6.1.23

Manfaat Plogging untuk Kesehatan dan Lingkungan

 Essay untuk Ujian Akhir Psikologi Lingkungan 

dosen pengampu Arundati Shinta

Nisa Nur Lathifah

21310410068

Kelas Sabtu Pagi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta 

vas bunga dari botol plastik bekas

Ketika membicarakan soal gaya hidup yang seimbang dan sehat, orang-orang Swedia dan cara hidup mereka patut dijadikan contoh. Salah satu trend asal Swedia yang muncul di tahun 2016 dan mulai populer bernama plogging, dan untuk alasan yang bagus.

Istilah “plogging” berasal dari frase Bahasa Inggris “jogging” dan “plocka upp”, istilah Swedia yang berarti “picking up” atau memungut, dalam hal ini memungut sampah. Yep, plogging adalah tren fitness Swedia yang mengkombinasikan kegiatan jogging sembari memungut sampah.

Kegiatan plogging ini tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, akan tetapi juga bagi kesehatan tubuh. Pada dasarnya, gerakan “stop-squat-and-pick-up trash” yang dilakukan saat plogging membuat Anda berada dalam posisi burpee, yaitu gerakkan dari posisi berdiri lalu membungkuk kemudian berdiri lagi. Dan terbukti bahwa gerakan burpee ini merupakan salah satu gerakan kebugaran yang paling berat sekaligus paling bermanfaat secara fisik.

Oleh karena itu, untuk essay ke 3 saya mengambil kegiatan plogging. Selain mudah dilakukan, namun memiliki manfaat yang baik untuk Kesehatan tubuh dan membuat lingkungan menjadi lebih bersih dan terawat.  Berikut beberapa manfaat Plogging :

1.      Kesehatan dan Olahraga

Menurut Institut Karolinska, resiko penyakit depresi, obesitas dan kanker bagi orang-orang yang banyak duduk dan tergolong tidak aktif secara fisik meningkat sebanyak dua kali lipat, baik untuk orang dewasa maupun anak-anak. Tidak diragukan lagi bahwa menggerakkan tubuh kita akan memberi manfaat untuk kesehatan, dan plogging merupakan aktivitas sederhana yang mencakup variasi gerakan seperti berjongkok atau membungkuk.

2.      Menangani Polusi Plastik

Sampah-sampah yang dibuang sembarangan dan tidak dipungut oleh orang pasti akan berakhir di tempat  yang tidak semestinya, seperti di sungai dan pada akhirnya laut. Plogging bisa membantu mencegah sampah-sampah tersebut agar tidak berakhir di laut dan mencemari ekosistem di dalamnya.

3.      Menyelamatkan satwa liar

Ketika banyak sampah dan lingkungan kotor, yang paling dirugikan adalah satwa dan hewan liar yang terjerat sampah atau bahkan terkadang ada hewan yang memakan sampah tersebut.

            Agar kegiatan plogging ini terus berjalan meskipun sudah tidak mengambil mata kuliah psikologi lingkungan adalah dengan membangun kesadaran diri, bahwa hidup sehat dan peduli akan lingkungan itu sangat diperlukan. Memang awalnya harus dipaksa agar menjadi kebiasaan yang berulang dan menjadi Habbits positif yang akan selalu dilakukan ke depannya.

            Hubungan Plogging dengan Hierarki Prioritas Pengelolaan Limbah memiliki hubungan yang erat. Hierarki sampah menujuk pada 3R, yaitu Reuse, Reduce, dan Recycle yang mengklasifikasikan strategi manajemen sampah menurut apa yang sesuai.

Langkah pertama yang paling disarankan adalah mencegah timbulnya limbah pada sumbernya (waste avoidance/waste prevention) sehingga tidak dihasilkan limbah (zero waste). Upaya pencegahan ini dapat dilakukan melalui penerapan prinsip produksi bersih (clean production) yaitu melalui penerapan teknologi bersih, pengolahan bahan, substitusi bahan, pengaturan operasi kegiatan, memodifikasi proses produksi, mempromosikan penggunaan  bahan-bahan yang tidak berbahaya dan beracun atau lebih sedikit kadar bahaya dan racunnya, menerapkan teknik konservasi, dan menggunakan kembali bahan daripada mengolahnya sebagai limbah sehingga dapat  mencegah terbentuknya limbah dan pencemar.

Langkah yang kedua, apabila pencegahan tidak dapat dilakukan, adalah dengan berupaya melakukan minimisasi atau pengurangan limbah (waste minimization/reduction). Upaya minimisasi limbah ini juga dapat dilakukan denga cara menerapkan produksi bersih. Penggunaan teknologi yang terbaik yang tersedia (best available technology/BAT) dapat membantu mengurangi konsumsi energi dan sumber daya alam secara signifikan yang pada akhirnya dapat mengurangi timbulnya limbah.

Langkah yang ketiga adalah pemanfaatan dengan cara penggunaan kembali (reuse). Reuse adalah penggunaan kembali limbah dengan tujuan yang sama tanpa melalui proses tambahan secara kimia, fisika, biologi, dan/atau secara termal. Contoh sederhana dari konsep reuse ini adalah menggunakan sisi kertas yang masih kosong dari kertas bekas untuk menulis atau untuk membuat amplop.

Langkah keempat adalah pemanfaatan dengan cara recycle, yaitu mendaur ulang komponen-komponen yang bermanfaat melalui proses tambahan secara kimia, fisika, biologi, dan/atau secara termal yang menghasilkan produk yang sama ataupun produk yang berbeda. Contoh sederhana dari konsep recycle ini adalah mengolah kertas bekas yang sudah tidak dipakai lagi untuk dijadikan kertas hasil daur ulang (recycled paper) dengan suatu proses tertentu.

Langkah yang kelima adalah pemanfaatan limbah dengan cara recovery, yaitu perolehan kembali komponen-komponen yang bermanfaat dengan proses kimia, fisika, biologi, dan/atau secara termal. Contoh dari konsep recovery ini adalah penggunaan limbah sekam padi (rice husk) sebagai substitusi bahan bakar.

Langkah yang keenam adalah pengolahan (processing) limbah dengan metode yang memenuhi persyaratan lingkungan dan keselamatan manusia. Contoh pengolahan yang umum adalah pembakaran limbah (insinerasi) dan penimbunan (landfilling). 

Berdasarkan prinsip hirarki pengelolaan limbah, penerapan suatu metode pengelolaan yang lebih less priority harus memperhatikan metode lainnya yang more priority. Artinya penerapan metode perolehan kembali komponen-komponen yang bermanfaat dalam limbah (recovery) misalnya, harus mencegah atau mengurangi terbentuknya zat pencemar dan limbah baru serta mengurangi resiko terhadap kesehatan manusia dan keselamatan lingkungan. Sebagai ukurannya, secara statistik, emisi udara dari penggunaan limbah sebagai substitusi bahan bakar atau bahan baku misalnya, tidak boleh lebih tinggi dari proses produksi dengan menggunakan bahan bakar dan bahan baku tradisional.  

Alasan saya tidak memilih untuk membuat kompos adalah karena dalam proses pembuatannya membutuhkan kesabaran, ketelatenan, serta memerlukan waktu yang lama. Sebagai seorang mahasiswa yang sambil bekerja, rasanya sulit untuk membagi waktunya untuk membuat kompos tersebut karena memang membutuhkan ketelatenan untuk mengaduk kompos tersebut sesekali. Namun saya mulai tertarik untuk mencoba membuat kompos dilain waktu.

 

Daftar Pustaka :

https://waste4change.com/blog/plogging/

https://dlh.semarangkota.go.id/mengenal-plogging-aktivitas-menyehatkan-dan-juga-ramah-lingkungan/

http://et-konsultanlingkungan.blogspot.com/2012/01/prinsip-hirarki-pengelolaan-limbah.html

 

0 komentar:

Posting Komentar