ARTIKEL: PERANAN SEKOLAH TERHADAP PERKEMBANGAN
INDIVIDU
Nama: Irwanto
NIM. 16.310.410.1125
Mata Kuliah: Psikologi Sosial 1
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Mengenai peranan
sekolah terhadap perkembangan sosial anak ini kurang mendapat penelitian yang
tegas. Sebab interaksi sosial yang berlaku di sekolah biasanya tidak sedemikian
mendalam dan kontinu seperti yang terjadi dalam rumah tangga. Di samping itu
pemimpin kelompok di sekolah biasanya sering berganti-ganti. Selain itu penelitian
mengenai peranan sekolah dalam perkembangan sosial anak-anak lebih sulit
diadakan secara terperinci seperti yang dapat diadakan pada keluarga. Jelaslah
kiranya bahwa pengaruh sekolah terhadap perkembangan sosial anak-anak tentulah
ada, dan peranannya cukup besar pula.
Anak-anak itu telah
bersekolah di situ selama 4 sampai 8 bulan, dan sebelumnya mereka masuk telah
diadakan testing dengan sebuah test intelligensi. Nyata bahwa 71% dari jumlah
tersebut mengalami kemajuan pada tes intelligensi sesudah
mereka bersekolah 4-8 bulan itu, tetapi pada 16% dari anak-anak taraf
intelligensinya malah berkurang. Walaupun demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa umumnya anak-anak itu mengalami kemajuan, dan nyata pula dalam eksperimen
bahwa makin lama mereka bersekolah di situ makin besar kemajuannya. Serentak
dengan itu Wellman telah mengadakan testing pula kepada sejumlah anak-anak yang
sama umurnya dan yang tidak mengikuti sekolah kanak-kanak itu dengan hasilnya
bahwa mereka pada umumnya selama waktu 4-8 bulan itu tidak maju dalam intelligensinya
seperti yang dinilai oleh test. Menurut peneliti, kemajuan dalam intelligensi
yang disebabkan karena pendidikan di taman kanak-kanak itu, disebabkan karena
telah mendapat perangsang-perangsangnya dari situasi sosial di sekolah tersebut
sehingga mereka mendapat dorongannya untuk memperkembangkan intelligensinya.
Suatu penelitian yang diadakan mengenai pengaruh
daripada sekolah yang sebenarnya ialah penelitian dari Husen 1951, yang
mendapatkan pada calon-calon tentara di Swaden, bahwa intelligence Quotient mereka itu mempunyai tarafnya yang sejajar
dengan jumlah tahun didikan sekolah yartg mereka alami, dalam ani bahwa makin
lama mereka bersekolah makin tinggi IQ nya. la mendapatkan suatu koefisiensi
korelasi antara jumlah tahun sekolah yang mereka alami dan tinggi IQ sebanyak r = 0.80, suatu angka korelasi yang
cukup tinggi. Hasil ini diperkuat pula oleh hasil seorang penyelidik di Amerika
Serikat yang mengadakan penyelidikan yang sama, Lorge 1945.
Akibat dari pendidikan
di sekolah seperti yang dibuktikan dengan beberapa eksperimen tersebut,
hendaknya kita mengerti bukan seolah-olah sekolah itu hanyalah merupakan
lapangan tempat orang mempertajam inteleknya saja, melainkan peranan sekolah
itu jauh lebih luas di dalamnya berlangsunglah beberapa bentuk-bentuk dasar
daripada kelangsungan "pendidikan" pada umumnya ialah, pembentukan
sikap-sikap dan kebiasaan yang wajar, perangsang daripada potensi-potensi anak,
perkembangan daripada kecakapan-kecakapannya pada umumnya, belajar kerja sama
dengan kawan sekelompok, melaksanakan tuntutan-tuntutan dan contoh-contoh yang
baik, belajar menahan diri demi kepentingan orang lain, memperoleh pengajaran,
menghadapi saringan, yang semuanya antara lain mempunyai akibat pencerdasan
otak anak-anak seperti yang dibuktikan dengan tes-tes intelligensi.
Jackson meneliti
peranan manakah yang lebih besar terhadap kemajuan anak-anak di sekolah, ialah
peranan dari struktur dan organisasi sekolah ataukah peranan dari guru. la
memperoleh hasil bahwa peranan guru itulah yang memegang peranan yang
terpenting, dalam arti bahwa perhatian guru pribadi terhadap siswa-siswanya
lebih memajukan perkembangan anak daripada organisasi-organisasi sekolah di
mana seorang guru lebih sering menghadapi anak-anak dari kelas itu. Pada pihak
lainnya Hetzer 1955, memperoleh hasil bahwa peranan daripada besarnya kelas dan
rnetode guru itulah yang menjamin kemajuan perkembangan jiwa anak. Ialah makin
kecil kelasnya, makin maju siswa-siswa yang duduk di dalamnya, lagi pula metode
yang mengajak siswa itu bekerja (metode kerja) merupakan metode yang paling
unggul. Tegasnya bahwa makin kurang kesempatan anak untuk berlibur
di rumah, makin besar pula kemungkinannya bahwa ia mengalami kekurangan dalam
perkembangan sosialnya.
KESIMPULAN
Latar belakang sosial yang rupa-rupanya mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap perkembangan tingkah laku pada anak-anak, ialah
sebagai berikut:
1.
Anak lebih
banyak berasal dari keluarga rumah tangga yang tidak utuh lagi struktur dan
interaksinya. Ketidakutuhan keluarga itu dapat disebabkan oleh: bercerainya
orang tua, ayah atau ibu kedua-duanya telah meninggal, tidak seringnya di rumah
ayah ibunya, seringnya orang tua bercekcok.
2.
Anak kurang
mengalami perhatian akan perkembangan norma-norma dan disiplin, di rumah
tangganya. Seperti misalnya:
Kelalaian dalam memelihara norma-norma tingkah laku yang wajat antara anak dan
orang tua, tak pernah mengalami hukuman kurang. setuju diambilnya
tindakan-tindakan terhadap pelanggaran sosial.
3.
Anak kurang
mempunyai kesempatan hiburan di rumah tangga sendiri sehingga ia mencarinya di
luar.
4.
Anak lebih
terbelakang pendidikan di sekolahnya, dan baru masuk sekolah pada usia yang
lebih lanjut, dibandingkan dengan anak-anak normal yang seumur.
REFERENSI
Ahmadi, A. (1991). Psikologi Sosial. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar