WAWANCARA TENTANG DISONANSI
KOGNITIF
Dosen Pengampu
: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA
Oleh :
Alwiyah
Dwi Pratiwi (21310410034)
Fakultas
Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Disonansi kognitif merupakan sebuah situasi yang mengacu pada konflik mental dimana hal ini terjadi ketika sikap dan perilaku seseorang tidak selaras dengan keyakinan dan apa yang dipikirkan. Salah satu contohnya adalah seorang perokok yang tetap merokok meskipun ia tahu bahwa itu tidak baik bagi kesehatan. Seorang perokok yang mengetahui bahwa merokok tidak baik bagi kesehatan namun tetap melakukannya dapat dikatakan bahwa ia mengalami disonansi kognitif.
Akibat dari ketidakselarasan tersebut seorang perokok biasanya mengubah perilakunya seperti berhenti merokok agar selaras dengan apa yang ia ketahui bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan atau ia juga bisa mengubah pemikirannya ke arah yang berlawanan bahwa rokok tidak berbahaya dan mencari berbagai alasan bahwa rokok tidak hanya memiliki dampak yang berbahaya saja namun juga memiliki pengaruh yang positif untuk membenarkan tindakan yang ia lakukan. Berdasarkan hal tersebut, saya melakukan wawancara kepada seorang perokok yang telah merokok dalam waktu yang cukup lama dan ia juga mengalami disonansi kognitif dalam kehidupan sehari-harinya.
Subjek (RH(Laki-laki))
saat ini adalah seorang mahasiswa yang berusia 20 tahun. Sejak kecil ia tidak
pernah tinggal serumah dengan kedua orang tuanya dan tinggal bersama dengan
kakek neneknya. Kemudian setelah lulus dari Sekolah Dasar ia diminta untuk ikut
bersama dengan orang tuanya yang selama ini tinggal di Jakarta. Setelah ia tinggal
di Jakarta dan masuk di Sekolah Menengah Pertama ia berkata bahwa ia kesulitan
untuk menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya yang ada. Hingga pada akhirnya
ada seorang teman yang mengajaknya untuk merokok. Ia mengatakan bahwa pada
awalnya ia hanya iseng dan hanya coba-coba untuk merokok, namun setelah itu
lama kelamaan ia menjadi kecanduan. Disinilah awal mula ia menjadi seorang
perokok yang aktif hingga saat ini. Ketika ditanya apakah ia tahu bahwa rokok
itu berbahaya, dengan santai ia menjawab bahwa dulu ia tidak tahu sama sekali
dengan bahaya merokok namun seiring berjalannya waktu ia tahu bahwa memang
benar rokok itu berbahaya bagi kesehatan. Kemudian saat ditanya lagi mengapa ia
tetap merokok meskipun tahu bahwa itu tidak baik bagi kesehatan dan apakah ia
tidak memiliki keinginan untuk berhenti merokok, ia menjawab bahwa sebenarnya
ia tidak hanya sekedar merokok saja. Ia berkata bahwa alasannya terus merokok
meskipun tahu itu berbahaya adalah karena dengan merokok ia dapat melupakan
sejenak berbagai permasalahan yang dimiliki, mengurangi stress yang dirasakan,
dan membuat berbagai pikiran buruknya menjadi teralihkan. Selain itu, ia juga
mengatakan bahwa ia sebenarnya juga ingin berhenti merokok tetapi ia tidak bisa
karena menurutnya tidak ada hal lain yang dapat meredakan stress dan masalah
yang dimiliki dan merokok adalah salah satu cara yang paling ampuh untuk
mengusir masalahnya.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa RH merupakan seorang perokok aktif yang
mengalami disonansi kognitif yang terlihat dari jawaban yang ia berikan bahwa
ia tetap merokok meskipun tahu jika itu berdampak negatif bagi kesehatan dan
mengatakan berbagai alasan untuk membenarkan tindakan yang ia lakukan tersebut.
Referensi :
0 komentar:
Posting Komentar