Fx.
Wahyu Widiantoro
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Berbagai upaya
dilakukan oleh individu untuk meraup sejumlah keuntungan, baik dengan
memproduksi berbagai barang dan jasa, hingga menjual barang legal maupun
ilegal. Bagi penjualan barang ilegal tentunya akan mendapatkan sanksi dari
pemerintah. Berkembang atau tidaknya sebuah usaha termasuk import baju
awul-awul jelas ditentukan oleh minat beli dari masyarakat. Ironisnya, pakaian
impor itu mengandung berbagai bakteri yang berbahaya bagi kesehatan. Marak diberitakan
di media pada awal tahun ini, bahwa ternyata
Kementerian Perdagangan (Kemendag) menemukan 216.000 koloni bakteri per
gram dalam celana impor bekas. Temuan itu berdasarkan uji laboratorium terhadap
celana impor yang diduga terkena cairan menstruasi (Sukmana, 2015).
Kotler
(2002) menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang
dalam membeli yaitu adanya faktor budaya, kelas sosial, pribadi, psikologis,
dan produk. Faktor psikologis mencakup variable motivasi, persepsi, belajar dan
variabel kepercayaan serta sikap. Begitu halnya yang terjadi pada maraknya baju
awul-awul di masyarakat kita. Sekelompok masyarakat masih mementingkan prestis
yang dirasa. Didukung dengan adanya konformitas atau perilaku ikut-ikutan di
kalangan remaja maupun mahasiswa yang cenderung berperilaku konsumtif. Beberapa
alasan ketika membeli baju awul-awul yaitu mendapat baju import yang bermerk
dan disain model yang menarik dengan harga yang relatif murah. Begitu pentingnya
berpenampilan seperti yang diinginkan atau seperti yang diidolakan bagi remaja
pada umumnya mampu meningkatkan rasa percaya diri sehingga merasa lebih
diterima di lingkungan teman-teman sebayanya.
Adanya resiko
penyebaran bakteri atau jamur bahkan virus melalui pakaian import bekas hendaknya
menjadi indikator bagi masyarakat untuk lebih meningkatkan kesadaran terhadap
pentingnya kesehatan. Maraknya penjualan baju awul-awul dimungkinkan dengan
ketidak percayaan masyarakat terhadap produk dalam negeri, sehingga menjadi
peringatan bagi produsen untuk semakin meningkatkan kualitas produksinya.
Melalui pembahasan tentang maraknya baju awul-awul ini kita bisa belajar bahwa
bagaimanapun juga di dalam mensyukuri diri tentunya tampak dari bagaimana kita
merawat diri. Bukan tentang murah atau mahal harga pakaian yang kita kenakan
namun lebih pada konsep diri yaitu sejauh mana kita menilai tentang diri kita.
Referensi
Sukmana, Yoga,. (2015). Ternyata, Dalam
Satu Gram Pakaian Bekas Impor Terdapat 216.000 Koloni Bakteri. JAKARTA,
KOMPAS.com. Rabu, 4 Februari 2015 | 20:43 WIB
Kotler, P. 1990. Manajemen Pemasaran:
anallisis, perencanaan dan pengendalian. Jilid I. Jakarta: Erlangga.
*Materi pada Siaran Interaktif Psikologi di RRI Kotabaru DIY, pada
hari Rabu, 11 Februarui 2015, pukul 20.15 – 21.00.
0 komentar:
Posting Komentar