Naurmi
Rojab Destiya
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Membaca
didefinisikan sebagai “proses untuk menerjemahkan kode-kode visual ke dalam
bahasa pengucapan yang bermakna (Mayer, 2008; Chistoper, dkk, 2000 dalam Kumara,2014). Menurut
penulis, awal individu membaca adalah berbicara. Berbicara adalah komunikasi
yang bisa kita dengarkan tanpa membaca dan menyampaikan sesuatu dalam arti
berkomunikasi. Pertumbuhan kognisi, seorang anak akan mempelajari segala
sesuatu mengenai teori dan praktek dari perilakunya dan kemudian baru melalui bahasa
dalam arti berbicara. Setelah seorang anak bisa berbicara hal yang dilakukan
adalah membaca. Namun berbeda dengan “Mila” (nama samara). Mila mengalami
keterlambatan atau kesulitan dalam hal membaca. Biasanya kesulitan membaca,
disebabkan oleh beberapa faktor.
Kesulitan
membaca sering terjadi pada anak-anak. Bentuk ketidaklancaran membaca tersebut
antara lain adalah membaca secara lambat, menghilangkan kata dari teks,
menambahkan kata pada teks dan tidak memahami teks (Kumara, 2014)
Kelancaran
membaca merupakan dasar kesuksesan akademik anak. Anak-anak yang terampil
membaca, sejak usia selalu dipaparkan dengan bahan cetakan, yang akan membuat
anak memiliki rasa ingin tahu lebih besar dan selalu ingin memperluas
pengetahuannya (Cunning ham & Stanonich, 1997 dalam Kumara,2014). Menurut penulis, dalam
ungkapan tersebut sekaligus menjelaskan bahwa anak yang dari usia dini tidak
pernah dipaparkan tulisan atau bahkan tidak pernah diajarkan membaca, ini bisa
mengakibatkan kesulitan membaca atau bahkan buta aksara pada anak. Sebagaia
contoh anak-anak yang berada dipedalaman mereka cenderung susah untuk membaca,
bicara dengan orang asing saja susah. Kini karena kurangnya fasilitas untuk
membaca dan pengetahuan yang kurang. Bahkan masih ditemukannya buta huruf diusia
dewasa. Ada kemungkinan bisa membaca tapi membutuhkan proses waktu yang lambat,
anak-anak yang lambat dalam penguasaan keterampilan membaca lebih jarang
mendapatkan latihan membaca dibandingkan teman sebayanya (Allington, 1984)
Faktor
fisiologi juga berpengaruh, yakni ketidakmampuan mengucapkan mengartikulasikan
fenomena” tertentu dengan benar yang kemudian berimbas ketidak mampuan membaca
teks dengan benar dan cepat (Davidson, 2003; Kumara, 2014). Mereka memerlukan
banyak waktu dan kesempatan berlatih untuk dapat menyamakan langkah dengan anak-anak
pada umumnya.
Mempersiapkan
anak untuk membaca harus dimuali sejak dini, meskipun begitu anak tidak bisa
dipaksa karena anak juga memiliki tahapan perkembangan membaca dan kognitif.
Karena membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulis tetapi juga memahami makna
dari tulisan (Abdurrahman, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
·
Abdurrahman, M. (2012). Anak kesulitas
belajar.. Jakarta: Rineka Citra.
·
Kumara, A, dkk. (2014). Perkembangan
Kemampuan Membaca.Yogyakarta: Kanisius.
0 komentar:
Posting Komentar