6.1.23

EKL 2

 EKL 2 

Nama : DWITA ASTRIA BAGRE 

Nim : 21310410014

Dosen Pengampu : Dr.Arundati Shinta, MA

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta




(TPA Sikama, Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat). 

Sampah merupakan masalah lingkungan global yang serius dan harus ditangani sesegera mungkin. Diyakini bahwa pertumbuhan jumlah penduduk dan perubahan perilaku konsumsi menyebabkan pertambahan volume dan jenis sampah dari tahun ke tahun. Diperkirakan rata-rata orang di Indonesia menghasilkan ± 0,5 kg sampah per hari (Kontan.co.id, 2012).

Sampah yang menumpuk dan tidak dikelola dengan benar akan menimbulkan banyak permasalahan seperti masalah kesehatan, lingkungan hidup dan masalah sosial. Sehingga akan berujung pada kesakitan, maupun kematian tanpa kita sadari, sebab terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang selalu bertemu dengan sampah. 

Adapun  Lingkungan Pembuangan Sampah yang terakhir dalam foto ini berada di Sikama, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat, yang cukup jauh dari pemukiman masyarakat yang ada,  Tumpukan sampah akan mengundang banyak mikroorganisme dan berbagai macam bibit penyakit yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Penyakit kolera, tifus, diare sampai demam berdarah cepat tersebar di pemukiman-pemukiman yang berdekatan dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Hal tersebut dikarenakan tempat menghindari sampah merupakan habitat yang sangat ideal bagi pertumbuhan vektor penyakit seperti tikus dan lalat. Kedua jenis hewan ini merupakan agen penyebar berbagai jenis penyakit dengan laju perkembabiakan yang sangat cepat. Ketika baru sampai di TPA langsung lalat mulai kerumuni Motor, dimana ada kue yang di bawa, sehingga kue tersebut akhirnya di buang, lalat yang berada di sampah sangat cepat sekali mencium bau yang sedap. 

Untuk Kesadaran masyarakat

Bagaimana cara mengurangi sampah dengan berwawasan lingkungan? Pertanyaan ini sering ditanyakan orang. Kalau kita mau mencari di mesih pencari Google tentu akan terdapat banyak pilihan jawaban. Akan tetapi masalah terbesar sebenarnya bukan pada pilihan jawaban yang tersedia, melainkan dari niat dan kemauan seseorang untuk mau melaksanakannya. Ya, masalah terbesar pada sampah sampah adalah rendahnya kesadaran masyarakat ( public awareness) terhadap pengelolaan sampah. Masyarakat menganggap penanganan masalah sampah adalah bagian dari pemerintah saja. Hal ini dapat dilihat dari kesadaran masyarakat membuang sampah pada tempat-tempat yang sudah ditentukan pemerintah. Saat ini, masyarakat cenderung membuang sampahnya di pinggir-pinggir jalan, selokan, sungai dan tempat umum lainnya. Mereka tidak mau untuk membuat satu karya atau kerajinan tangan dari barang bekas yang di olah, namun semua di anggap sebagai sampah. Jika saja masyarakat mau bekerja sama dalam mengelola sampah secara sederhana, maka pemborosan sampah akan sangat berkurang. Cara yang paling sederhana dalam penanganan sampah adalah dengan mengolah sampah organik dan non organik. Salah satu manfaat pemilahan sampah adalah mempercepat proses dekomposisi sampah organik. Selain itu proses pemilahan lebih memudahkan penanganan sampah selanjutnya, dimana sampah-sampah non organik dapat dipilah-pilah lagi untuk dimanfaatkan ulang.

Dampak Sampah Terjadi Dari Kita Sendiri untuk Kita Sendiri sehingga kita harus mempunyai kesadaran diri sendiri pada lingkungan kita, tempat tinggal kita agar terbebas dari sampah. Adapun Club' atau kelompok kecil dari setiap Komunitas ataupun Ikatan mahasiswa, ikatan pencinta alam dimana mereka melakukan acara plogging di daerah-daerah yang tergolong banyak sampah, sehingga meminati masyarakat untuk bisa mengikuti kegiatan bersih-bersih lingkungan. 

Data dari situs Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan jumlah timbulan sampah pada 2021 di Indonesia Barat (Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Bali) sebesar 23.8 juta ton per tahun sedangkan di Indonesia Timur (NTB, NTT, Sulawesi, Maluku, dan Papua) timbulan sampahnya sebesar 2.6 juta ton setiap tahun. 

0 komentar:

Posting Komentar