10.6.24

Tugas Essay 6: Psikologi Lingkungan - Belajar di TPST Oleh : Nanda Aprilia Dewi Saputri

DOSEN PENGAMPU : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA

NAMA : Nanda Aprilia Dewi Saputri

NIM : 22310410158

KELAS : SJ

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

Di dampingi oleh wakil pengurus TPS randu alas: Pak Pujono

Yang menjadi masalah di Yogyakarta adalah, karena mulai tanggal 15 TPA piyungan yang dimana tempat tersebut untuk membuang sampah di 3 kabupaten, bermasalah, membuang residu atau sampah yang tidak dapat diolah. Sampah tergantung pada bagaimana kita mengolahnya, sumber masalah adalah sampah dijadikan satu, menyebabkan membusuk dan menimbulkan tumpukan membuat terlihat kotor. TPS ini menggunakan teknologi hybride pencacah pilah, organik terpisah, non organik terpisah, organik dikompos. Rata rata masyarakat menggunakan sampah 0,7 gram perhari. Jika masyarakat tidak merubah pola buang sampah, maka sampah jadi perputaran masalah yang tidak akan selesai, jadi silahkan untuk dikondisikan dan di sebarkan supaya warga lebih peduli.

Organik, sampah plastik, sampah kertas, logam. Hasil olahan pabrik, kantong keresek, nanti di pilah dan dikirim ke pabrik untuk diolah lagi. reduse reuse recycle.

Jadi masalah karena tidak bisa memilah dari awal, padahal bisa dipisah, Di sungai, juga orang orang membuang sampah sehingga para pengumpul sampah kelimpungan. Reduse reuse recyle, bisa mengurangi maksimal 60 persen minimal 40 persen pekerjaan pemilihan sampah di TPS ini.

Mengapa sampah tidak diolah kembali, karena tidak tau, tidak bisa, tidak mau tau karena sudah membayar. TPS ini memiliki tugas mengelola sampah di 6 pedukuhan, kini pelanggan sudah berjumlah 350 KK, diambil ke sini, dipilah sendiri, sudah mengajukan bantuan tapi belum ada bantuan yang sesuai dengan yang diharapkan.

Dulu tps terbentuk karena lahan di situ merupakan tempat pembuangan sampah liar, Pada 2015 masyarakat mengajukan proposal untuk pendirian TPS. 2016 terbentuk dan mengoperasikan. Berawal dari 25 pelanggan, tidak mewajibkan semua untuk ikut, sampai sekarang berkembang. Standar tps 500kk. Pengambilan dari warga 1 minggu 2 kali. Hal yang berat adalah pengolahan sampahnya, membutuhkan waktu dan biaya. Sebenernya semua sampah organik dapat dimanfaatkan dan diolah semua, dicacah untuk menjadi kompos dengan 3 sistem, windrow, bata berongga, keranjang takakura.

Eco lindi, eco enzim bau bisa netral dari air sampah itu sendiri. Ragi, tape, ragi tempe, molase, terasi, bakteri yakult (bahan mal atau bakteri untuk kompos) ciri ciri berhasil ada busa/jamur.

Anorganik otomatis sudah terpisah, plastik, kaca, residu, dll. Sehingga bisa diolah jadi papan/ baleho,


Ada permasalahan perilaku apa di sini yaitu:

- Kesadaran memilah sampah oleh masyarakat yang kurang.Minimnya pengetahuan warga untuk mengolah sampah.

- Masyarakat belum bisa diet plastik 

- Masyarakat kurang bisa membedakan sampah yang bisa digunakan kembali/ di perbaikii.

- Keegoisan masyarakat akan pembayaran jadi cuek bagaimana memilih.

- Persepsi masyarakat tentang sampah bahwa samaph itu bau, seharusnya sampah di olah supaya tidak bau.


Masalah SDM sudah cukup baik yaitu:

- Sebuah lembaga, ada bpjs, masuk di lingkungan hidup, APD, gaji umr dari iuran pelanggan, iuran ada yang 30-50 perbulan

- Ada 8 karyawan. Ada juga pro kontra, baru mau pembangunan sudah ada hanya saja dijelaskan bahwa didampingi dinas terkait, meski dengan beberapa syarat. 

Bentuk sosialisasi yaitu

tokoh masyarakat diundang untuk hadir dan diberi pengertian. 

kendaraan dulu satu set pencacah pengayah, setelah digunakan 2 tahun, ada perbaikan.


0 komentar:

Posting Komentar