22.4.17

Artikel: Gadget dan Kemampuan Sosial Anak

GADGET DAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK
Ana Istiqomah (16.310.410.1126)
Psikologi Sosial 1

Kecanggihan teknologi membawa kita pada suatu hal yang instan dan individual. Memang, gadget memberikan manfaat dan memudahkan manusia. Bahkan, kebutuhan akan gadget sudah seperti kebutuhan akan minuman. Karena manusia sudah terlena dengan kecanggihan dan kemudahan yang teknologi berikan. Sehingga membawa individualitas manusia lebih tinggi dari sosialitasnya.
Kodrat manusia sebagai makhluk sosial tergeser oleh kecanggihan teknologi. Bahkan, anak kecil jaman sekarang sudah pandai mengoperasikan smartphone, namun gagu dalam bersosialisasi. Dengan ponsel di tangan, anak akan diam dan anteng, tanpa orangtua harus susah-susah mengurus. Bukankah sangat menguntungkan? Terlebih bagi orangtua yang apa-apa selalu ingin instan dan mudah.
Orangtua kadang lalai, bahwa kecerdasan anak tak hanya kecerdasan intelejensinya saja yang perlu dikembangkan. Melainkan kecerdasan emosionalnya juga. Dengan diberikan gadget, memang anak akan jadi lebih maju dalam informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi –kognitif. Namun, tak pandai dalam bersosialisasi. Bahkan, dalam beretika pun juga kadang kurang baik.
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Namun, bila orangtuanya saja kurang dalam berinteraksi dengan anak, maka anak juga akan canggung dalam berinteraksi dengan kelompok sosial diluar keluarga. Hal ini membentuk anak dengan individualitas tinggi, dan terkadang menjadi pribadi yang cuek dengan lingkungan sekitar dan kurang peduli.
Anak dengan individualitas tinggi cenderung mengedepankan kompetisi ketimbang kolaborasi. Sehingga yang ia pikirkan hanya dirinya, dirinya dan dirinya. Semua demi keuntungan dirinya. Namun, anak seperti itu kurang memiliki kreativitas dan hanya mengandalkan kemampuan kognitifnya. Hal ini dapat membuat anak menjadi pribadi yang egois dan arogan ketika dewasa nanti dan kurang memiliki kepedulian sosial serta empati.
Efek buruk lain dari kurangnya bersosialisasi adalah bila mendapatkan masalah, anak akan kesulitan dalam memecahkannya, hingga dapat menyebabkan frustasi dan putus asa.
Contoh kasus, sekarang ini banyak anak-anak yang tak mau lepas dari gadget miliknya –karena sudah kecanduan. Sehingga ia menjadi anak yang malas, susah bergaul dan tidak kreatif. Bila sudah asyik dengan gadgetnya, ia akan lupa dengan lingkungan sekitar dan tak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Bahkan, disapa oleh teman sebayanya, ia tak peduli.
Menyadari fenomena seperti itu, seharusnya orangtua lebih mengerti apa yang terbaik bagi putra-putrinya. Memang, kecerdasan kognitif perlu –sangat perlu- untuk dikembangkan, namun, kecerdasan emosional juga sangat perlu untuk diasah. Tentu demi kebaikan si anak sendiri.
Daftar pustaka

Gerungan, W. A.. (2010). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.

0 komentar:

Posting Komentar