Strategi Meminimalisir Sampah : Before-After Challenge
Essay untuk Ujian Akhir Psikologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta
Oleh :
Qoyyimah Sofiati / 21310410036
Sampah merupakan salah
satu sumber pencemaran lingkungan hidup yang sangat berbahaya karena mencemari
tanah, air, dan juga udara. Seiring berjalannya waktu pencemaran sampa semakin
meningkat. Hal dikarenakan banyaknya makanan yang dikemas dengan menggunakan plastik
dan juga kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan,
termasuk membuang sampah tidak pada tempatnya misalnya membuang sampah ditrotar
jalan yang menghilangkan ke estetikan lingkungan.
Penulis menyadari bahwa
perilakunya untuk peduli terhadap sampah masih sangat kurang dikarenakan sampah
adalah hal yang menjijikkan rasa malas apalagi
memilah sampah sesuai jenisnya, serta kurangnya pengetahuan dalam pengelolaan
sampah ditambah lagi penulis sangat malas mencari tahu mengenai sampah padahal hidupnya
selalu berdampingan dengan gadget.
Dengan permasalahan
tersebut, penulis melakukan kegiatan before-after kegiatan pembersihan
dipinggir-pinggir jalan Jogja atau ditrotoar jalan. Kegiatan before-after
ini adalah kegiatan yang diusullkan oleh dosen pengampu mata kuliah Psikologi
Lingkungan. Setelah selesai mengambil mata kuliah Psikologi Lingkungan, artinya
penulis sudah tidak mendapatkan tugas atau kegiatan before-after
tersebut. Namun penulis tetap akan menerapkan kegiatan memungut sampah
dikehidupan sehari-hari. Dengan membawa trash bag yang digunakan untuk tempat
memungut sampah lalu sampahnya dibuang ke pembuangan sampah terdekat. Kegiatan ini
dilakukan bertujuan meningkatkan kesadaran penulis terhadap pentingnya menjaga lingkungan,
selain itu penulis juga berharap bisa menjadi rule model bagi yang
melihatnya memungut sampah yang bertumpuk dipinggir jalan, serta meminimalisir sampah-sampah yang mengganggu keindahan
jalanan di Kota Jogja.
Setelah satu semester belajar
Psikologi Lingkungan penulis mendapat banyak insight mengenai sampah,
penulis merasa ada rasa yang mempengaruhi perilakunya terhadap sampah, dan juga
kini penulis menyadari bahwa bumi sangat krisis diakibatkan oleh tumpukan
sampah. Menurut Chowdhury (2014), untuk mengendalikan timbulan sampah, maka masyarakat
harus diajak untuk memahami dan melakukan hierarki limbah. Adapun tahapan yang
dimulai dari yang paling disarankan hingga yang bisa dilakukan meski kurang
disarankan, yaitu:
1. Preventation
(pencegahan) yang berarti mencegah terjadinya timbulan sampah. Perilaku ini diharapkan
mampu mencegah terjadinya timbulan sampah agar tidak penuh di TPA. Bentuk aplikasi
dari perilaku ini salah satunya adalah menggunakan bahan-bahan yang ramah
lingkungan agar limbah yang ada dapat terurai lebih cepat di alam.
2. Minimization/reduce
yang berarti meminimalkan atau mengurangi terjadinya timbulan sampah.
3. Reuse
adalah menggunakan kembali barang untuk keperluan yang sama ataupun untuk
fungsi yang lain.
4. Recycling
adalah mendaur ulang limbah. Salah satu bentuk recycling ini adalah
mendaur ulang sampah dapur seperti mengolahnya menjadi eco enzyme.
5. Energy
recovery adalah memanfaatkan limbah untuk keperluan energi
6. Disposal
adalah membuang atau memusnahkan limbah
Dari keenam hierarki limbah,
dapat dihubungkan dengan perilaku penulis terhadap kegiatannya dalam
pengelolaan sampah. Kegiatan before-after adalah kegiatan yang sudah
umum dilakukan oleh generasi muda karena memiliki unsur tantangan. Di kegiatan
ini, penulis harus berfoto dilokasi yang kotor dengan kondisi sampah yang
berserakan (before). Setelah dibersihkan, penulis kembali berfoto
beserta sampah yang sudah dimasukkan ke dalam trash bag (after). Kegiatan
ini sesuai dengan prioritas kedua hierarki pengelolaan limbah yaitu reduce
(mengurangi) sebagaimana perilaku penulis dalam mengurangi sampah yang menumpuk
di pinggir jalan.
Penulis merupakan
mahasiswa Psikologi Univ. Proklamasi 45 Yogyakarta dan tinggal di asrama
Perhipla Sulsel dan sekaligus menjadi ketua di asrama. Pertanggal 1 Januari
2023 kemarin, pemerintah Yogyakarta mengeluarkan peraturan baru mengenai
pemilahan sampah rumah tangga. Informasi ini disampaikan langsung oleh Ketua RT
Joyonegaran bahwa di mulai tahun ini, TPS hanya akan menerima pembuangan sampah
yang sudah dipilah sebelumnya. Sehingga diharapkan sampah rumah tangga sudah
dipilah menjadi empat bagian, yaitu a) sampah organic, b) sampah anorganik, c)
sampah residu, dan d) sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun).
Dengan amanahnya selaku
ketua asrama, penulis tentu bertanggung jawab mengenai banyak hal di asrama,
salah satunya adalah masalah sampah. Dengan berbekal ilmu dari Psikologi
Lingkungan, penulis menerapkan perilaku peduli terhadap masalah sampah. Hal
pertama yang dilakukan adalah melakukan sosialisasi pengetahuan mengenai sampah
kepada warga asrama, lalu membuat jadwal khusus membuang sampah di luar asrama
agar tidak menumpuk dan mengganggu warga sekitar, membagi tugas piket dan
membuat laporan ketika mereka selesai melakukan bersih-bersih, selain itu
penulis selalu memberikan contoh konkrit di asrama meski tidak dapat dielak
bahwa warga asrama yang lain masih tetap acuh. Namun, agar kegiatan atau
perilaku konkrit ini tetap berkelanjutan, penulis tentu memiliki hal-hal yang
perlu dilakukan seperti:
a. Menjadikan
perilaku peduli terhadap sampah ini sebagai kebiasan sehari-hari
b. Tidak
malu atau gengsi melakukan kegiatan yang berhubungan dengan sampah
c. Menjadi
rule model bagi teman-teman asrama dengan memperlihatkan melalui tindakan konkrit
Penulis
menyadari memiliki peranan besar untuk pro terhadap lingkungan karena telah
belajar Psikologi Lingkungan. Dari perilaku penulis melaksanakan kegiatan before-after
diharapkan tidak menjadi perilaku hanya untuk menyelesaikan tugas kuliah saja,
namun dijadikan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari karena kita akan selalu
berdampingan dengan sampah dan itu adalah masalah bersama sehingga dibutuhkan
perhatian yang lebih. Selain before-after, ada beberapa strategi lain
untuk mendorong penulis sebagai mahasiswa untuk peduli terhadap sampahnya
seperti plogging, menabung dibank sampah, dan membuat kompos.
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, D. H., Elisa, Nugroho, R. W., & Widyaningsih, S. S. (2019). Kreativitas pada Kegiatan Pemanfaatan Kembali Sampah (Reuse). Seminar Nasional Hasil Penelitian Dan Pengabdian Pada Masyarakat IV, 2010, 477–483.
Patimah, A. S., Shinta, A., & Winahyu, G. S. (2021). Strategi Promosi Pengelolaan Sampah di Kalangan Mahasiswa. Prosiding SATU BUMI, 003, 474–482.
ALASAN
TIDAK MEMILIH KEGIATAN KOMPOS.
Membuat kompos adalah salah satu cara yang bagus untuk mengurangi limbah sampah rumah tangga. Meski begitu, penulis merasa malas untuk membuat kompos dikarenakan pembuatannya cenderung lama atau membutuhkan waktu yang berhari-hari sedangkan penulis adalah orang yang senang main di luar asrama, jarang berada diasrama, dan merasa tidak punya waktu untuk mengolah sampah tersebut apalagi pembuatan kompos perlu diaduk-aduk, dll. Bau yang tidak sedap dan terkesan menjijikkan pun menjadi alasan penulis tidak memilih kegiatan mengolah sampah menjadi kompos. Selain itu, ketakutan penulis apabila kompos yang dibuat tidak berhasil atau gagal.
0 komentar:
Posting Komentar