11.10.23

Disonansi Kognitif Pada Seorang Perokok

 


Psikologi Inovasi

Disonansi Kognitif Pada Seorang Perokok


Oleh;

Arnoldina Leki 21310410050


Dosen Pengampu:

Dra. Arundhati Shinta, M.A


Disonansi kognitif adalah fenomena psikologis di mana seseorang mengalami konflik internal terhadap keyakinan, nilai-nilai, atau sikap yang berbeda. Dalam kasus seorang perokok, disonansi kognitif sering kali menjadi bagian tak terabaikan dari kehidupan mereka. Seorang perokok memiliki kesadaran akan risiko yang tinggi terkait dengan merokok terhadap kesehatan mereka. Memiliki pertimbangan positif, walaupun memiliki kesadaran tentang risiko tersebut. perokok mungkin mencari manfaat positif dari merokok, seperti perasaan relaksasi atau pengurangan stres. Disonansi Kognitifnya berupa konflik mental antara kesadaran risiko dan pencarian manfaat positif dari merokok sehingga menghasilkan hal ini terjadi.

Dalam situasi ini, ada beberapa hal yang diperoleh dari hasil wawancara dengan seorang perokok, yang berinisial R. Berikut adalah hasil wawancara dengan butir-butir pertanyaan dan jawabannya yang diperoleh.

Sejak kapan Anda merokok?

R: Sejak duduk di bangku SMP hingga sekarang

Dalam kurun waktu satu hari berapa banyak rokok yang dapat Anda Habiskan?

R: Satu bungkus rokok dapat dihabiskan dalam 1 hari di waktu tertentu seperti setelah makan atau di waktu santai.

Apakah Anda tahu bahaya merokok?

R: Saya pikir ini penting karena saya sendiri mengalami perasaan bingung dalam merokok. Saya tahu itu buruk untuk kesehatan, tapi sulit untuk berhenti.

Bagaimana tanggapan keluarga Anda setelah mengetahuinya?

R: Tanggapan keluarga pada awalnya sangat marah dan tidak mengizinkan namun seiring berjalannya waktu hingga sekarang hal itu tidak dipermasalahkan lagi.

Jelaskan apa yang Anda rasakan ketika mengalami disonansi kognitif terkait merokok?

R: Tentu, kadang-kadang saya merasa bersalah setiap kali saya merokok, terutama ketika saya melihat iklan tentang bahaya merokok. Tapi kemudian, ketika saya merasa stres atau tertekan, saya merasa merokok adalah satu-satunya cara untuk meredakan perasaan itu.

Demikian R yang pada dasarnya tahu bahwa merokok merugikan kesehatan, mengalami disonansi kognitif ketika merenungkan konsekuensi jangka panjang dari kebiasaan merokoknya. Ia tahu bahwa merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit serius seperti kanker paru-paru, penyakit jantung, dan masalah pernapasan. Namun, R terus melanjutkan perilaku ini.

Faktor-faktor yang menyebabkan disonansi kognitif dalam kasus ini adanya elemen kecanduan fisik dan psikologis yang terlibat. Merokok dapat memberikan perasaan kenyamanan atau meredakan stres, yang bertentangan dengan pengetahuan tentang risiko kesehatan. Selain itu, tekanan sosial juga bisa menjadi pemicu disonansi kognitif. Jika lingkungan sekitar seseorang cenderung mendukung perilaku merokok, maka akan sulit bagi mereka untuk mengubahnya.


0 komentar:

Posting Komentar