Naurmi
Rojab Destiya
(Fakultas Psikologi)
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Penulis ingin mengutarakan
bagaimana seorang siswa dapat mengalami stress dikarenakan adanya tekanan dari
pihak orang tua. Kemajuan zaman yang semakin modern dan maju, membuat
persaingan semakin ketat. Hanya individu-individu dengan kualitas terbaik dan
tangguh yang akan berhasil melewati tantangan zaman ini.
Salah satu bidang
yang masih dipercaya mampu digunakan untuk menjawab tantangan tersebut adalah
pendidikan. Keadaan ini membuat pihak orang tua memberikan tuntutan yang harus
dipenuhi agar anak dapat menjadi individu yang berkualitas. Tapi terkadang
orang tua tidak bisa membedakan mana kebutuhan berprestasi agar sang anak bisa
menjadi individu berkualitas, dan mana hal yang menjadikan hal ini menjadi
sebuah Tekanan. Salah satu contoh seorang anak bernama “Sayang” yang sudah
beprestasi tapi karena belum mencapai sempurna, belum juara 1 atau peringkat 1.
Terus dituntut untuk mencapai sempurna, orang tua tidak menghargai kerja keras
anak dan terus menuntut. Tekanan inilah yang dapat mengakibatkan siswa menjadi
stress.
Hal ini diperkuat
dengan adanya definisi stress sebagai situasi karakteristik lingkungan yang memiliki
efek ancaman atau tekanan bagi individu yang melebihi kemampuan mereka (syle,
1956 dalam scoufis, 1993 dalam Walgito, 2005). Ketika tuntutan orang tua
menjadikan tekanan bagi sang anak, tindakan yang akan dilakukan seperti
mencontek, menyuruh teman untuk mengerjakan tugasnya, belajar hingga larut
malam, berlatih tanpa mengenal waktu. Sikap ini lah yang mulai membuat siswa
stress.
Anak yang
mempunyai tekanan seperti ini biasanya dialami oleh keluarga Upper class. Upper
class dimana orang tua mereka dari keluarga yang disegani, dan bekerja pada
sosial yang prestis, ini adalah golongan kelas sosial yang paling tinggi (
Notosoedirjo & Latipun, 2001). Menurut penulis kebanyakan orang tua
menuntut anak hanya karena ingin menjaga reputasi dan nama baik diri mereka
sendiri maupun keluarga karena mereka berasal dari keluarga yang disegani dan
prestis.
Jika ini terjadi
terus menerus, anak akan mengalami sampai pada tahap collapse dimana sumber
tubuh tidak sanggup untuk toleran terhadap stress. Walaupun keadaan stress
reda, individu tampak seperti memiliki gejala sakit (Scoufis,1993). Tanda-tanda
yang akan terjadi, nyeri kepala, mual, muntah dan sakit fisik lainnya. Bahkan pada kesehatan
mentalnya juaga akan terganggu, sebagai contoh dalam keadaan frustasi yang menumpuk
akan membuat tingkah laku anak cenderung kearah sifat-sifat asocial dan tidak
jarang anak melarikan diri, bersikap agresif (Notosoedirjo & Latipun,2001)
Menurut penulis
masalah seperti ini seharusnya tidak boleh terjadi karena anak membutuhkan
dukungan ungkapan kasih sayang bukan tuntutan yang terus di ungkapkan oleh
orang tua. Manusia juga memiliki kebutuhan penghargaan sebagai yang dikemukakan
oleh Maslow bahwa pemenuhan kebutuhan penghargaan menjurus pada kepercayaan
terhadap diri sendiri dan perasaan diri berharga (Sobur,2003). Dimana semua
kerja keras yang dilakukan oleh siswa atau setiap individu membutuhkan
penghargaan.
Penghargaan itu
bukan serta merta berupa piala atau reward tapi berupa pujian dan pengakuan
dari keluarga dan lingkungannya. Hal ini justru akan menjadikan individu lebih
termotivasi untuk lebih maju. Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk memupuk
rasa percaya diri, dan menghilangkan tuntutan dengan pujian dan motivasi.
Karena hal itu akan membuat anak merasa dihargai dan dicintai.
Dengan artikel
ini, penulis menarik kesimpulan, peran orang tua dalam mendidik anak sangatlah
penting, karena rasa percaya diri anak akan tumbuh ketika semua kerja keras
anak dihargai dan mendapat motivasi dari orang tua untuk terus lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
·
Scoufis M. (1993). Stress and Coping. In McWaltrers, M (Revised
Edition), Understanding Psychology (pp 206-224). NSW: McGraw-Hill.
·
Notosoedirjo & Latipun. (2001). Kesehatan Mental Konsep &
Penerapannya. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
·
Sobur Alex. (2003). Psikologi Umum dan Lintas Sejarah. Bandung: CV.
PUSTAKA SETIA.
0 komentar:
Posting Komentar