Empati Pada Perilaku Merokok
Meissy
Bella Sari
163104101143
Psikologi
Sosial
Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Saat ini banyak penyakit yang diderita tidak disebabkan oleh
kuman atau bakteri, tetapi lebih disebabkan oleh kebiasaan atau pola hidup
tidak sehat. Jantung koroner, kanker, stroke, kanker kulit, diabetes, gigi keropos
dan tekanan darah tinggi merupakan contoh dari penyakit-penyakit tersebut.
Hardinge, dkk. (2001) mengemukakan bahwa merokok adalah salah satu kebiasaan
atau pola hidup yang tidak sehat itu. Lebih lanjut dikemukakannya bahwa perilaku
merokok tidak hanya menyebabkan berbagai macam penyakit tetapi juga dapat
memperberat sejumlah penyakit lainnya.
Perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau
menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok. Perilaku merokok ini
diukur melalui aktivitas subjek berdasarkan pada pengakuan mereka mengenai
volume atau frekuensi, tempat, waktu, dan fungsi merokok dalam kehidupan
sehari-hari. Tempat Umum adalah sarana yang di selenggarakan oleh pemerintah,
swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi mayarakat.
White & Watt (1981) mengungkapkan bahwa seorang
perokok yang menghisap 1- 9 batang rokok perhari akan mengalami pemendekan umur
sekitar 5,5 tahun. Resiko tersebut sesungguhnya tidak hanya mengenai perokok
(aktif) saja tetapi juga orang-orang di sekitar perokok, yaitu orang yang tidak
merokok tetapi harus menghirup asap rokok atau orang yang
berada
di sekitar perokok atau untuk selanjutnya dikatakan dengan perokok pasif.
Perokok pasif secara tidak langsung telah memasukkan zat-zat yang berbahaya ke
dalam tubuh bersamaan dengan asap rokok yang tanpa sengaja terhisap.
Kondisi
ini lebih membahayakan karena tubuh perokok pasif tidak terbiasa dengan asap
yang
terhisap ke dalam tubuh mereka (Sarafino, 1990). Beberapa penelitian melaporkan
bahwa sekitar 20% - 30% kejadian terkena resiko penyakit kanker paru-paru,
dialami oleh perokok pasif
(Aditama,
1997). Interaksi antara perokok aktif dengan perokok pasif ini biasanya terjadi
di tempat-tempat umum, seperti misalnya stasiun kereta api, terminal, di dalam
bus kota, dll.
Komalasari
(2000) dalam penelitiannya juga mengungkapkan bahwa ada hubungan antara
kepuasan psikologis dengan perilaku merokok yang sangat signifikan. Hal ini
berarti semakin tinggi kepuasan psikologis yang dirasakan akan semakin tinggi
perilaku merokok yang ditunjukkan.
Ada hubungan negatif antara empati dengan perilaku
merokok di tempat umum, khususnya pada remaja madya dan remaja akhir yang
merokok di tempat umum. Semakin tinggi empati maka perilaku merokok ditempat
umum semakin berkurang begitu pula sebaliknya, semakin rendah empati maka
perilaku merokok di tempat umum semakin meningkat.
Daftar
Pustaka
Sari, Ramdhan & Eliza (2003). Empati Dan
Perilaku Merokok Di Tempat Umum, Jurnal
Psikologi, No 2, 81-90
Goleman,
D. 2000. Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Cetakan
ke-1. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
0 komentar:
Posting Komentar