29.10.15

Ringkasan Artikel : Memajukan Pupuk Organik


Memajukan Pupuk Organik
R Joko Prambudiyono
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Kompas 20 Maret 2015

          Agapitus Tandi seorang guru SDN 9 Kecamatan Bukal, Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah. Alih-alih untuk menghindar tetapi justru mencelupkan tangan ke dalam air berwarna kekuningan dengan permukaan berselaput putih itu.
          Hal apa yang dimaksut dengan air kekuningan dengan permukaan berselaput putih itu? Hal yang dimaksut diatas merupakan air yang difermentasi dari cairan hasil pengolahan sejumlah bahan untuk dijadikan pupuk sekaligus pestisida tanaman. Bahan apa saja yang tercampur dalam cairan tersebut sehingga menimbulkan bau yang sangat busuk? Aroma bau tak sedap ini merupakan kombinasi maut daun gamal, siput, dan bonggol pisang, bahan tersebut dicampur dengan air beras, air kelapa dan gula.
          Ramuan yang dibuat oleh Agapitus ini belum ada nama bagi produk yang dikembangkannya di Desa Moho dalam tiga tahun belakangan. Selang beberapa lama Agapitus memperkenalkan nama umum metode organic loka (MOL). Fungsi dari MOL ini untuk membasmi hama, terutama hama putih. MOL pisang untuk pertumbuhan, dan MOL siput untuk ketahanan dari penyakit. Ketiganya dikombinasi dalam satu formula oleh Agapitus.
          Dimana Agapitus mencari bahan-bahan ini? Bahan-bahan yang difermentasi selama 21 hari tersebut amat berlimpah di Modo, dan mungkin pula ditempat lain di Buol. Itu sebabnya Agapitus tidak perlu jauh-jauh untuk mencari gamal yang menjadi tanaman pagar di perkembunan warga. Bonggol pisang pun selalu tersedia. Sementara siput di Modo bukan binatang asing. Sehingga semua mudah didapat dan dijumpai sehari-hari.
          Maka dengan munculnya Agapitus-Agapitus inilah limbah yang tadinya tidak terpakai dan hanya dipandang sebelah mata. Akhirnya menjadikan pudi-pudi uang yang melipah dan dapat dipakai oleh orang banyak di sekitar desa Modo. Agar hal ini terus berlanjut dan tidak berhenti maka diadakanlah pelatihan  dan pembinaan salah satunya yang dilakukan oleh inisiasi pastor setempat pada awal bulan Februari 2013. Selama 3 hari tim dari Jakarta melatih para petani di Desa Modo dan sejumlah desa sekitarnya. Agapitus juga mengajak anak-anak sekolah untuk belajar membuat pupuk ini. Agar harapannya mereka bisa menghasilkannya dan memproduksi sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar