RINGKASAN
ARTIKEL: MARI KOMPAK DI DEPAN ANAK
Umi
Fatimah
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Ayah dan Ibu harus selaras dalam mendidik anak. Ini mutlak dilakukan.
Keluarga ibarat kapal yang berlayar. Jika awaknya tidak kompak, maka kapal akan
terombang-ambing di tengah lautan. Jika orangtua tak searah, maka anak akan
jadi korbannya. Masalahnya kebanyakan sepele, tetapi karena mereka tidak
kompak, anak-anak bersiasat dengan cara mendekati salah satu orang tuanya yang
mendukung keinginan mereka.
Ketidakkompakan mereka dikhawatirkan berdampak buruk.Anak menjadi manja,
mudah membangkang, dan tidak hormat. Orang tua harus disiplin, disiplin dalam
artian jangan sampai anak anak kehilangan teladan. Jangan samapai omngan yang
berbeda denga sikap kita anak menjadi kehilangan kepercayaan terhadap orang
tuanya dan tidak disiplin.
Orang tua yang tidak kompak mengakibatkan
anak menjadi peragu, pembangkang dan tak taat aturan. Sebab, ketidakkompakan
itu sama dengan mendidik anak untuk melanggar aturan asal mendapat dukungan
dari salah satu pihak, entah ayah ataupun ibu. Untuk itu orang tua sangat perlu
kompak dengan cara mendiskusikan kembali hal-hal yang boleh, tidak boleh, atau
boleh dilakukan anak dengan syarat tertentu. Ketidakkompakan biasanya muncul
karena tidak ada kominikasi yang cukup dan memadai. Ada baiknya anak dilibatkan
dalam diskusi agar memahami alasan aturan itu. Namun, untuk hal yang
memungkinkan perdebatan panjang dan serius ada baiknya dilakukan tanpa anak.
Sebab dikhawatirkan mereka malah bingung. (Psikolog dari UMM).
Hendra A Setyawan, (2015). Mari Kompak di Depan Anak. Kedaulatan
Rakyat. 1 Desember, Halaman 30.
0 komentar:
Posting Komentar