11.10.23

Essay 3: Wawancara tentang Disonansi Kognitif

 WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF

DISONANSI KOGNITIF PADA PEROKOK 



Tugas 3: Melakukan wawancara

Oleh:

Qoyyimah Sofiati (21310410036)

Psikologi Inovasi

Dosen Pengampu:

Dra. Arundati Shinta, M.A.



Rokok adalah tembakau yang digulung dan mengandung berbagai zat kimia. Rokok merupakan barang berbahaya dan bersifat adiktif yang dapat menjadi salah satu penyebab kematian utama di dunia. Terdapat komposisi yang ada dalam rokok yang mengandung zat kimia seperti tar, nikotin, arsen, karbonmonoksida, serta tirosamin yang dapat mengancam kesehatan si perokok aktif.  Meski demikian, merokok merupakan hal yang lumrah kita jumpai pada kehidupan sehari-hari. Tidak hanya pada orang dewasa, bahkan remaja hingga anak-anak sudah mulai berani merokok baik laki-laki maupun perempuan (Zulaikhah et al., 2021).

Memahami risiko yang ditimbulkan karena merokok dan merasakan kenikmatan merokok mendorong para perokok berada dalam kondisi disonan (Zulaikhah et al., 2021). Menurut Festinger (1968) disonansi kognitif adalah gagasan di mana individu mengetahui dua hal yang secara psikologis tidak konsisten dan saling berlawanan satu sama lain, menghasilkan perasaan tidak nyaman sehingga mendorong individu tersebut mencoba berbagai macam cara untuk membuat informasi yang diketahui menjadi lebih konsisten. Perubahan item informasi yang  dilakukan  dapat  berupa perilaku,  perasaan,  opini,maupun  suatu  objek  di  luar  diri (Ravsanjani et al., 2023).

Adapun hasil wawancara yang dilakukan kepada seorang perokok untuk menggali disonansi kognitif pada perokok adalah sebagai berikut:

Subjek 1:

Observer    : “Apakah Anda percaya terhadap gambar yang terdapat pada kemasan rokok?”

Subjek        : “Percaya. Namun sampai detik ini belum ada tanda-tanda gejala akan muncul sesuai dari gambar rokok tersebut.”

Observer    : “Apakah Anda merasa takut ketika mengidap penyakit seperti gambar yang ada pada kemasan rokok?”

Subjek        : “Jelas takut. Neamun itulah resiko perokok yang sudah kecanduan. Karena biasanya seorang pecandu rokok itu akan sakit kepala jika tidak merokok.”

Observer    : “Menurut Anda, apakah merokok tidak menyebabkan penyakit seperti gambar yang ada pada kemasan rokok?”

Subjek        : “Menurut saya gambar yang ada pada keemasan rokok tersebut benar adanya.”

Observer    : “Apakah gambar dikemasan rokok adalah bentuk menakut-nakuti konsumen saja? Bagaimana pendapat Anda?”

Subjek        : “Disini menurut saya itu sebagai peringatan bahwa jangan terlalu sering merokok.”

Observer    : “Pernahkah Anda memiliki keinginan untuk mengurangi konsumsi rokok setelah melihat gambar yang ada pada kemasan rokok?”

Subjek        : “Tidak pernah.”

Observer    : “Bagaimana pendapat Anda yang mengetahui tentang bahaya rokok tapi tetap merokok?”

Subjek        : “Semua itu Resiko dari pribadi perokok masing masing kalo dia kecanduan yah otomatis sudah sulit untuk berhenti. Ada ciri khas di rokok yang membuat seseorang tidak punya jawaban untuk menjawab karena ujung-ujungnya akan kembali ke kata ‘candu’. Jika ditanya niat untuk berhenti tentu ada Cuma proses step by step yang artinya jumlah rokok perharinya dikurangi.” 

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa meski seorang perokok telah mengetahui tentang bahaya atau dampak dari merokok bahkan dengan gambar penyakit yang ada pada kemasan rokok, mereka tetap tidak peduli dengan dalih telah kecanduan dan sulit untuk menghentikan perilaku merokok tersebut.


Referensi

Ravsanjani, M. I., Tetteng, B., & ... (2023). Disonansi kognitif pada perawat yang merokok. Jurnal Kesehatan Tambusai4(2), 1357–1372. 

Zulaikhah, V., Wijayadi, K., & Juliyanto, E. (2021). Evaluasi hasil edukasi masyarakat tentang bahaya kandungan dalam rokok. Indonesian Journal of Natural Science Education (IJNSE)4(2), 510–515. https://doi.org/10.31002/nse.v4i2.1904

 

0 komentar:

Posting Komentar