Oleh : Naurmi Rojab
Destiya
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi
45
Yogyakarta
Sleman
(KR) – Meski bukan salah satu daerah rawan kekeringan, namun musim kemarai ini
menyebabkan air dari beberapa sungai di Kecamatan Seyeganmengering. Imbasnya,
petani tidak bisa mengandalkan air sungai untuk mengairi sawahnya. Petani
setempat pun sangat terbantu keberadaan sumur bor bantuan pemerintah.
Salah satu petani dari Dusun Samorai
Morgoagung Seyegan Sleman, Tris (68) kepada KR, Minggu (30/8) mengaku, sudah
sebulan lebih air sungai setempat mongering.
“Biasanya
untuk menyirami tanaman cabai dan tembakau, saya ambil dari sungai Lempong.
Karena sudah mati atau sudah tidak ada lagi aliran airnya, maka terpaksa
menyedot dari sumur bor,” ujarnya.
Menurutnya, beberapa sumur bor
berikut alat penyedot yang mereka gunakan itu bantuan dari pemerintah. Namun
karena dikelola oleh kelompok tani, maka masing-masing petani tetap harus
membayar untuk biaya tenaga serta bahan bakar atau operasional. Rata-rata
sekitar Rp 40 ribu tiap orangnya.
Petani lain yang juga dari desa
Margoagung Kecamatan Seyegan Ny Marsudi (74) menambahkan, sumur bor yang berada
di area persawahan memang sangat dibutuhkan petani. Jika tidak ada air tanaman
pasti kering dan bias mati.
“Kalau tidak sedot air dari sumur
bor, tanaman cabai saya ini akan mati. Untungnya ada sumur bor, jadi saya masih
bias panen cabai,” imbuhnya.
Hal sama dilakukan petani di Dusun
Sendari Tirtoadi Mlati, Maryanto (45). Menurutnya yang sudah memiliki sumur bor
sendiri, ia bias menghemat biaya separuh lebih dibandingkan membeli air dari
sumur bor pengairan.
Sumber Kedaulatan Rakyat halaman 6, Rabu 2 September 2015
0 komentar:
Posting Komentar