29.10.15

Ringkasan Artikel : Tanpa Rumput Liar, Pohon Penghijauan Terjaga


Obed Kadji
Tanpa Rumput Liar, pohon Penghijauan Terjaga
Kompas 13 April 2015
R Joko Prambudiyono
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

Kota Kupang banyak dikenal orang sebagai kota karang, bahkan tak jarang begitu orang membaca  nama Kota Kupang, sudah terbayang panasnya. Namun bagi Obed Kadji seorang Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Kupang, menganggap kota karang bukan berarti tidak bisa dihijaukan.berbagai jenis pohon bisa hidup asalkan ditanam pada waktunya, yakni saat musim hujan. Tentunya juga perlu pemeliharaan, kebetulan sejumlah instansi pemerintahan dan swasta dari tingkat kota hingga provinsi di Kota Kupang memang selalu giat menanam berbagai jenis pohon penghijauan. Bahkan sejumlah kawasan sudah dikapling-kapling menjadi lokasi penghijauan berbagai instansi itu, di antaranya bentangan lahan gersang sekitar Bandara El Tari, jalan Frans Seda, dan Jalan Piet A Tallo.
            Namun usahan penghijauan yang dilakukan sejauh ini  belum kunjung membuahkan hasil memuaskan. Saat kemarau mendera, wajah kota berubah buram, kering, gersang, dan menghitam setelah semak rerumputan dan tanaman penghijauan ludes dilalap api. Kelemahannya karena penanaman pohon tidak diikuti pemeliharaan semestinya. Pada akhirnya Obed didukung oleh 395 staf yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil (257) dan tenaga honorer (138), perhatian Obed sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan adalah menyingkirkan semak atau rerumputan liar yang mengepung pohon penghijauan. Pekerjaan ini dilakukan secara sukarela tanpa upah.
            Terobosan Obed kini mulai memperlihatkan hasilnya. Setidaknya sebagian besar pohon tumbuh subur atau tidak lagi merana seperti tahun-tahun sebelumnya. Kota Kupang yang juga ibu kota Provinsi NTT sejauh ini dikenal pula sebgai kota berwajah ganda. Selama musim hujan, kota seluas 187,27 kilometer persegi itu berwajah cantik dan ramah. Pemandangan hijau mendominasi, bunga falmboyan mekar dimana-man. Sebaliknya pada saat musim kemarau mendera, kota ini berubah menjadi gersang setelah semak rerumputan dan tanaman penghijauan ludes dilalap api. Disaat musim kemarau suhu udara di sekitar Kota Kupang dari normalnya 32 drajat celsius, tidak jarang melonjak hingga 37-38 derajat celsius. Seakan udara segar menjadi langka.
            Sebuah upaya perubahan, sekecil apa pun perubahan yang dilakukan, pasti akan membawa hasil. Semoga upaya Obed Kadji untuk member wajah Kupang yang sejuk akan membawa kemakmuran bagi warga Kota Kupang.

1 komentar: