6.1.23

BEFORE-AFTER CHALLENGE-Strategi Meminimalisir Sampah

 Strategi Meminimalisir Sampah : Before-After Challenge

Essay untuk Ujian Akhir Psikologi Lingkungan

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta

Oleh :

Qoyyimah Sofiati / 21310410036

Sampah merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan hidup yang sangat berbahaya karena mencemari tanah, air, dan juga udara. Seiring berjalannya waktu pencemaran sampa semakin meningkat. Hal dikarenakan banyaknya makanan yang dikemas dengan menggunakan plastik dan juga kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan, termasuk membuang sampah tidak pada tempatnya misalnya membuang sampah ditrotar jalan yang menghilangkan ke estetikan lingkungan.

Penulis menyadari bahwa perilakunya untuk peduli terhadap sampah masih sangat kurang dikarenakan sampah adalah hal yang  menjijikkan rasa malas apalagi memilah sampah sesuai jenisnya, serta kurangnya pengetahuan dalam pengelolaan sampah ditambah lagi penulis sangat malas mencari tahu mengenai sampah padahal hidupnya selalu berdampingan dengan gadget.

Dengan permasalahan tersebut, penulis melakukan kegiatan before-after kegiatan pembersihan dipinggir-pinggir jalan Jogja atau ditrotoar jalan. Kegiatan before-after ini adalah kegiatan yang diusullkan oleh dosen pengampu mata kuliah Psikologi Lingkungan. Setelah selesai mengambil mata kuliah Psikologi Lingkungan, artinya penulis sudah tidak mendapatkan tugas atau kegiatan before-after tersebut. Namun penulis tetap akan menerapkan kegiatan memungut sampah dikehidupan sehari-hari. Dengan membawa trash bag yang digunakan untuk tempat memungut sampah lalu sampahnya dibuang ke pembuangan sampah terdekat. Kegiatan ini dilakukan bertujuan meningkatkan kesadaran penulis terhadap pentingnya menjaga lingkungan, selain itu penulis juga berharap bisa menjadi rule model bagi yang melihatnya memungut sampah yang bertumpuk dipinggir jalan, serta  meminimalisir sampah-sampah yang mengganggu keindahan jalanan di Kota Jogja.

Setelah satu semester belajar Psikologi Lingkungan penulis mendapat banyak insight mengenai sampah, penulis merasa ada rasa yang mempengaruhi perilakunya terhadap sampah, dan juga kini penulis menyadari bahwa bumi sangat krisis diakibatkan oleh tumpukan sampah. Menurut Chowdhury (2014), untuk mengendalikan timbulan sampah, maka masyarakat harus diajak untuk memahami dan melakukan hierarki limbah. Adapun tahapan yang dimulai dari yang paling disarankan hingga yang bisa dilakukan meski kurang disarankan, yaitu:

1.  Preventation (pencegahan) yang berarti mencegah terjadinya timbulan sampah. Perilaku ini diharapkan mampu mencegah terjadinya timbulan sampah agar tidak penuh di TPA. Bentuk aplikasi dari perilaku ini salah satunya adalah menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan agar limbah yang ada dapat terurai lebih cepat di alam.

2.  Minimization/reduce yang berarti meminimalkan atau mengurangi terjadinya timbulan sampah.

3.  Reuse adalah menggunakan kembali barang untuk keperluan yang sama ataupun untuk fungsi yang lain.

4.  Recycling adalah mendaur ulang limbah. Salah satu bentuk recycling ini adalah mendaur ulang sampah dapur seperti mengolahnya menjadi eco enzyme.

5.  Energy recovery adalah memanfaatkan limbah untuk keperluan energi

6.  Disposal adalah membuang atau memusnahkan limbah

Dari keenam hierarki limbah, dapat dihubungkan dengan perilaku penulis terhadap kegiatannya dalam pengelolaan sampah. Kegiatan before-after adalah kegiatan yang sudah umum dilakukan oleh generasi muda karena memiliki unsur tantangan. Di kegiatan ini, penulis harus berfoto dilokasi yang kotor dengan kondisi sampah yang berserakan (before). Setelah dibersihkan, penulis kembali berfoto beserta sampah yang sudah dimasukkan ke dalam trash bag (after). Kegiatan ini sesuai dengan prioritas kedua hierarki pengelolaan limbah yaitu reduce (mengurangi) sebagaimana perilaku penulis dalam mengurangi sampah yang menumpuk di pinggir jalan.

Penulis merupakan mahasiswa Psikologi Univ. Proklamasi 45 Yogyakarta dan tinggal di asrama Perhipla Sulsel dan sekaligus menjadi ketua di asrama. Pertanggal 1 Januari 2023 kemarin, pemerintah Yogyakarta mengeluarkan peraturan baru mengenai pemilahan sampah rumah tangga. Informasi ini disampaikan langsung oleh Ketua RT Joyonegaran bahwa di mulai tahun ini, TPS hanya akan menerima pembuangan sampah yang sudah dipilah sebelumnya. Sehingga diharapkan sampah rumah tangga sudah dipilah menjadi empat bagian, yaitu a) sampah organic, b) sampah anorganik, c) sampah residu, dan d) sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun).

Dengan amanahnya selaku ketua asrama, penulis tentu bertanggung jawab mengenai banyak hal di asrama, salah satunya adalah masalah sampah. Dengan berbekal ilmu dari Psikologi Lingkungan, penulis menerapkan perilaku peduli terhadap masalah sampah. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan sosialisasi pengetahuan mengenai sampah kepada warga asrama, lalu membuat jadwal khusus membuang sampah di luar asrama agar tidak menumpuk dan mengganggu warga sekitar, membagi tugas piket dan membuat laporan ketika mereka selesai melakukan bersih-bersih, selain itu penulis selalu memberikan contoh konkrit di asrama meski tidak dapat dielak bahwa warga asrama yang lain masih tetap acuh. Namun, agar kegiatan atau perilaku konkrit ini tetap berkelanjutan, penulis tentu memiliki hal-hal yang perlu dilakukan seperti:

a.       Menjadikan perilaku peduli terhadap sampah ini sebagai kebiasan sehari-hari

b.      Tidak malu atau gengsi melakukan kegiatan yang berhubungan dengan sampah

c.    Menjadi rule model bagi teman-teman asrama dengan memperlihatkan melalui tindakan konkrit

Penulis menyadari memiliki peranan besar untuk pro terhadap lingkungan karena telah belajar Psikologi Lingkungan. Dari perilaku penulis melaksanakan kegiatan before-after diharapkan tidak menjadi perilaku hanya untuk menyelesaikan tugas kuliah saja, namun dijadikan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari karena kita akan selalu berdampingan dengan sampah dan itu adalah masalah bersama sehingga dibutuhkan perhatian yang lebih. Selain before-after, ada beberapa strategi lain untuk mendorong penulis sebagai mahasiswa untuk peduli terhadap sampahnya seperti plogging, menabung dibank sampah, dan membuat kompos.

 DAFTAR PUSTAKA

Harahap, D. H., Elisa, Nugroho, R. W., & Widyaningsih, S. S. (2019). Kreativitas pada Kegiatan Pemanfaatan Kembali Sampah (Reuse). Seminar Nasional Hasil Penelitian Dan Pengabdian Pada Masyarakat IV, 2010, 477–483.

Patimah, A. S., Shinta, A., & Winahyu, G. S. (2021). Strategi Promosi Pengelolaan Sampah di Kalangan Mahasiswa. Prosiding SATU BUMI, 003, 474–482. 

ALASAN TIDAK MEMILIH KEGIATAN KOMPOS.

Membuat kompos adalah salah satu cara yang bagus untuk mengurangi limbah sampah rumah tangga. Meski begitu, penulis merasa malas untuk membuat kompos dikarenakan pembuatannya cenderung lama atau membutuhkan waktu yang berhari-hari sedangkan penulis adalah orang yang senang main di luar asrama, jarang berada diasrama, dan merasa tidak punya waktu untuk mengolah sampah tersebut apalagi pembuatan kompos perlu diaduk-aduk, dll. Bau yang tidak sedap dan terkesan menjijikkan pun menjadi alasan penulis tidak memilih kegiatan mengolah sampah menjadi kompos. Selain itu, ketakutan penulis apabila kompos yang dibuat tidak berhasil atau gagal.

0 komentar:

Posting Komentar