7.10.23

DISONANSI KOGNITIF PADA SEORANG PEROKOK



 ESSAY 3 PSIKOLOGI INOVASI

WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF

Dosen Pengampu : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA

Oleh : 

Alwiyah Dwi Pratiwi (21310410034)

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


    Disonansi kognitif merupakan sebuah situasi yang mengacu pada konflik mental dimana hal ini terjadi ketika sikap dan perilaku seseorang tidak selaras dengan keyakinan dan apa yang dipikirkan. Salah satu contohnya adalah seorang perokok yang tetap merokok meskipun ia tahu bahwa itu tidak baik bagi kesehatan. Seorang perokok yang mengetahui bahwa merokok tidak baik bagi kesehatan namun tetap melakukannya dapat dikatakan bahwa ia mengalami disonansi kognitif.  

    Akibat dari ketidakselarasan tersebut seorang perokok biasanya mengubah perilakunya seperti berhenti merokok agar selaras dengan apa yang ia ketahui bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan atau ia juga bisa mengubah pemikirannya ke arah yang berlawanan bahwa rokok tidak berbahaya dan mencari berbagai alasan bahwa rokok tidak hanya memiliki dampak yang berbahaya saja namun juga memiliki pengaruh yang positif untuk membenarkan tindakan yang ia lakukan. Berdasarkan hal tersebut, saya melakukan wawancara kepada seorang perokok yang telah merokok dalam waktu yang cukup lama dan ia juga mengalami disonansi kognitif dalam kehidupan sehari-harinya.

    Subjek (RH(Laki-laki)) saat ini adalah seorang mahasiswa yang berusia 20 tahun. Sejak kecil ia tidak pernah tinggal serumah dengan kedua orang tuanya dan tinggal bersama dengan kakek neneknya. Kemudian setelah lulus dari Sekolah Dasar ia diminta untuk ikut bersama dengan orang tuanya yang selama ini tinggal di Jakarta. Setelah ia tinggal di Jakarta dan masuk di Sekolah Menengah Pertama ia berkata bahwa ia kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya yang ada. Hingga pada akhirnya ada seorang teman yang mengajaknya untuk merokok. Ia mengatakan bahwa pada awalnya ia hanya iseng dan hanya coba-coba untuk merokok, namun setelah itu lama kelamaan ia menjadi kecanduan. Disinilah awal mula ia menjadi seorang perokok yang aktif hingga saat ini. Ketika ditanya apakah ia tahu bahwa rokok itu berbahaya, dengan santai ia menjawab bahwa dulu ia tidak tahu sama sekali dengan bahaya merokok namun seiring berjalannya waktu ia tahu bahwa memang benar rokok itu berbahaya bagi kesehatan. Kemudian saat ditanya lagi mengapa ia tetap merokok meskipun tahu bahwa itu tidak baik bagi kesehatan dan apakah ia tidak memiliki keinginan untuk berhenti merokok, ia menjawab bahwa sebenarnya ia tidak hanya sekedar merokok saja. Ia berkata bahwa alasannya terus merokok meskipun tahu itu berbahaya adalah karena dengan merokok ia dapat melupakan sejenak berbagai permasalahan yang dimiliki, mengurangi stress yang dirasakan, dan membuat berbagai pikiran buruknya menjadi teralihkan. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa ia sebenarnya juga ingin berhenti merokok tetapi ia tidak bisa karena menurutnya tidak ada hal lain yang dapat meredakan stress dan masalah yang dimiliki dan merokok adalah salah satu cara yang paling ampuh untuk mengusir masalahnya.

    Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa RH merupakan seorang perokok aktif yang mengalami disonansi kognitif yang terlihat dari jawaban yang ia berikan bahwa ia tetap merokok meskipun tahu jika itu berdampak negatif bagi kesehatan dan mengatakan berbagai alasan untuk membenarkan tindakan yang ia lakukan tersebut.

 

Referensi : 

Suatan, A. T., & Irwansyah, I. (2021). Studi Review Sistematis: Aplikasi Teori Disonansi Kognitif dan Upaya Reduksinya pada Perokok Remaja. Jurnal Lensa Mutiara Komunikasi5(1), 72-82.

0 komentar:

Posting Komentar