30.10.15

Surat Untuk Pemimpin Negeri

Juni Wulan Ningsih
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

  Wahai pemimpin negeriku, pemilu memang telah usai tetapi tugas-tugasmu belumlah selesai. Justru perjuanganmu akan di mulai semenjak di nobatkannya engkau menjadi pemimpin negeri ini. Kami tahu tugas ini bukanlah mudah untukmu karena engkau harus bertarung dengan egomu sendiri, antara suasana kerjamu yang mendukung untuk menyeleweng (korupsi) dan menuruti hati nuranimu untuk tetap teguh memegang amanah besar di pundakmu. Kami juga sadar pasti pernah dan akan terbesit di hatimu untuk mengembalikan modalmu dalam rangka meraih jabatan tersebut. Akan tetapi kami berharap langkah itu tidak akan pernah kau realisasikan. Kami harap janji-janjimu sewaktu kampanye dulu tidaklah hilang begitu saja diitelan oleh ambisimu.

Wahai pemimpin negeriku bukan saatnya untuk mengembalikan modal-modal awal tersebut, akan tetapi coba buka mata telinga Anda lebar-lebar, masih banyak rakyatmu yang memerlukan uluran tangan Anda agar keluar dari garis kemiskinan ini. Banyak rakyatmu yang tidak mampu merasakan manisnya hidup karena dalam hidup mereka selalu dipenuhi oleh perjuangan demi mendapatkan sesuap nasi. Ya sesuap nasi agar tetap bisa bertahan hidup walaupun harus tidur dibawah jembatan, emperan toko, dan tempat-tempat tak layak lainnya. Tempat-tempat tak nyaman bagi kaum elit tersebut akan selalu menjadi tempat nyaman bagi mereka, karena setidaknya masih ada tempat berteduh dalam melawan dinginnya malam yang menusuk tulang dan kerasnya kehidupan ini.


Jangankan mengenyam pendidikan tinggi sudah bisa makanpun itu adalah hal yang akan selalu mereka syukuri. Bukan berarti mereka tidak iri pada orang-orang  yang setiap hari pergi ke sekolah untuk belajar. Jujur mereka ingin sekali dapat mengenyam pendidikan. Akan tetapi perekonomian keluarga mereka tidak mampu menyentuh itu semua. Wawasan mereka hanya bisa bertambah dari koran-koran bekas bungkus makanan yang di pungut setiap hari, itupun jika mereka tidak buta huruf. Pendidikan ini masih terlalu mewah bagi mereka. Dalam UU disebutkan 20% anggaran APBN sudah di alokasikan untuk pendidikan akan tetapi agaknya fasilitas itu belum dapat sepenuhnya dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Walaupun tidak dipungkiri fasilitas pendidikan di Indonesia bagian Barat adalah yang paling lengkap akan tetapi masih banyak masyarakat yang tidak bisa mengenyam manisnya pendidikan tersebut. Masalah serupa juga bisa di temui di Indonesia bagian Timur, dimana di daerah ini belum banyak fasilitas pendidikan yang didirikan, untuk bisa belajar pun harus naik turun tebing dan bukit yang berjarak ratusan kilometer dari sekolahan. Ini semua mereka lakukan agar bisa memperoleh pendidikan.

Ironis bukan dimana rakyatnya selalu berusaha untuk mendapatkan pendidikan tetapi para pejabat negara malah tidak segan-segan memakan uang negara. Ya korupsi memang sudah bukan lagi menjadi hal tabu dalam corat maritnya negeri ini. Hingga menghilangkan kepercayaan kami, rakyat Indonesia, kepada pejabat-pejabat negeri ini. Akan tetapi bukan berarti kami berhenti berharap datangnya perubahan besar bagi masa depan kami. Harapan itu akan selalu ada.
Wahai pemimpin negeri tugas besar menanti Anda, dan harapan kami terletak di pundakmu. Semoga Anda yang telah terpilih dapat menjalankan amanah itu dengan baik dan menjadikan kehidupan kami, bangsa Indonesia menjadi lebih baik lagi. Aamiin.

Bukanlah janji yang kami butuhkan akan tetapi realisasi dari amanah yang saat ini Anda pegang.





0 komentar:

Posting Komentar