13.10.15

Ringkasan Artikel: Dampak Perubahan Iklim Makin Nyata

Terbitan Koran Kedaulatan Rakyat tanggal 8 Mei 2015
Naurmi Rojab Destiya
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Bulan April merupakan masa akhir menuju musim kemarauyang biasanya berlangsung April-Oktober. Tapi menjelang berakhirnya bulan April, cuaca ekstrim menimbulkan bencana di banyak daerah di Indonesia, seperti banjir, tanah longsor, badai kencang, dan gelegar petir yang menyertai hujan dan badai.
            Kejadian akhir-akhir ini yang terkait cuaca buruk dikhawatirkan akibat perubahan iklim global. Kalau dirasakan, saat mendung udara sejuk kemudian saat hujan, cuaca dingin. Tapi ketika hari-hari tanpa hujan, kini sangat terasa panas sengatan sinar matahari.
            Para pakar dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sejak lama memperingatkan, perubahan iklim menyebabkan terjadinya cuaca ekstrim yang menyebabkan terjadinya bencana. Jika sudah terjadi bencana seperti tanah longsor, badai angin topan dan banjir misalnya, bisa dipastikan aka nada banyak sarana prasarana dan infrastruktur yang rusak. Hal ini merupakan kerugian yang besar akibat terjadinya perubahan iklim di bumi.
            Dampak perubahan iklim yang mudah tersaksikan adalah bencana alam berupa meningkatnya kejadian atau intensitas terjadinya badai yang tak hanya yang merusak infrastruktur yang ada, tapi juga bisa memakan korban jiwa. Perubahan iklim juga mengakibatkan cuaca ekstrim dan turun hujan deras yang mengakibatkan banjir.
            Akhir bulan April sudah menyuguhkan begitu banyak bencana alam. Kami sudah memasuki kemarau yang jadwalnya lazim April-Oktober, akan mucul pemandangan yang jauh berbeda, yakni kekeringan, krisis air di beberapa daerah yang berakibat pada produksi pertanian. Dengan kata lain, di musim hujan produksi pertanian bisa terganggu karena kebanjiran, dan musim kemarau karena kekurangan air. Perubahan iklim dan pemanasan global berdampak pada terjadinya kekeringan di hampir seluruh wilayah indoIndonesiancana kekeringan diperparah dengan penyedotan secara besar-besaran sumber air yang ada karena kebutuhan manusia yang semakin tinggi akan air, seperti untuk indusri dan lainnya.
            Organisasi berskala internasional ‘Greenpeace’ Asia Tenggara yang memusatkan perhatian sebagai saksi langsung akibat perubahan iklim global, selalu berupaya meningkatkan kesadaran public tentang perlunya perubahan kebijakan penggunaan energy di Asia Tenggara di masa depan, yakni beranjak dari ketergantungan penggunaan bahan bakar fosil ke arah sumber-sumber energy yang terbarukan, bersih dan berkelanjutan. Sehingga memusatkan perhatian untuk mempengaruhi masyarakat dan para pemegang keputusan atas bahaya dibalik penambangan dan penggunaan bahan bakar yang bersal dari fosil.
            Yang paling terkena dampak paling besar perubahan iklim adalah Negara pesisir pantai, negara kepulauan, dan daerah di negara yang kurang berkembang seperti Asia Tenggara.

            Memang tak mudah melakukan pengurangan emisi gas rumah kaca yang sistematis dan radikal, karena kesepakatan untuk itu selalu kandas oleh kepentingan negara- negara industry maju. Tapi yang penting bagi Indonesia adalah kesiapan menghadapi datangnya musim kemarau agar kebutuhan bahan pangan terjangkau daya beli rakyat.

0 komentar:

Posting Komentar