6.5.24

Tugas Essay 1: Psikologi Lingkungan - Review Journal - "Peningkatan Pengetahuan dan Kesadaran Masyarakat tentang Pengelolaan Sampah dengan Pesan Jepapah" Oleh Bunga Anggraeni

 Psikologi lingkungan /esai 1

Arundati shinta


Bunga Anggraeni / 22310410169


Universitas proklamasi 45 yogyakarta



Topik

pengabdian kesehatan masyarakat



Tahun Terbit

Vol 01, no . 1 april 2021 hal 62-70

Peringkas

Bunga anggreani/22310410169/kelas SJ

Sumber

Dinda Clasissa Aulia, Harry Kiswanto Situmorang, Ahmad Fauzy Habiby Prasetya, Adhe Fadilla, Aisya Safira Nisa, Asiyah Khoirunnisa, Deo Farhan, Dwi Nur’aini Nindya, Hanisa Purwantari, Imelda Octaviani Dwi Jasmin, Johninda Aulia Akbar, Novi Mesrina Cicionta BR Ginting, Rifa Fadhilah Lubis, Zakyta Pangestiara G

Latar Belakang 

Masalah

Kota Jakarta sebagai Ibu Kota Indonesia sudah mampu mengangkut 100% sampahnya dari sampah yang dihasilkan. Sedangkan Kota Depok yang merupakan salah satu daerah di kawasan Jabodetabek memproduksi 1.307 ton sampah per hari dan yang tertangani hanya 850 ton sampah per harinya (Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah, 2019). Akibatnya, sampah yang tidak tertangani tersebut akan mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.


Tujuan 

Penelitian

Untuk meningkatkan kesadaran serta pemahaman warga mengenai Pengelolaan Sampah Mandiri dan Penjemputan Sampah Terpilah

Teori/ Isi 

Sampah merupakan bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan baik skala industri, rumah tangga, dan instansi yang dilakukan oleh manusia (Soemirat, 2014). Dalam Undang-Undang No.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat dan sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus. Semakin bertambahnya jumlah penduduk maka akan semakin banyak pula jumlah sampah yang dihasilkan. Pada tahun 2016, jumlah timbulan sampah di Indonesia mencapai 65,2 juta ton per tahun (Badan Pusat Statistik, 2018). Menurut data 

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2020 timbulan sampah di Indonesia sudah mencapai 72 juta ton per tahun. Belum semua sampah sudah terkelola dengan baik, masih ada sekitar 36% atau sekitar 9 juta ton sampah yang tidak terkelola setiap tahunnya. Jenis sampah yang mendominasi timbulan sampah di Indonesia adalah sampah rumah tangga, yaitu 32,5% (KLHK, 2020). Pulau Jawa yang di dalamnya memiliki kawasan megapolitan Jabodetabek, merupakan daerah yang menghasilkan sampah paling banyak di Indonesia dengan 21,2 ton sampah per tahunnya yang didominasi oleh sampah rumah tangga, yaitu sekitar 44,5% (Handono, 2010). 

Menurut Sucipto (2012) jenis-jenis sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya dibedakan menjadi dua yaitu sampah organic dan sampah anorganik. Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi sampah organik basah dan sampah organik kering. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang cukup tinggi seperti kulit buah dan sisa sayuran. Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil seperti kertas, kayu atau ranting pohon dan dedaunan kering. Sedangkan sampah anorganik berasal dari bahan yang bisa diperbaharui dan bahan yang berbahaya serta beracun. Jenis yang termasuk ke dalam kategori bisa didaur ulang (recycle) ini misalnya bahan yang terbuat dari plastik atau logam. 

Sampah kering non logam (gelas kaca, botol kaca, kain, kayu, dll) dan juga sampah lembut yaitu seperti abu.

Permasalahan sampah terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian hilir, proses dan hulu. Bagian hilir terletak pada pembuangan sampah yang terus menerus meningkat. Bagian proses terletak pada keterbatasan sumber daya dalam mengelola sampah, baik dari pemerintah maupun masyarakat sendiri. 

Bagian hulu terletak pada masih kurang optimalnya sistem yang diterapkan dalam pemrosesan akhir sampah (Mulasari, 2016). Beberapa faktor yang menghambat sistem pengelolaan sampah yang dapat menjadi masalah adalah penyebaran dan kepadatan penduduk, sosial ekonomi, dan karakteristik lingkungan fisik, sikap, perilaku serta budaya yang ada di masyarakat (Sahil, 2016).

Dari hal diatas, untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat perlu diketahui mengenai

faktor-faktor apasaja yang mempengaruhi perilaku membuang sampah sembarangan oleh masyarakat setempat dan mengetahui bagaimana caranya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat untuk mengelola dan memanfaatkan sampah plastik guna menjaga kelangsungan Situ Pladen. Oleh karena itu dilakukan intervensi berupa Pengelolaan Sampah Mandiri dan Penjemputan Sampah Terpilah (PESAN JEPAPAH). Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran serta pemahaman warga mengenai Pengelolaan Sampah Mandiri dan Penjemputan Sampah Terpilah di kawasan Situ Pladen, Beji, Depok, meningkatkan partisipasi dan pengetahuan warga di sekitar Situ Pladen mengenai pentingnya pemilahan, pengelolaan, dan pemanfaatan sampah plastik dengan melakukan amati, tiru dan modifikasi program JEPAPAH yang telah berhasil sebelumnya di Jepara, serta meningkatkan kerja sama dan peran serta setiap warga dan para tokoh masyarakat sebagai support system dalam pelaksanaan Program PESAN JEPAPAH.

Metode

Metode dalam kegiatan intervensi ini dimulai dari analisis situasi dan menentukan prioritas 

masalah. Kemudian melakukan pengembangan instrumen dengan menggunakan kuesioner tentang 

pengelolaan sampah yang baik dan benar. Setelah itu melakukan survey determinan yang 

mempengaruhi perilaku pengelolaan sampah. Kegiatan intervensi dilakukan dengan pemberian poster kepada 30 responden. Setelah 

kegiatan intervensi dilakukan, diberikan post-test untuk mengukur tingkat pengetahuan responden dan 

mengetahui hasil yang diperoleh.


Hasil 

Alur pelaksanaan kegiatan diawali dengan peneliti yang mendatangi rumah-rumah responden untuk melakukan edukasi kepada 30 responden dengan menggunakan media poster, serta menanyakan beberapa pertanyaan melalui kuesioner pre tes dan post tes untuk mengukur pengetahuan warga Situ Pladen mengenai cara menjaga keberlangsungan Situ Pladen dengan melakukan cara memilah sampah, cara mengurangi timbunan sampah, serta cara menjaga kebersihan wadah sampah. Lalu, setelah melakukan edukasi dan pemberian kuesioner pre tes post tes, peneliti memberikan kepada para responden bahwa nantinya akan memberikan 3 jenis tempat sampah yakni untuk sampah organik, anorganik, dan residu. 

Setelah dilakukan identifikasi masalah didapatkan tujuh (7) masalah diantaranya adalah tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat menengah ke bawah yang menyebabkan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah terhadap jenis dan pengelolaan sampah yang benar, kurangnya sumber daya manusia untuk mengangkut sampah, kurangnya fasilitas mobil sampah untuk mengangkut sampah ke TP A, tidak adanya tempat pembuangan sementara, tidak adanya tempat sampah di depan rumah warga, dan belum adanya sosialisasi terkait kebijakan pengelolaan sampah.

dapat diketahui bahwa prioritas masalah dalam pengabdiann ini terdapat pada faktor predisposisi yaitu kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil total skor tertinggi dibandingkan dengan masalah lain yang ditemukan dalam proses identifikasi masalah.

Dari analisis jawaban pada pre test, menunjukkan bahwa sebagian besar responden belum mengetahui tentang pemilahan sampah karena mereka tidak dapat membedakan jenis sampah berdasarkan warna wadah sampahnya, responden juga belum mengetahui bagaimana cara membersihkan wadah yang benar. Pada hasil post test, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan nilai setelah dilakukan intervensi. Seluruh responden sudah dapat membedakan jenis dan wadah sampah untuk pemilahan. Selain itu, sebagian besar responden juga telah mengetahui bagaimana cara mengurangi timbulan sampah, serta kriteria dan cara menjaga kebersihan tempat sampah.

Kesimpulan

Beberapa masalah di wilayah Situ Pladen yang didapatkan dari hasil penelitian yaitu: kurangnya pengetahuan warga Situ Pladen tentang jenis dan pengelolaan sampah, kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah, hampir seluruh informan memiliki pendidikan terakhir SMP, tidak tersedianya tempat penampungan sampah sementara, kurangnya fasilitas pengangkut sampah ke TPA, tidak tersedianya tempat sampah di depan rumah warga, kurangnya SDM untuk mengangkut sampah, tidak adanya sosialisasi kebijakan terkait pengelolaan sampah dan 

kurangnya keterpaparan informasi mengenai pengelolaan sampah.

Dari kesembilan masalah tersebut ditetapkan prioritas masalah menggunakan metode P AHO didapatkan masalah terbesar , yaitu kurangnya kesadaran warga Situ Pladen untuk mengelola sampah

Intervensi yang dilakukan berupa pemberian edukasi dengan media poster dan stiker mengenai pengelolaan sampah. Sebelumnya, responden diminta untuk mengisi pre test dan setelah diberikan edukasi responden diminta untuk mengisi post test.ke TP A. Intervensi dilakukan pada Minggu, 28 Februari 2021. 

Berdasarkan hasil pre dan post test, terdapat peningkatan pengetahuan warga Situ Pladen sebesar 42,6% setelah dilakukan intervensi berupa pemberian edukasi mengenai pengelolaan sampah.

Peneliti optimis bahwa Program Jepapah ini bisa berjalan dan tetap sustain. Namun perlu disadari bahwa keberhasilan Program ini tidak lepas dari kerjasama setiap unit yang bersangkutan yaitu baik dari partisipasi Ketua RT dan warga sebagai support system demi kelancaran pelaksanaan Program Pesan Jepapah.

0 komentar:

Posting Komentar