Murjiwantoro
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Selama ini sampah rumah tangga selalu
dibuang begitu saja ke tempat sampah. Bagi sebagian penduduk, bungkus kopi
hanyalah sampah yang harus dibuang. Masuk ke tempat sampah lalu berakhir di
tempat pembuangan sampah akhir atau terbuang di jalan atau berakhir di dalam
tanah menunggu dekomposer mendaur ulang yang akan menghabiskan waktu ratusan
bahkan jutaan tahun untuk terurai atau alternatif lain adalah dibakar yang
menghasilkan asap dan menambah polusi udara. Tapi ternyata ada cara lain yang
bisa digunakan agar bungkus kopi menjadi lebih bermanfaat. Kreatifitas bermain
disini. Siapa sangka dari bungkusan kopi yang selama ini dibuang percuma dan
hanya menjadi sampah belaka serta menambah polusi ternyata dapat menjadi
alternatif pendapatan bagi sebagian masyarakat Indonesia. Tidak hanya menciptakan kreatifitas,
pemanfaatan limbah bungkus kopi ini juga dapat menjadi sumber rupiah bagi para
pengrajin. Satu buah tas dapat dijual dengan harga antara 20-30 ribu rupiah per
buah. Harga yang cukup lumayan untuk sebuah tas hasil olahan limbah tak
terpakai. Ini membuktikan bahwa limbah yang diolah secara kreatif ternyata
dapat menjadi sumber penghasian tambahan bagi para pengrajin. Terlebih lagi
jika masyarakat Indonesia sudah mengerti dan menerapkan prinsip Bring Your Own
Bag (bawa tas sendiri) untuk berbelanja, pastinya kerajinan tangan ini akan sangat
laku dipasaran. Selain motifnya yang catik, terkadang orang tidak menyadari
bahwa tas hasil anyaman para pengrajin ini terbuat dari bungkus kopi karena
kretifitas para pengrajin dapat menyamarkan merek dari bungkus kopi yang
digunakan sehingga konsumen tidak perlu cemas akan terlihat menggunakan tas
dari bungkus bekas kopi.
Pemanfaatan Limbah Bungkus Kopi |
Jika saat ini seluruh dunia sedang
menggalakkan program Go Green atau 3Rs (Reduce,
Reuse, Recycle) untuk mengurangi dampak polusi dibumi, maka kerajinan
tangan dengan memanfatkan limbah bungkus kopi ini bisa jadi merupakan salah
satu alternatif yang sangat membantu terlaksananya program ini. Karena jika
untuk membuat satu tas saja membutuhkan setidaknya lebih dari dari 100 bungkus
kopi, maka berapa banyak bungkus kopi yang tidak harus dibuang atau dibakar.
Hal ini sangat membantu mengurangi polusi udara dan polusi tanah akibat limbah
plastik yang sulit diuraikan kembali. Ini baru dari bungkus kopi saja,
bayangkan jika bungkus bekas makanan ringan juga digunakan untuk kerajinan ini
dan tidak hanya digunakan untuk membuat tas saja melainkan digunakan untuk
membuat hal lain misalnya untuk taplak meja atau tudung saji. Hal ini sangat
menggembirakan bagi para pecinta lingkungan juga bagi para pengrajin karena
hasil kerjanya mendulang rupiah tapi juga sudah berpartisipasi dalam program Go
Green.
Sumber Tulisan : Subiantoro S. (2011). “Bungkus Kopi Jadi Uang”. Kompas, 26 Juni 2015.
0 komentar:
Posting Komentar