Terbitan
Koran Kedaulatan Rakyat tanggal 8 Mei 2015
Naurmi Rojab Destiya
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Bayi yang dilahirkan sebelum, selama dan setelah
Olimpiade di Beijing ternyata tidak sama kondisinya. Ini terkait pencemaran
udara yang menyangkut penelitian terhadap ribuan bayi oleh Profesor David Rich
dari University of Rochester yang terpapar pada jurnal Environ National
Institute of Environmental Health Sciences. Disebutkan, beberapa tahun sebelum
dan sesudah Olimpiade tingkat polusi lebih tinggi dua kali lipat dibandingkan
polusi selama Olimpiade berlangsung, karena Pemerintah Beijing kerja keras
mengurangi pencemaran udara.
Berat bayi-bayi saat Olimpiade berlangsung berbeda dengan
tahun sebelum dan sesudahnya. Diketahui ketika tingkat polusi udara meningkat
di bulan ke-8 kehamilan terjadi penurunan berat bayi saat dilahirkan. Ketika
masa kehamilan memasuki bulan ke-8 saat Olimpiade berlangsung dimana tingkat
polusi udara lebih rendah terlihat peningkatan berat bayi.
Dari temuan itu disimpulkan , kelahiran bayi dengan berat
yang rendah dianggap sebagai penanda penting kesehatan bayi. Bayi dengan berat
badan rendah lebih beresiko mengalami masalah perkembangan saat menuju balita,
dan diduga beresiko lebih besar untuk penyakit jantung di kemudian hari.
Menurut teori Prof David Rich, pencemaran udara menyababkan
peradangan pada ibu, yang membatasi nutrisi yang diserap oleh fetus ketika
sedang tumbuh pesat. Fetus (janin) adalah nama yang diberikan untuk bayi yang
belum lahir dari minggu kedelapan setelah pembuahan hingga saat kelahiran.
Bagi Prof Rich, apa yang dilakukannya sebagai percobaan
alami. Apapun mekanismenya, penelitian yang dilakukan mempunyai pesan kesehatan
public yang penting. Kota yang berpolusi tinggi selayaknya tingkat polusinya
diturunkan dengan drastic.
0 komentar:
Posting Komentar