MELAKUKAN WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF
PADA PEROKOK
Essay 3 Psikologi Inovasi
Meme Normasari
NIM : 21310410088
Kelas Reguler / Semester 5
Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Merokok sudah
menjadi kebiasaan di masyarakat Indonesia. Kebiasaan merokok ini dijadikan hal
yang wajar di suatu daerah. Sebagai mana di daerah saya jika ada hajatan, maka
pemilik hajatan harus menyediakan rokok untuk siapa saja yang membantu hajatan.
Di Indonesia prevelensi perokok meningkat setiap tahunnya. Pemerintah sudah
melakukan berbagai upaya seperti kampanye dan menaikkan harga rokok. Para
perokok sebenarnya sudah mengetahui dampak buruk dari merokok. Namun, mereka
mengalami disonansi kognitif sehingga sulit untuk berhenti merokok. Untuk
mengtahui lebih lanjut, saya melakukan wawancara dengan seorang perokok aktif.
Inisial : CN
Usia : 21 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa
Berikut
beberapa pertanyaan yang saya tanyakan pada CN;
1. Sejak kapan merokok?
2. Siapa yang pertama kali mengajari merokok?
3. Apakah orang tua juga perokok?
4 Pernahkah orang tua melarang atau menegur saat merokok?
5.
Dimana biasanya merokok?
6. Bagaimana sikap teman-teman yang tidak merokok terhadap
anda yang merokok?
7.
Rokok apa saja yang pernah anda hisap?
8. Adakah kenikmatan yang diperoleh ketika merokok?
9.
Pernahkan sehari tidak merokok?
10. Kenapa tidak
bisa sehari merokok?
11. Apakah tahu
bahaya dari merokok?
12. Pernahkah sakit
akibat merokok?
13.Pernahkah ada
keinginan untuk berhenti merokok?
CN adalah
seorang perokok aktif, ia mulai merokok saat berusia 17 tahun tepatnya saat
duduk di bangku SMA. Awal mula CN merokok karena melihat banyak teman-temannya
yang merokok dan dari situ CN penasaran dengan rasa rokok dan akhirnya ia
mencobanya. Pertama kali merokok CN tidak merasakan kenikmatan dan malah batuk.
Namun, karena ejekan dari teman-temannya CN mencoba lagi untuk merokok.
Orangtua CN adalah perokok aktif dan beliau tidak pernah menegur jika melihat
anaknya merokok. CN lebih memilih merokok dirumah daripada di kampus alasannya
karena tidak percaya diri jika dilihat oleh teman-teman kampusnya. CN hidup di
lingkungan perokok, jadi temannya sudah memaklumi hal tersebut. CN mengaku pernah
mencoba semua jenis rokok untuk mengetahui rokok apa yang enak untuk
dikonsumsinya. Setelah mencoba berbagai rokok akhirnya ia memutuskan hanya mau
rokok Djarum Super dan setiap hari CN menghabiskan satu bungkus (isi 16
batang). CN mengatakan bahwa setiap merokok ia mendapatkan kenikmatan yang
tidak bisa diungkapkan dan merasa sedikit bebannya sebagai mahasiswa hilang. CN
juga pernah berusaha untuk berhenti merokok tetapi selalu gagal karena tidak
mendapat support dari lingkungan dan orangtua yang akhirnya CN kecanduan merokok
sampai saat ini. Sebagai mahasiswa CN juga mengetahui bahaya akibat merokok.
Namun, lagi-lagi tidak ada support untuk dirinya. CN juga pernah sakit akibat
merokok, seperti batuk yang tidak kunjung sembuh. Meskipun CN sudah mengetahui
dampak negatif dari merokok, sampai saat ini belum ada niat untuk berhenti
merokok.
Referensi
Fadholi, F., Prisanto, G. F.,
Ernungtyas, N. F., Irwansyah, I., & Hasna, S. (2020). Disonansi Kognitif Perokok Aktif di Indonesia.
Jurnal RAP (Riset Aktual Psikologi Universitas Negeri Padang), 11(1), 1-14.
0 komentar:
Posting Komentar