Juni Wulan Ningsih
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Wahai pemimpin
negeriku, pemilu memang telah usai tetapi tugas-tugasmu belumlah selesai.
Justru perjuanganmu akan di mulai semenjak di nobatkannya engkau menjadi
pemimpin negeri ini. Kami tahu tugas ini bukanlah mudah untukmu karena engkau
harus bertarung dengan egomu sendiri, antara suasana kerjamu yang mendukung
untuk menyeleweng (korupsi) dan menuruti hati nuranimu untuk tetap teguh memegang
amanah besar di pundakmu. Kami juga sadar pasti pernah dan akan terbesit di
hatimu untuk mengembalikan modalmu dalam rangka meraih jabatan tersebut. Akan
tetapi kami berharap langkah itu tidak akan pernah kau realisasikan. Kami harap
janji-janjimu sewaktu kampanye dulu tidaklah hilang begitu saja diitelan oleh
ambisimu.
Wahai pemimpin negeriku bukan saatnya untuk mengembalikan
modal-modal awal tersebut, akan tetapi coba buka mata telinga Anda lebar-lebar,
masih banyak rakyatmu yang memerlukan uluran tangan Anda agar keluar dari garis
kemiskinan ini. Banyak rakyatmu yang tidak mampu merasakan manisnya hidup
karena dalam hidup mereka selalu dipenuhi oleh perjuangan demi mendapatkan
sesuap nasi. Ya sesuap nasi agar tetap bisa bertahan hidup walaupun harus tidur
dibawah jembatan, emperan toko, dan tempat-tempat tak layak lainnya. Tempat-tempat
tak nyaman bagi kaum elit tersebut akan selalu menjadi tempat nyaman bagi
mereka, karena setidaknya masih ada tempat berteduh dalam melawan dinginnya
malam yang menusuk tulang dan kerasnya kehidupan ini.
Jangankan mengenyam pendidikan tinggi sudah bisa makanpun
itu adalah hal yang akan selalu mereka syukuri. Bukan berarti mereka tidak iri
pada orang-orang yang setiap hari pergi
ke sekolah untuk belajar. Jujur mereka ingin sekali dapat mengenyam pendidikan.
Akan tetapi perekonomian keluarga mereka tidak mampu menyentuh itu semua.
Wawasan mereka hanya bisa bertambah dari koran-koran bekas bungkus makanan yang
di pungut setiap hari, itupun jika mereka tidak buta huruf. Pendidikan ini
masih terlalu mewah bagi mereka. Dalam UU disebutkan 20% anggaran APBN sudah di
alokasikan untuk pendidikan akan tetapi agaknya fasilitas itu belum dapat sepenuhnya
dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Walaupun tidak dipungkiri fasilitas
pendidikan di Indonesia bagian Barat adalah yang paling lengkap akan tetapi
masih banyak masyarakat yang tidak bisa mengenyam manisnya pendidikan tersebut.
Masalah serupa juga bisa di temui di Indonesia bagian Timur, dimana di daerah
ini belum banyak fasilitas pendidikan yang didirikan, untuk bisa belajar pun
harus naik turun tebing dan bukit yang berjarak ratusan kilometer dari
sekolahan. Ini semua mereka lakukan agar bisa memperoleh pendidikan.
Ironis bukan dimana rakyatnya selalu berusaha untuk
mendapatkan pendidikan tetapi para pejabat negara malah tidak segan-segan
memakan uang negara. Ya korupsi memang sudah bukan lagi menjadi hal tabu dalam
corat maritnya negeri ini. Hingga menghilangkan kepercayaan kami, rakyat
Indonesia, kepada pejabat-pejabat negeri ini. Akan tetapi bukan berarti kami
berhenti berharap datangnya perubahan besar bagi masa depan kami. Harapan itu
akan selalu ada.
Wahai pemimpin negeri tugas besar menanti Anda, dan
harapan kami terletak di pundakmu. Semoga Anda yang telah terpilih dapat
menjalankan amanah itu dengan baik dan menjadikan kehidupan kami, bangsa Indonesia
menjadi lebih baik lagi. Aamiin.
Bukanlah janji yang kami butuhkan akan tetapi realisasi
dari amanah yang saat ini Anda pegang.
0 komentar:
Posting Komentar