8.1.17

RESENSI ARTIKEL : RUMPUN BAMBU PENYANGGA WAYANG



RESENSI ARTIKEL : RUMPUN BAMBU PENYANGGA WAYANG

Tri Welas Asih
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
“ Setiap batang bambu memberikan kesempatan kepada batang lain untuk tumbuh sendiri. Bambu tidak pernah hidup sendiri, tetapi bergerombol dalam satu kelompok. Batang bambu yang menjulang tinggi tidak akan pernah bisa roboh ke tanah karena disangga batang-batang bambu lain di kelompok itu. Meskipun tumbuh satu-satu, tanaman bambu bisa kuat karena hidup bersama dan saling menyangga “ .
Falsafah pohon bambu tersebut mendorong seorang Sri Widodo menciptakan wayang dari bambu dan menjadikannya sebagai salah satu khasanah budaya di Indonesia. Pentas wayang bambu yang disampaikan oleh Sri Widodo pemuda asal Tegal ini sering diselipkan cerita moral kepada masyarakat. Berawal dari ketertarikan Sri Widodo dengan wayang kulit dan didukung lingkungan keluarga yang meruoakan pecinta kebudayaan khususnya wayang, menjadikan Sri Widodo mempunyai keinginan kuat untuk bergelut di bidang seni wayang. Setelah menempuh pendidikan di berbagai sekolah seni, Sri Widodo terinspirasi menciptakan wayang dari bambu.

Mulailah Sri Widodo mementaskan wayang bambunya di berbagai daerah dan pertunjukan. Banyak nilai-nilaikehidupan dan pesan moral yang disampaikan dalang Sri Widodo melalui wayang tersebut. Sembari terus berusaha melestarikan budaya seni wayang, Sri membentuk suatu paguyuban yang terdiri dari beberapa pecinta seni wayang dan musik. Ketika tampil maka mereka bisa saling mengisi dan melengkapi performa masing-masing dari paguyuban tersebut. Ketika beberapa personel mulai pergi dengan kesibukannya sendiri-sendiri, Sri memutuskan untuk kembali ke Tegal dan mengembangkan wayang di daerah Tegal. Sri tidak ingin berhenti berkarya dari wayang ini, karena sebagai salah satu cara melestarikan khasanah budaya yang sekarang banyak luntur dan tidak dimiliki oleh banyak pemuda.
Nilai-nilai positif yang dapat diambil antara lain, ketertarikan seorang pemuda dengan salah satu budaya yang sudah hampir hilang, kemauan keras untuk mempelajari dan melestarikan hasil budaya tersebut. Tidak banyak pemuda yang tertarik dengan hal-hal budaya seperti ini, saat ini para pemuda lebih tertarik dengan media hasil perkembangan tehnologi. Kekurangan dari artikel ini kurangnya manajemen atau organisasi yang bisa mewadahi dan mengatur para pecinta budaya bangsa yang sudah mulai hilang.
Melihat beberapa ketertarikan beberapa orang terhadap budaya bangsa, seharusnya pemerintah daerah bisa memfasilitasi atau mendukung kegiatan yang bertujuan untuk melestraikan budaya bangsa ini khususnya budaya wayang yang saat ini sudah hampir hilang dan kurang diminati padahal seni wayang ini sarat dengan nilai-nilai kehidupan kita sehar-hari.

Nurbiajanti, S.(2015). Rumpun Bambu Penyangga Wayang. Kompas, Selasa, 9 Juni, hal 16.

0 komentar:

Posting Komentar