GADGET DAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK
Ana Istiqomah (16.310.410.1126)
Psikologi Sosial 1
Kecanggihan teknologi membawa kita pada
suatu hal yang instan dan individual. Memang, gadget memberikan manfaat dan
memudahkan manusia. Bahkan, kebutuhan akan gadget sudah seperti kebutuhan akan
minuman. Karena manusia sudah terlena dengan kecanggihan dan kemudahan yang
teknologi berikan. Sehingga membawa individualitas manusia lebih tinggi dari
sosialitasnya.
Kodrat manusia sebagai makhluk sosial
tergeser oleh kecanggihan teknologi. Bahkan, anak kecil jaman sekarang sudah
pandai mengoperasikan smartphone, namun gagu dalam bersosialisasi. Dengan ponsel
di tangan, anak akan diam dan anteng, tanpa orangtua harus susah-susah
mengurus. Bukankah sangat menguntungkan? Terlebih bagi orangtua yang apa-apa
selalu ingin instan dan mudah.
Orangtua kadang lalai, bahwa kecerdasan
anak tak hanya kecerdasan intelejensinya saja yang perlu dikembangkan. Melainkan
kecerdasan emosionalnya juga. Dengan diberikan gadget, memang anak akan jadi
lebih maju dalam informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi –kognitif. Namun,
tak pandai dalam bersosialisasi. Bahkan, dalam beretika pun juga kadang kurang
baik.
Keluarga merupakan kelompok sosial yang
pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai
manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Namun, bila
orangtuanya saja kurang dalam berinteraksi dengan anak, maka anak juga akan
canggung dalam berinteraksi dengan kelompok sosial diluar keluarga. Hal ini
membentuk anak dengan individualitas tinggi, dan terkadang menjadi pribadi yang
cuek dengan lingkungan sekitar dan kurang peduli.
Anak dengan individualitas tinggi
cenderung mengedepankan kompetisi ketimbang kolaborasi. Sehingga yang ia
pikirkan hanya dirinya, dirinya dan dirinya. Semua demi keuntungan dirinya. Namun,
anak seperti itu kurang memiliki kreativitas dan hanya mengandalkan kemampuan
kognitifnya. Hal ini dapat membuat anak menjadi pribadi yang egois dan arogan
ketika dewasa nanti dan kurang memiliki kepedulian sosial serta empati.
Efek buruk lain dari kurangnya
bersosialisasi adalah bila mendapatkan masalah, anak akan kesulitan dalam
memecahkannya, hingga dapat menyebabkan frustasi dan putus asa.
Contoh kasus, sekarang ini banyak
anak-anak yang tak mau lepas dari gadget miliknya –karena sudah kecanduan. Sehingga
ia menjadi anak yang malas, susah bergaul dan tidak kreatif. Bila sudah asyik
dengan gadgetnya, ia akan lupa dengan lingkungan sekitar dan tak peduli dengan
apa yang terjadi di sekitarnya. Bahkan, disapa oleh teman sebayanya, ia tak
peduli.
Menyadari fenomena seperti itu,
seharusnya orangtua lebih mengerti apa yang terbaik bagi putra-putrinya. Memang,
kecerdasan kognitif perlu –sangat perlu- untuk dikembangkan, namun, kecerdasan
emosional juga sangat perlu untuk diasah. Tentu demi kebaikan si anak sendiri.
Daftar pustaka
Gerungan, W. A.. (2010). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika
Aditama.
0 komentar:
Posting Komentar