5.10.23

Essay 3 perilaku disonasi kognitif

 

PERILAKU DISONANSI KOGNITIF PADA PEROKOK AKTIF

 

 


LISA DEVITA SARIPI

21310410106

Essay 3

Mata Kuliah Psikologi Inovasi

Dosen Pengampu : Dr.Dra. Arundhati Shinta, MA

Psikologi

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

Disonansi  kognitif  adalah  salah  satu  dari  sekian banyak teori yang didasarkan pada prinsip konsistensi kognitif yang tumbuh dari teori-teori awal seperti  teori  keseimbangan  (Heider,  1958). Teori  disonansi  kognitif  (Festinger,  1957)  menyatakan  bahwa  individu  berusaha  untuk menjaga  konsistensi  di  antara  berbagai  kognisi(misalnya,  pikiran,  perilaku,  sikap,  nilai,  atau keyakinan).  Kognisi  yang  tidak  konsisten  dapat  menghasilkan  keadaan  yang  membuat  individu menjadi  merasa  adanya  ketidaksesuaian  dalam  diri  yang  akhirnya  memotivasi  individu  untuk mengubah  satu  atau  lebih  kognisi  untuk  mengembalikan  konsistensi  dengan  kognisi   lain sehingga  individu  mendapatkan  kesesuaian. . Disonansi kognitif sangat   terkait   dengan   perubahan   sikap.   Seperti   yang   kita   ketahui   situasi   ini   merupakan kebingungan  antara  dua  kognisi  yang  tidak  konsisten  satu  sama  lain.  Menurut  Schiffman  & Kanuk,   2008   disonansi   atau   inkonsistensi   ini   terjadi   ketika   individu   memegang   konflik pemikiran   tentang   suatu   keyakinan   atau   objek.

Melihat dari tema yang ada saya melakukan wawancara terhadap perilaku disoniasi kognitif pada peokok aktif. Para perokok mengetahui akan adanya bahaya yang ditimbulkan oleh rokok sehingga memunculkan adanya dinsonasi.

Pada kesempatan saat ini saya melakukan wawancara salah satu narasumber dengan identitas sebagai berikut :

Inisial                          : MAT

Usia                             : 24 Tahun

Jenis Kelmamin            : Laki-Laki

Pekerjaan                     : Wiraswasta

 

Dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1.     Sejak kapan mengenal rokok ?

2.     Sejak kapan mencoba menggunakan rokok ?

3.     Kenapa saat itu penasaran mencoba rokok ?

4.     Bertahan berapa lama Menggunakan rokok kertas ?

5.     Berapa batang rokok yang dihabiskan dalam sehari ?

6.     Apakah tau kalau rokok itu berbahaya ?

7.     Kenapa masih mengonsumsi rokok sampai saat ini ?

8.     Apakah ada rencana berhenti mengonsumsi rokok ?

 

Adapun jawaban dari subjek sebagai berikut :

1.     Mengenal rokok sejak kelas 4 SD, dikarenkan orang tua memiliki warung.

2.     Mencoba rokok dimulai dengan menggunakan kertas yang dibakar lalu berlanjut dengan menggunakan rokok asli di kelas tiga SMA.

3.     Rasa penasaran itu dimulai saat saya melihat sekeliling saya merokok.

4.     Penggunaan rokok kertas hanya di kelas 4 SD.

5.     Ada 1 batang rokok

6.     Iya tau

7.     Karena, sudah menjadi kebutuhan, apalagi ketika saya mahasiswa dan mengerjakan skripsi ketika merasa stress saya mengalihkannya ke rokok.

8.     Iya ada, secepatnya akan berhenti dan menggantikan menggunakan permen. Dan sekarang mulai mengalihkannya ke rokok elektrik (VAPE).

 

Maka, dari wawancara yang telah saya lakukan ini dapat dilihat bahwa subjek adalah perokok aktif yang mana subjek melakukan penyangkalan kognitif, dimana penyangkalan ini akan mendorong terjadinya disoniasi. Hal ini dapat dilihat dari subjek yang tau kalau adanya efek samping dari merokok yang akan mengganggu kesehatannya terutama di masa yang akan datang, namun masih melakukan hal tersebut.

           

Referensi

 

Dewanti, N,I,.& Irwansyah. (2021). Disonansi Kognitif Dalam Perilaku Konsumen    

Masyarakat Indonesia Terhadap Pembelian Produk Tanpa Logo Halal. Jurnal Lensa Mutiara Komunikasi. Vol. 5,No. 1 Hal: 99-109

 

Fadholi, Guntur, et.all. (2020). DISONANSI KOGNITIF PEROKOK AKTIF DI

INDONESIA. Jurnal RAP (Riset Aktual Psikologi)Universitas Negeri Padang, Indonesia. Vol. 11 No.1. Hal: 1-14.

0 komentar:

Posting Komentar