10.10.23

Wawancara Tentang Disonansi Kognitif

 


Wawancara Tentang Disonansi Kognitif

Essay 3 Psikologi Inovasi

Fika Yuliyanti (21310410007)

Dosen Pengampu: Arundati Shinta

 

Populasi perokok di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, Pada WHO Report on the Global Tobacco Epidemic 2019, prevelensi perokok di Indonesia tahun 2018 pada pria sebesar 62,9% dan wanita 4,8% untuk usia lebih dari 15 tahun, sedangkan pada usia 13-15 tahun prevelensi perokok pria sebesar 23% dan wanita 2,4%, dimana kondisi tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia saat ini tengah mengalami darurat rokok (World Health Organization, 2019).   berbagai upaya untuk mengurangi jumlah perokok sudah dilakukan oleh pemerintah maupun organisasi dengan kampanye, sosialisasi maupun penyuluhan. Para perokok mengetahui adanya bahaya yang ditimbulkan oleh rokok sehingga memunculkan adanya disonansi, dimana seseorang terlibat dalam perilaku yang tidak konsisten dengan keyakinan mereka. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan seorang perokok dengan identitas sebagai berikut;

Inisial                : LM

Usia                   : 21 Tahun

Jenis Kelamin   : Perempuan

Pekerjaan.         : Mahasiswa

Dengan butir pertanyaan sebagai berikut;

Dengan butir pertanyaan sebagai berikut;

1. 

1.     1.  Apa yang pertama kali terlintas dalam benak narasumber ketika mendengar kata rokok?

2.    2.   Apa latar belakang yang menyebabkan narasumber merokok?

3.      3.  Apa yang narasumber harapkan dari merokok?

4.     4.  Apakah harapan tersebut terwujud ketika merokok?

5.     5.   Apakah narasumber mengetahui dampak negative dari merokok? Apa saja?

6.      6. Apakah narasumber pernah di tentang oleh lingkungan baik keluarga maupun sosial saat merokok?

7.       7. Apakah narasumber pernah berpikir untuk berhenti merokok?

Berikut adalah jawaban dari narasumber;

1.      1. Yang pertama kali terlintas adalah membahayakan dan membuat kecanduan.

2.      2Hal yang melatarbelakangi saya merokok adalah karena saat saya kelas 3 SMA saya sedang sibuk dan stress menyiapkan kelulusan dan ujian masuk universitas, disitu saya merasa sangat membutuhkan pengalihan dan pelampiasan, akhirnya saya mencoba merokok dan menjadi kecanduan sampai sekarang.

3.     3. Yang saya harapkan dari merokok adalah untuk mencari ketenangan

   S 4. Sejauh ini terwujud.

5. 5. Ya, saya mengetahu dampak negative dari merokok, beberapa bahaya yang saya ketahui adalah merusak paru-paru, menyebabkan kecanduan, kanker serta penyakit-penyakit mematikan lainnya.

6.  6. Keluarga tidak mengetahui kalau saya merokok, hanya beberapa teman dekat yang mengetahui hal tersebut.

7.  7. Pernah, karena saya menyadari bahaya dari merokok tersebut. Bahkan pernah berhenti beberapa bulan, akan tetapi kemudian saya tidak bisa menahan keinginan merokok tersebut.

Klein, Sterk, Elifson (2014) menjelaskan perokok aktif merasa rokok dapat digunakan untuk relaksasi, mengurangi kegelisahan dalam situasi sosial. Dengan merokok, mereka memiliki kenikmatan lebih besar saat berada di suatu acara atau pesta. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa persepsi mereka terhadap keuntungan merokok tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, pendidikan, usia saat pertama kali membeli rokok, jumlah teman yang merokok, dan kepercayaan diri mereka (Klein, Sterk, & Elifson, 2014). Narasumber yang saya wawancarai mengalami disonansi kognitif, Sepasang kognisi dikatakan konsonan jika satu kognisi mengikuti kognisi lainnya dan dapat dikatakan disonan jika tidak sesuai (kebalikan) dari satu kognisi dengan kognisi lainnya. Hal tersebut ditandai dengan narasumber mengetahui adanya efek samping dari merokok yang akan menganggu kesehatannya terutama di masa yang akan datang, namun masih tetap melakukan tindakan tersebut.

 

Referensi

 

Fadholi, F., Prisanto, G. F., Ernungtyas, N. F., Irwansyah, I., & Hasna, S. (2020). Disonansi Kognitif

Perokok Aktif di Indonesia. Jurnal RAP (Riset Aktual Psikologi Universitas Negeri Padang)11(1), 1-14

 

 

0 komentar:

Posting Komentar