POSISI SOSIAL DAN TRANSISI MENUJU DEWASA
NAMA : RATIH SETIYANINGSIH
NIM : 16.310.410.1140
MATA KULIAH:
PSIKOLOGI SOSIAL
Memahami kehidupan anak muda berarti
pula mengungkap dinamika antara struktur sosial dan individu. Posisi sosial
akan mempengaruhi pengalaman mereka dalam proses transisi menuju dewasa, dan
turut pula memengaruhi bagaimana mereka menghadapinya. Di bidang psikologi
perkembangan, masa remaja awal (12-16tahun), (remaja pertengahan (15-18tahun),
hingga remaja akhir (18-22tahun). Pentingnya pendekatan sosial dalam memahami
anak muda. Bagaimana anak muda
mengkonstruksikan makna “anak muda” dan menjadi dewasa dengan terjadinya
perubahan sosial dan keinginan individu ingin segera menjadi dewasa atau keinginan
untuk tetap menjadi anak muda. Memahami peran struktur dalam kehidupan anak
muda berarti pula mengakui peran posisi sosial seseorang dalam pengalamannya
menuju dewasa.
Menurut Arnett (2000:268), memunculkan
gagasan mengenai adanya tahap kehidupan baru ini berada antara kehidupan
manusia. Tahap kehidupan baru ini berada antara masa remaja dan dewasa yang
selanjutnya ia sebut sebagai masa menjelang dewasa. Sejalan dengan Tyyska, ia
menunjukkan bahwa perubahan sosial dan ekonomi telah memperpanjang waktu antara
masa remaja dan dewasa. Pengaruh globalisasi juga menyebabkan terjadinya
peningkatan mobilitas oleh anak muda. Arus globalisasi turut memicu jumlah anak
muda yang bermigrasi ke daerah perkotaan sehingga otomatis jumlah mereka yang
tinggal dalam keluarga besar. Disisi lain, globalisasi juga meningkatkan gaya
hidup konsumerisme melalui pengaruh media (Whn dan White,1997;Ansell, 2005).
Menurut
Manheim (1956), konsep “generasi” dan bagaimana proses pembentukan sebuah
generasi. Ia menekankan bahwa kolektivitas generasi sering kali terbentuk berdasarkan
kelompok usia, dimana kelompok ini “berbagi interpretasi pengalaman”, dan
saling melakukan tatap muka dalam proses interaksi antara anggota generasi.
Dalam perkembangannnya, konsep generasi juga memasukkan permasalahan relasi
kuasa yang dilihat dari adanya ketidaksetaraan antargenerasi. Oleh karena itu,
konsep generasi juga merujuk pada posisi sosial seseorang, kelas, gender, etnis
dan sebagainya.
Saat ini, terjadinya peningkatan
jumlah perempuan yang memasuki pasar tenaga kerja. Tugas domestic seperti
merawat bayi jarang ditransfer ke laki-laki (dalam hal ini ayah si anak),
tetapi dialihkan kepada babysister atau nenek si anak. Disatu sisi, perempuan
memperoleh manfaat dari terbukanya peluang kerja bagi mereka, karena perempuan
memiliki kesempatan untuk mengalami mobilitas sosial. Paling tidak, merkea bisa
lebih mandiri secara finansial. Hal ini sering kali berimbas pada meningkatnya
posisi tawar mereka dalam keluarga. Sebaliknya, keharusan melibatkan nenek
dalam praktik pengasuhan anak membuat perempuan mengalami penurunan kekuasaan,
terutama dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan praktik
pengasuhan anak. Kasus ini menunjukkan bahwa di beberapa masyarakat, termasuk
di Indonesia, masa tua tidak selalu menyiratkan hilangnya kekuasaan. Penurunan
kekuasaan untuk membuat keputusan secara mandiri bisa membuat seseorang merasa
bahwa transisinya menuju tahap kehidupan berikutnya tidak terjadi. Sebaliknya,
transisinya seolah berjalan “terbalik” dari masa dewasa kembali ke masa muda.
Dari uraian diatas, disimpulkan
memiliki perspektif yang seimbang antara struktur individu memberikan pemahaman
tentang bagaimana anak muda menghadapi kendala atau mengambil kesempatan dalam
struktur sosialnya, bagaimana mereka menjalani transisi menuju kedewasaan dan
sekaligus bagaimana kesamaan pengalaman dalam berbagai struktur sosial yang
berbeda. Memilih teman dan lingkungan sosial yang baik sangatlah penting dalam
pembentukan remaja atau anak muda menuju dewasa yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA :
Minza,
Wenty Marina. (2012). Psikologi Untuk
Kesejahteraan Masyarakat. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 118-136.
0 komentar:
Posting Komentar