meja kursi mudah dibersihkan, tetapi tidak nyaman dan
tidak menarik. Kursi diatur berderet lurus menghadap mimbar atau meja guru.
Dalam suatu penelitian
(Ferrenkopf, 1947) lebih dari 80 persen mahasiswa di sebuah universitas menilai
ruang kuliah mereka secara negative, dengan melukiskannya sebagai tempat yang
buruk, sempit, sesak, tidak nyaman, dan sebagainya. Penelitian yang dilakukan
oleh pakar psikologi mulai memperlihatkan bahwa ruang kelas yang tidak menarik
tidak hanya tidak memiliki daya pikat, tetapi juga mempengaruhi prestasi
akademis.
Dalam penelitian peragaan yang
diadakan oleh sommor dan olsen (1980), sebuah ruang kuliah yang kecil diubah
menjadi ruang yang oleh sebuah peneliti disebut “ ruang kuliah yang
lembut/nyaman.” Sederetan kursi yang dilengkapi dengan alas duduk ditempatkan
disekitar dinding, ditambahkan karpet, pencahayaan disesuaikan dengan baik, dan
digantungkan gambar-gambar yang cerah. Para mahasiswa memberikan reaksi secara
antusias dengan memberikan komentar seperti “ Ini sebuah kejutan.” Atau “Saya
sangat terkesan!” Perbandingan perilaku mahasiswa diruang kuliah yang lain menunjukkan bahwa partisipasi mahasiswa dalam
diskusi kelas dua atau tiga kali lebih banyak di dalam ruang yang lebih
menarik.
Penelitian tentang lingkungan
ruang kuliah yang dikenali dengan cermat dilakukan oleh wollin dan montage
(1981 ). Mereka memilih dua ruang kuliah identik yang terletak bersebelahan di
gedung psikologi . Ruang kuliah pengendali, yang mereka sebut “ ruang kuliah
yang steril”.” Berdinding putih, memiliki karpet abu-abu”, dan sederetan meja
tulis plastik. Ruang kuliah eksperimental, yang mereka sebut “ ruang kuliah
yang ramah,” dihias kembali dengan meminta bantuan seorang konsultan desain. Beberapa
dinding dicat dengan warna cerah , poster seni digantungkan di dinding,
sejumlah tanaman diletakkan di ruang tersebut, dan layang-layang Cina yang
berwarna cerah digantungkan dilangit-langit. Selain itu meja tulis tradisionil,
sebagian ruangan dilengkapi dengan permadani, alas tempat duduk yang mempunyai
warna serasi, dan kubus kayu untuk menyediakan kursi yang tidak tradisional.
Para peneliti menyelidiki
bagaimana kedua lingkungan yang berbeda ini mempengaruhi prestasi dalam
perkuliahan yang sebenarnya. Dua professor yang mengajar pengantar psikologi
bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, meskipun mereka tidak diberitahu
tentang tujuan penelitian tersebut. Ketika masa kuliah dimulai, tiap tingkat
ditempatkan secara acak disalah satu dari dua ruang kuliah itu. Pada
pertengahan masa kuliah, kedua tingkat tersebut ditukar , sehingga mahasiswa di
kedua tingkat itu berada di ruang pengendalian selama setengah masa kuliah dan di ruang
“ramah” selama setengah masa kuliah. Para mahasiswa tersebut tidak diberitahu
bahwa mereka sedang diteliti, terjadinya pertukaran kelas dijelaskan sebagai
akibat dibutuhkannya ruang yang semula untuk pemutan video
Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa mahasiswa yang berada diruang “ramah” secara signifikan prestasinya
lebih baik saat ujian dari pada yang berada diruang steril.
Jadi, tampak bahwa lingkungan
fisik dapat mempengaruhi jumlah pengetahuan yang dapat dipelajari,
setidaknya-tidaknya terukur melalui nilai ujian. Disamping itu mahasiswa juga
disuruh mengevaluasi para pengajar mereka. Secara signifikan pengajar dinilai
lebih positif bila perkuliahan diadakan di ruang kelas yang menarik. Diruang
eksperimental, pengajar dinilai lebih berpengetahuan, lebih menarik perhatian,
dan lebih tertib dibandingakan pengajar yang berada di ruang pengendalian.
Jadi, penilaian kita tentang orang lain setidak-tidaknya sebagian dipengaruhi
oleh lingkungan fisik dimana kita berinteraksi dengan mereka.
Jadi alangkah lebih baik jika kita menciptakan ruang kuliah yang ramah/nyaman. Hal itu tidaklah mustahil bagi kita jika ada eksen yang nyata. Paling tidak jika tidak bisa mewujutkannya selalu jaga ruang kuliah agar tetap kondusif sepeti tidak membuat gaduh ataupun meninggalkan sampah diruang kelas, dan menata kembali meja/kursi. Di mulai dari hal yang kecil yang berdampak pada hal besar. Dari situ mulai tunjukkanlah sikap sosial pada lingkungan kita sendiri
Referensi :
Adryanto. Michael. (1991). Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga.
0 komentar:
Posting Komentar