WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF
PADA PEROKOK
Mata Kuliah: Psikologi Inovasi
Tugas: Wawancara
Tentang Disonansi Kognitif (Essay 3)
Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundhati Shinta, MA
Di susun oleh: Ari Kurniawan, S.Pd, AIFO-P
(21310410044)
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Identitas
Interviewee
Inisial :
ME
Jenis
kelamin : Laki- laki
Usia : 20 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Pelaksanaan Wawancara
Hari / tanggal :
Minggu, 24 September 2023
Pukul :
10.00-11.00 wib
Tempat : Rumah kediaman interviewee
Saat ini merokok merupakan hal yang umum dilakukan di
kalangan masyarakat, mulai dari lapisan masyarakat kelas bawah hingga lapisan
masyarakat kelas atas. Merokok seolah menjadi salah satu cara menembus batasan
sosial yang ada antara si miskin dan si kaya. ME merupakan salah satu mahasiswa
PTN terkemuka di kota Yogyakarta. ME mulai mengenal rokok sejak masih kecil
tepatnya semenjak duduk di SD kelas 2. ME menceritakan awalnya dia hanya
mencoba-coba rokok karena sering melihat ayahnya merokok. ME dengan
sembunyi-sembunyi mencuri rokok milik ayahnya dan mencobanya, menurut pengakuan
ME kesan pertama yang dia rasakan saat merokok tidak enak karena rasanya agak
pahit di mulut. Karena merasa tidak menemukan rasa enak dari merokok ME
berhenti melakukan percobaan untuk merokok. Namun, setelah beranjak SMP dan
bertemu dengan teman-teman barunya ME mulai belajar merokok kembali. ME
tertarik merokok karena teman sebayanya di sekolah merokok setiap jam istirahat
tiba. Dari situ, yang awalnya ME tidak dapat menikmati arti sebuah merokok maka
mulai perlahan-lahan ME mulai bisa menikmati setiap hisapan dari sebatang rokok
hingga saat ini.
Seiring berjalannya waktu ME semakin tidak dapat
dipisahkan dengan rokok, sampai-sampai ME rela untuk tidak jajan hanya demi
dapat membeli rokok. ME sebenarnya juga
mengetahui bahaya dari merokok seperti dapat merusak paru-paru, hipertensi dan
impotensi. Meskipun ME mengetahui bahaya dari merokok namun ME tetap melakukan
tindakan merokok, ME beralasan bahwa dengan merokok dia bisa menjadi lebih
akrab dengan teman-temannya. ME mencontohkan kadang dia bersama rekan-rekannya
dengan satu batang rokok bisa digunakan untuk beberapa orang dan itu membuat mereka jadi lebih dekat. Selain itu, ME
berpendapat dengan merokok dia bisa merasa lebih tenang. Setiap ME sedang
memiliki pikiran penat dia akan menenangkan diri dengan cara merokok. Bagi ME
merokok tidak hanya mengandung sisi negatif saja tapi juga memiliki sisi postif
seperti merekatkan tali persahabatan, memberikan ketenangan dan juga dapat sebagai wahana untuk mencari inspirasi. ME mengatakan sudah banyak orang
yang mencoba mengingatkan dan menasehatinya akan bahaya merokok, apalagi ME
juga memiliki cita-cita untuk menjadi prajurit TNI setelah lulus kuliah. ME
sadar seharusnya dia menghindari perilaku merokok agar kesehatannya terjaga
sehingga saat tes seleksi masuk TNI berhasil lolos tes kesehatan dengan nilai
yang baik.
ME semakin lama tingkat kecanduan merokoknya semakin
meningkat, yang awalnya satu hari hanya menghabiskan tiga batang rokok saat ini
ME sudah sanggup menghabiskan dua bungkus rokok setiap harinya. Agar lebih
berhemat kadang ME juga membeli tembakau di pasar untuk membuat rokok
racikannya sendiri. ME tau yang dilakukannya adalah tindakan yang salah tapi ME
merasa berat untuk meninggalkan rokok karena rokok baginya sudah seperti teman
setianya. ME sudah tidak peduli lagi dengan resiko yang harus dia hadapi karena
perilaku merokoknya. ME bahkan mencontohkan banyak orang yang sudah tua dan tetap
merokok tapi keadaannya baik-baik saja. Menurut ME soal mati itu sudah takdir
masing-masing dan tidak ada hubungannya dengan merokok, ME berpendapat banyak juga
orang yang mati muda karena tidak merokok dan sebaliknya banyak juga orang tua
yang panjang umur dengan tetap merokok. Pada akhir pembicaraan ME bilang tidak
tahu sampai kapan ME akan merokok, mungkin selama ada orang menjual rokok ME
akan terus merokok meskipun dia tau banyak penyakit yang akan terus mengintainya.
0 komentar:
Posting Komentar