Ringkasan Artikel : Kota Mebel di Pantura
Antoni Firdaus
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Mebel kota Pasuruan
menyuplai kebutuhan mebel hingga ke timur Nusantara. Dari industry dan
perdagangan mebel ini, roda perekonomian kota pun berputar.
Lilik Suciati, juragan mebel
di Pasar Bukir, baru menerima pesanan dua container kursi tamu dan lemari dari
Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat.Kiriman itu menjadi awal penjualan besarnya
menjelang puasa.“Setiap menjelang puasa, penjualan mebel meningkat hingga 50
persen.Orang suka ganti atau membeli perabot baru untuk Idul Fitri,” kata Lilik
yang juga Ketua Paguyuban Pedagang Mebel Bukir.
Industri mebel di Pasuruan
tumbuh tahun 1970-an, sebagai kepanjangan dari mebel ukir Jepara, Jawa
Tengah.Saat itu sebagian warga Pasuruan yang pernah belajar memproduksi mebel
Jepara memilih pulang kampong dan berusaha di kotanya sendiri.
Seiring waktu, industri
mebel Pasuruan kian berkembang dan meluas hingga ke 10 kelurahan, yakni
Purworejo, Purutrejo, Pohjentrek, Gadingrejo, Krapyak, Bukir, Petahunan,
Gentong, Gadingrejo, dan Randusari. Industri ini menjelma menjadi tulang
punggung perekonomian di Kota Pasuruan.Sekitar 4.000 orang menggantungkan hidup
dari industry dan perdagangan mebel secara langsung.
Untuk mendorong peningkatan
perdagangan mebel, Pemerintah Kota Pasuruan tahun ini membuat pasar mebel baru
di kawasan Bukir.Pasar itu dijadikan area pamer mebel andalan
Pasuruan.Pembangunan pasar juga berpadu dengan pembangunan jalur lingkar
selatan yang menghubungkan Pasar Bukir.
Sumber : NIT, Kota
Mebel di Pantura. Kompas, 28 April 2015. Hal 22
0 komentar:
Posting Komentar