Sri Mulyaningsih
Fakultas Psikologi Universitas
Proklamasi ‘45
Indonesia
berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai
sebesar 187,2 juta ton setelah Tiongkok yang mencapai 262,9 juta ton
berdasarkan data Jambeck (2015). Sementara itu perhitungan dari Ditjen
Pengelolan Sampah, Limbah, dan B3 KLHK, bahwa total jumlah sampah Indonesia di
2019 akan mencapai 68 juta ton, dan sampah plastik diperkirakan akan mencapai
9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah yang ada. Data dan perhitungan
tersebut tentu sangat memprihatinkan. Tidak dapat dibayangkan ada berapa pulau
yang tertutupi sampah jika sampah-sampah plastik tersebut ditumpahkan di
daratan Indonesia.
Mulai
tanggal 21 Februari 2016, uji coba metode kantung plastik berbayar akan
diterapkan di 22 kota di Indonesia. Apabila sebelumnya masyarakat yang
berbelanja di tempat perbelanjaan ritel diberikan kantung plastik secara gratis
untuk membawa berang yang dibelinya, kini harus membayar seharga 200 rupiah per
kantungnya. Kebijakan pemerintah ini diharapkan dapat mengurangi sampah plastik
yang makin lama semakin memprihatinkan.
Kebijakan penggunaan kantong plastik
berbayar mendapat sambutan positif dari produsen plastik di Magelang, Jawa
Tengah. Kebijakan tersebut dinilai menjadi motivasi mereka untuk berinovasi
mengembangkan kantong plastik ramah lingkungan.
Salah satunya, produsen plastik Sinar Joyoboyo Magelang yang sudah memproduksi
kantong plastik berbasis lingkungan. Bahkan konsep tersebut sudah dipakai jauh
sebelum kebijakan kantong plastik berbayar oleh Kementerian Lingkungan Hidup
(KLH) awal 2016 ini.
Hengky Sidharta, CEO Sinar Joyoboyo
Plastik, menjelaskan kantong plastik "go green" yang sudah
diproduksi sejak dua tahun lalu itu mengadopsi kantong plastik serupa yang
sudah banyak dipakai oleh masyarakat di luar negeri. Dia mengemukakan, dampak
sampah plastik memang buruk bagi alam lingkungan dan kesehatan manusia. Sebab
hampir semua bahan-bahan plastik terbuat dari bahan kimia atau bahkan limbah
daur ulang. Bahan tersebut jika terkontaminasi langsung dengan makanan maka
akan membahayakan kesehatan tubuh.
Plastik Go Green menggunakan bahan plastik murni, bukan daur ulang. Bahan
plastik ini sama dengan bahan plastik pada umumnya, hanya saja ditambahkan
bahan tertentu yang menggunakan teknologi dari Kanada, bahan inilah yang
membuat plastik aman untuk lingkungan.
Beberapa keunggulan plastik go
green ini adalah bisa terurai dalam tanah antara 24 - 36 bulan saja.
Plastik ini juga lebih kuat dan aman untuk wadah makanan. Sejauh ini plastik go
green tersebut masih dipasarkan di kalangan pengusaha pasar moderen di
seluruh Indonesia. Ia mengakui plastik jenis ini lebih mahal dibanding harga
plastik pada umumnya.
Sinar
Joyoboyo Plastik berharap dengan kebijakan plastik berbayar jadi lebih banyak
lagi produsen plastik sehat dan berkualitas, dan bisa dimanfaatkan oleh seluruh
lapisan masyarat, sampai ke pedagang-pedagang kecil di pasar tradisional. Meski
tidak mudah, pihaknya optimistis bahwa kebijakan ini akan dapat memberikan
dampak positif bagi masyarakat. Apalagi konsumsi plastik di Indonesia masih
tergolong sangat besar dibanding negara-negara lainnya. Menurut dia, masyarakat
pun perlu lebih teliti menggunakan kantong plastik agar tidak membahayakan
kesehatan dan alam.
Hengky berbagi tips ciri kantong plastik sehat dan berkualitas bisa diketahui dengan cara 3D, yakni diraba, dicium, dan diterawang. Hengky memaparkan, plastik jika diraba terasa kasar dan diterawang ada bintik-bintik maka bisa mengandung pasir besi. Lalu jika plastik dicium berbau menyengat atau wangi maka plastk itu ditambah dengan bahan tambahan atau bahan daur ulang limbah rumah sakit, bungkus sabun dan sebagainya.
Sumber : Ika Fitriana. (2016). Pabrik Plastik Ini Kembangkan Plastik "Go Green". Kompas 24 Februari 2016. Hal: 26
Hengky berbagi tips ciri kantong plastik sehat dan berkualitas bisa diketahui dengan cara 3D, yakni diraba, dicium, dan diterawang. Hengky memaparkan, plastik jika diraba terasa kasar dan diterawang ada bintik-bintik maka bisa mengandung pasir besi. Lalu jika plastik dicium berbau menyengat atau wangi maka plastk itu ditambah dengan bahan tambahan atau bahan daur ulang limbah rumah sakit, bungkus sabun dan sebagainya.
Sumber : Ika Fitriana. (2016). Pabrik Plastik Ini Kembangkan Plastik "Go Green". Kompas 24 Februari 2016. Hal: 26
0 komentar:
Posting Komentar