RESENSI ARTIKEL : RUMPUN BAMBU PENYANGGA WAYANG
Tri Welas Asih
Fakultas Psikologi Universitas
Proklamasi 45
Yogyakarta
“ Setiap batang bambu memberikan kesempatan kepada batang
lain untuk tumbuh sendiri. Bambu tidak pernah hidup sendiri, tetapi bergerombol
dalam satu kelompok. Batang bambu yang menjulang tinggi tidak akan pernah bisa
roboh ke tanah karena disangga batang-batang bambu lain di kelompok itu. Meskipun
tumbuh satu-satu, tanaman bambu bisa kuat karena hidup bersama dan saling
menyangga “ .
Falsafah pohon bambu tersebut mendorong seorang Sri Widodo
menciptakan wayang dari bambu dan menjadikannya sebagai salah satu khasanah
budaya di Indonesia. Pentas wayang bambu yang disampaikan oleh Sri Widodo
pemuda asal Tegal ini sering diselipkan cerita moral kepada masyarakat. Berawal
dari ketertarikan Sri Widodo dengan wayang kulit dan didukung lingkungan
keluarga yang meruoakan pecinta kebudayaan khususnya wayang, menjadikan Sri
Widodo mempunyai keinginan kuat untuk bergelut di bidang seni wayang. Setelah
menempuh pendidikan di berbagai sekolah seni, Sri Widodo terinspirasi
menciptakan wayang dari bambu.
Mulailah Sri Widodo mementaskan wayang bambunya di
berbagai daerah dan pertunjukan. Banyak nilai-nilaikehidupan dan pesan moral
yang disampaikan dalang Sri Widodo melalui wayang tersebut. Sembari terus
berusaha melestarikan budaya seni wayang, Sri membentuk suatu paguyuban yang
terdiri dari beberapa pecinta seni wayang dan musik. Ketika tampil maka mereka
bisa saling mengisi dan melengkapi performa masing-masing dari paguyuban
tersebut. Ketika beberapa personel mulai pergi dengan kesibukannya sendiri-sendiri,
Sri memutuskan untuk kembali ke Tegal dan mengembangkan wayang di daerah Tegal.
Sri tidak ingin berhenti berkarya dari wayang ini, karena sebagai salah satu cara
melestarikan khasanah budaya yang sekarang banyak luntur dan tidak dimiliki
oleh banyak pemuda.
Nilai-nilai positif yang dapat diambil antara lain,
ketertarikan seorang pemuda dengan salah satu budaya yang sudah hampir hilang,
kemauan keras untuk mempelajari dan melestarikan hasil budaya tersebut. Tidak banyak
pemuda yang tertarik dengan hal-hal budaya seperti ini, saat ini para pemuda
lebih tertarik dengan media hasil perkembangan tehnologi. Kekurangan dari artikel
ini kurangnya manajemen atau organisasi yang bisa mewadahi dan mengatur para
pecinta budaya bangsa yang sudah mulai hilang.
Melihat beberapa ketertarikan beberapa orang terhadap
budaya bangsa, seharusnya pemerintah daerah bisa memfasilitasi atau mendukung
kegiatan yang bertujuan untuk melestraikan budaya bangsa ini khususnya budaya
wayang yang saat ini sudah hampir hilang dan kurang diminati padahal seni
wayang ini sarat dengan nilai-nilai kehidupan kita sehar-hari.
Nurbiajanti, S.(2015). Rumpun Bambu Penyangga Wayang. Kompas, Selasa, 9 Juni, hal 16.
0 komentar:
Posting Komentar