Achmad Rusdiyan Yazid | 153104101116
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Review Film Up In The Air: Apa Susahnya Memecat Karyawan ?
Review Film Up In The Air: Apa Susahnya Memecat Karyawan ?
Ekspresi Natalie dan Ryan dalam menangani obyeknya |
Apa Susahnya Memecat Karyawan ?
Di awal film ini, kita langsung dihadapkan dengan berbagai
macam pertanyaan, protes, dan juga pernyataan-pernyataan frustasi dari
orang-orang yang baru saja mendapatkan kabar kalau mereka dipecat, wajah-wajah
tak mengenakan yang menyiratkan ketidakpercayaan atas apa yang barusaja mereka
dengar dan alami. Ditambah mereka mendengar putusan pemecata secara terhormat
tidak langsung dari atasan, tidak juga dari seorang HRD, atau dari teman dekat
di kantor, bahkan mereka belum pernah bertemu atau berpapasan ketika berada di
kantor.
Bagaimana bisa seseorang yang belum pernah bertemu apalagi
mengenal satu sama lain, tiba-tiba memanggil anda kemudian mengatakan, “Silahkan
anda bisa pergi dari sini, karena sudah tidak ada tempat untuk anda disini?”.
Apa kira-kira yang akan anda lakukan jika itu terjadi pada anda? Tercengang?
Kecewa? Sedih? Marah?, iya begitulah yang terjadi dalam film ketika orang-orang
dipecat oleh algojo pecat yang memang dibayar oleh perusahaannya.
Ryan Bingham memang tampak begitu ahli dalam hal memecat
orang, dia begitu pandai dalam hal membangun situasi, cerdik dalam membawa
suasana, dan cerdas dalam bernegosiasi. Hampir tidak pernah ada kekacauan
ketika dia menangani obyek-obyeknya. Barangkali ini yang membuat film Up In The
Air menjadi menarik untuk disimak, karena secara tersirat tergambarkan bahwa pekerjaan
memecat karyawan tidaklah mudah, sehingga ketika agen-agen ini menggantikan
peran HRD atau pemimpin tidaklah aneh, atau bahkan memang perlu. Sehingga kita
merasa kehadiran HRD atau pemimpin perusahaan tidak perlu muncul dalam film.
Karena lebih menarik melihat aksi Ryan Bingham beraksi.
Situasi mudah bagi Ryan berubah tatkala muncul tokoh bernama
Natalie Keneer, yang berperan sebagai agen junior yang mencoba memberikan
inovasi proses pemecatan dengan tekhnologi chat tatap muka melalui jaringan
internet, sehingga ini bisa sangat menghemat biaya berpergian dan memberikan
waktu yang lebih panjang bagi agen untuk bertemu dan berkumpul bersama keluarga
mereka, begitulah kira-kira persentasi Natalie kepada agen-agen pemecatan
termasuk Ryan.
Namun, Ryan merasa tidak nyaman dengan ide Natalie, Ryan
berpendapat bahwa Natalie tidak mengerti tentang esensi dari pekerjaan ini.
Ryan memang tipical orang yang hidupnya berpindah pindah, dia tidak memiliki
tempat tinggal tetap, meskipun Ryan memiliki keluarga, namun dia merasa tidak
terlalu dekat dengan keluarganya. Jadi, latar belakang Ryan yang seperti itu
juga memperkuat alas an kenapa dia tidak terlalu menyukai ide dari Natalie.
Ryan Bingham juga sedang mengejar obsesinya menempuh perjalanan sejauh 10.000
mil.
Akhirnya, agar Natalie mampu memahami esensi pekerjaan
seperti yang dimaksud Ryan, mereka berdua melakukan pekerjaan secara
bersama-sama, dari sinilah terlihat bagaimana melakukan pekerjaan yang ‘hanya
memecat karyawan’ saja tidak mudah. Meskipun awalnya Natalie hanya ditugaskan
untuk melihat dan mengamati bagaimana Ryan menangani obyeknya, namun Natalie
satu ketika berusaha mengambil peran Ryan dengan ilmu yang didapatkan ketika
menjalani pendidikan psikologi, namun yang terjadi obyek malah semakin depresi
ketika mengingat anaknya yang terkena asma dan akan semakin sulit untuk
membayar pengobatannya karena telah dipecat.
Saat itulah Ryan terlihat lebih handal dan berpengalaman daripada Natalie, Ryan mampu meredam perasaan depresi yang dialami oleh obyek dan akhirnya mau menerima keadaan. “Saya bukanlah psikiater, saya hanya mengingatkan anda tuan.” Begitulah kira-kira kalimat Ryan ketika obyek bertanya “Bukankah anda seharusnya menghibutku?”. Terkadang orang-orang lebih menyukai berbicara dengan seseorang sebagai teman, bukan sebagai ahli yang mengungkapkan fakta-fakta.
Saat itulah Ryan terlihat lebih handal dan berpengalaman daripada Natalie, Ryan mampu meredam perasaan depresi yang dialami oleh obyek dan akhirnya mau menerima keadaan. “Saya bukanlah psikiater, saya hanya mengingatkan anda tuan.” Begitulah kira-kira kalimat Ryan ketika obyek bertanya “Bukankah anda seharusnya menghibutku?”. Terkadang orang-orang lebih menyukai berbicara dengan seseorang sebagai teman, bukan sebagai ahli yang mengungkapkan fakta-fakta.
Menurut Ryan, pekerjaan yang dilakukan bukan sekedar membuat
orang pergi dari kantor mereka, menemukan hidup baru, menguatkan mental mereka
tanpa melibatkan hukum, tapi tentang bagaimana menenangkan situasi, mengangkut
jiwa-jiwa yang terluka melewati sungai ketakutan, sampai pada tempat dimana
harapan samar-samar terlihat.
Meskipun pada akhirnya Natalie berhasil menjadi agen yang
handal dan menjalankan idenya, namun dia keluar dari perusahaan karena salah
seorang yang dulu pernah dipecatnya ada yang bunuh diri lompat dari jembatan.
Pelajaran dari Sang Algojo Pecat
Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari film Up In The
Air, buat anda yang ingin menjadi atau sudah menjadi HRD dan tidak ingin
pekerjaanmu diambil alih oleh agen-agen yang gemar memecat karyawan ini,
sebaiknya anda belajar dari Ryan Bingham.
Belajarlah Menjaga Penampilan
Belajarlah Menjaga Penampilan
Ini penting, karena dengan penampilan yang rapi dan elegan
membuat anda semakin percaya diri, tentu saja lebih berwibawa, lengkapi
penampilan anda dengan senyum yang menawan.
Bersikap Tenang dan Gesit
Jangan sampai sikap tidak tenang merusak situasi pembicaraan
anda dengan obyek anda, selain itu anda juga harus gesit, jangan terlalu lama
karena semakin lama menangani satu obyek semakin banyak pula stamina yang
diperlukan.
Tonton Up In The Air
Buat anda yang belum nonton film ini, segeralah menonton,
karena didalamnya banyak sekali kiat-kita jitu menjadi algojo pecat yang
handal. Termasuk salah satunya tidak boleh meminta maaf kepada obyek.
0 komentar:
Posting Komentar