Ana
Prihatini
Fakultas Psikologi Universitas
Proklamasi 45
Yogyakarta
Apa saja langkah-langkah untuk meraih
keberuntungan dalam berburu pekerjaan? Kiatnya sangat sederhana yaitu kita
harus selalu menaikkan kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan. Analoginya
adalah apabila kita ingin menjadi sebuah pohon yang besar dan kuat, maka kita
harus selalu berada di tanah yang subur. Agar tanah subur maka pupuk harus
selalu tersedia, akses pada sinar matahari harus tersedia, ketika kita masih
berupa tunas pohon maka tidak ada ayam yang akan mematuk-matuk bibit itu, tidak
ada orang yang akan menginjak-injak bibit itu, setelah batang menjadi besar
tidak ada orang yang usil ingin menebang pohon.
Untuk berburu pekerjaan, hal-hal yang perlu kita lakukan
untuk memperbesar kemungkinan mendapatkan pekerjaan antara lain:
*Melamar /
mengirimkan surat lamaran sebanyak-banyaknya. Hal ini seperti menjala ikan.
Semakin sering menebar jala, semakin banyak kemungkinannya mendapatkan ikan.
*Perbanyak dan perluaslah jaringan sosial. Semakin banyak
teman yang dikenal, semakin luas pula kemungkinan kita untuk menjadi orang yang
beruntung dalam mencari pekerjaan. Orang yang senang bergaul cenderung menerima
banyak informasi, sehingga pengetahuannya akan lebih luas daripada orang yang
kurang senang bergaul. Oleh karena informasinya luas, maka orang-orang yang
ekstrovert tersebut juga memiliki peluang keberuntungan yang lebih luas
(Wiseman, 2003).
Cara operasional yang disarankan untuk berlatih agar kita
mampu mempunyai jaringan sosial yang luas ialah bercakap-cakap paling tidak
satu kali seminggu dengan orang yang baru dikenal atau teman yang sudah lama
tidak dijumpai. Tema percakapan dengan teman lama pasti seputar tentang
pendidikan (sudah lulus atau belum, jurusan yang diambil),pekerjaan (status
pekerjaan, lokasi bekerja, deskripsi tugas), status perkawinan (sudah menikah
atau belum), jumlah anak (sudah punya anak atau belum, jumlah anak). Tema-tema
percakapan itu seperti halnya tema percakapan pada saat reuni dan perayaan
hari-hari besar yang mana semua orang bertemu dan menanyakan kabar
masing-masing. Orang yang berkepribadian introvert (tertutup) cenderung tidak
suka dengan situasi-situasi ramai seperti itu, sehingga kemungkinan mendapatkan
informasi tentang pekerjaan juga terbatas. Dengan perkataan lain, orang dengan
kepribadian introvert adalah mempunyai probabilitas keberutungan yang rendah
*Peluang keberuntungan juga akan semakin besar bagi para
pemburu pekerjaan jika mereka mempersiapkan diri dengan berlatih berbagai
soal-soal yang mirip dengan psikotes. Pada umumnya orang-orang yang baru saja
lulus dari suatu universitas cenderung untuk tidak mau menengok lagi buku-buku
pelajarannya, skripsi, atau tugas akhirnya. Mereka merasa sudah jenuh, dan
ingin berganti suasana. Situasi emosi semacam itu dapat diarahkan secara
produktif yaitu dengan mengisi waktu berlatih soal-soal yang mirip dengan
psikotes. Upaya mandiri tersebut mengandung tantangan yaitu kesediaan untuk
belajar lagi. Sungguh sulit bagi para lulusan itu untuk belajar lagi, duduk di
meja membuka buku, berburu informasi melalui internet atau kenalan. Semakin
lama mereka menganggur, mereka cenderung menarik diri sehingga peluang
keberuntungannya menjadi berkurang.
Hal yang menyedihkan adalah orang-orang yang berburu
pekerjaan dan sering ditolak oleh organisasi yang dilamarnya cenderung
mengembangkan konsep diri yang learned
helplessness (Myers, 1994). Learned
helplessness yaitu keyakinan bahwa dirinya memang ditakdirkan untuk
menganggur, tidak berdaya, dan tidak pantas untuk mendapat pekerjaan. Keyakinan
ini merupakan hasil belajar yaitu pengalaman selalu ditolak.Untuk bangkit dari
keyakinan yang buruk itu memang membutuhkan tekad besar.Caranya seperti ditulis
di atas yaitu sering bergaul, sering mencari informasi, mengirimkan lagi surat
lamaran tidak henti, berlatih psikotes, dan berusaha memperbaiki surat lamaran
pekerjaan.
Keberuntungan dalam hal apa pun,termasuk mendapatkan
pekerjaan,memang harus diciptakan. Hal ini karena keberuntungan tidak akan
turun dari langit. Semakin pandai kita menciptakan peluang keberuntungan, maka
semakin dekatlah Dewi Fortuna dalam kehidupan kita.
Daftar pustaka:
Myers, D. G. (1994). Exploring social psychology. New York: McGraw-Hill, Inc.
Wiseman, R. (2003). The luck factor: The four essential
principles. New York: Miramax
Books, Hyperion.
Books, Hyperion.
0 komentar:
Posting Komentar