Muji Pambudi
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Komisi Penyiaran Indonesia menggelar survei periode September-Oktober 2015
untuk tayangan jenis film televisi (FTV), sinetron, dan acara puspa ragam (variety show). Dari survey
tersebut hasilnya sebagian besar tayangan tersebut
hanya mendapat skor 2,56 hingga 2,96,hal ini jauh di bawah nilai standar minimal
untuk acara, yaitu 4. Meski demikian, program wisata dan religi dinilai cukup
baik.
Program program acara di televisi yang ada menurut Komisi Penyiaran
Indonesia masih bermutu rendah sehingga masyarakat terpaksa menonton program
program yang ada. Selera pasar yang belum tinggi
masih dijadikan pembenaran bagi sebagian pengelola stasiun televisi untuk
memproduksi tayangan yang kurang berkualitas.
Pengamat media
Idi Subandi Ibrahim mengatakan bahwa "Mayoritas pemirsa Indonesia
berpendidikan SMP ke bawah. Praktis dari segi pemahaman media belum sesuai
standar. Semestinya standar mereka jangan dijadikan pembenaran untuk
menghasilkan tayangan yang tidak menambah wawasan," tuturnya. Selain itu juga karena belum adanya literasi media yang di miliki
oleh pemirsa di Indonesia. Literasi media ini agar pemirsa dapat memahami dan menganalisis konteks acara secara kritis. Dan akan
mengetahui selera masing-masing sehingga akan memutuskan menonton sebuah acara televise dengan
kesadaran penuh.
Secara terpisah Ketua Asosiasi Televisi Swasta
Indonesia Ishadi SK menyampaikan bahwa “Baik tayangan
sinetron, bincang-bincang, maupun berita tetap harus dikemas dengan cara yang
menghibur, dalam artian menarik perhatian pemirsa. Kalau tidak, tidak akan ada
yang mau menonton," sehingga
televesi harus menyeimbangkan antara idealism dan selera pasar dalam pembuatan tayangan agar
tayangan tersebut ditonton oleh pemirsa.
Ishadi juga mengatakan, hendaknya penilaian
jangan dipukul rata sesuai standar dari kalangan ekonomi atau pendidikan
tertentu. Adapun kontrol dari pemerintah tetap berada dalam batas yang bisa
dicerna penonton agar televisi swasta tidak kehilangan pemirsa.
Kompas edisi 7 Desember 2015, "Selera Pasar Bukan Pembenaran".
0 komentar:
Posting Komentar