Andi Purnawan (19310410002)
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Topik |
Sampah makanan, pesta pernikahan,
penelitian kualitatif. |
Sumber |
Prasetyo, D.T. (2019). Ada apa
dengan pesta pernikahan dan food waste?: Sebuah studi pendahuluan. Jurnal Kesejahteraan Keluarga dan
Pendidikan. 06(02), 87-92. |
Permasalahan |
Studi terkait perilaku food waste di Indonesia belum ada yang melihat pesta pernikahan sebagai kegiatan manusia yang berpotensi dalam menghasilakan sampah makanan. Faktanya, organisasi nirlaba di Surabaya sering menemukan potensi sampah makanan yang besar di setiap kegiatan pesta pernikahan. |
Tujuan Penelitian |
Untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang
berperilaku food waste di pesta
pernikahan. |
Isi |
· Masalah food waste yang kini menjadi isu global, kini tengah dialami oleh
Indonesia. Munculnya sampah makanan yang tidak dikelola dengan baik
berhubungan pada aspek vital manusia seperti lingkungan, sosial, maupun
ekonomi. Perilaku manusia itu
sendiri sering menjadi
pemicu munculnya sisa
makanan dalam kehidupan
sehari-hari. · Food waste merupakan istilah yang mengacu pada makanan
yang sengaja atau tidak sengaja dibuang mulai dari tahap produksi hingga konsumsi.
Definisi tersebut juga menerangkan bahwa sampah makanan tidak dapat menjadi
nol. Hal ini dikarenakan sampah makanan dapat terjadi dari elemen yang dapat
dimakan maupun tidak dimakan (misalnya
kulit, tulang, duri dan sebagainya). · Salah satu kegiatan yang memiliki
potensi menghasilkan sampah makanan adalah pesta pernikahan. Pesta pernikahan
sebagai budaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia biasa dikenal dengan
istilah hajatan, kondangan, atau kawinan. Perayaan penting tersebut
seringkali menimbulkan potensi sampah makanan yang tidak sedikit. · Teori yang dapat menjelaskan
antesenden dari perilaku food waste
adalah theory of planned behaviour.
Teori ini memiliki prediksi sebuah perilaku yang dinilai dipengaruhi oleh 3
faktor terkuat yakni sikap, norma, dan kontrol terhadap perilaku. Ketiga
faktor tersebut dapat memprediksi munculnya sebuah perilaku melalui peran
intensi dari perilaku tersebut. Penggunaan theory of planned behaviour banyak ditemukan pada konteks isu-isu
lingkungan. Hal ini memberikan penguatan bahwa theory of planned behaviour dapat menjadi rujukan dalam
menganalisis sebuah fenomena atau masalah lingkungan yang berkaitan dengan
perilaku manusia. |
Metode |
· Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologis interpretatif. Tujuannya
untuk memahami lebih dalam atas pemaknaan subjektif partisiapan terhadap
pengalaman pribadinya. · Metode pengambilan data menggunakan
wawancara semi terstruktur dengan panduan konstruksi theory of planned behaviour. · Wawancara dilakukan selama bulan
Agustus-September 2018 pada empat pesta pernikahan di daerah Jakarta. Prosedur
pengambilan data dilakukan dengan bertatap muka langsung dengan pengunjung di
pesta pernikahan kerabat penulis. Penulis memilih partisipan dalam studi ini
dengan cara convenience sampling.
Sebelumnya menentukan partisipan, penulis juga melihat secara langsung kemungkinan
partisipan menghabiskan makanan mereka atau tidak. · Dari total 9 partisipan yang
bersedia diwawancarai, semuanya menghasilkan sampah makanan berupa makanan
yang masih bisa dimakan (misal daging, nasi, sayuran, sambal, kerupuk, buah,
kue). Partisipan juga mengisi inform consent sebelum proses wawancara
berlangsung. Dari data yang diolah, diketahui bahwa partisipan dalam studi ini berusia 23 hingga 25 tahun (Mean
= 23, 44 tahun, SD = 0,73 tahun). Mayoritas partisipan adalah perempuan (78%,
n=7) dan memiliki latar belakang pendidikan sebagai lulusan sarjana (78%,
n=7). Partisipan juga berasal dari 4 etnis yang berbeda di Indonesia. |
Hasil |
Beberapa faktor yang mempengaruhi individu berperilaku food waste di pesta pernikahan ialah faktor sikap terhadap perilaku food waste, norma subjektif dan kontrol perilaku yang dipersepsikan. Masing-masing faktor tersebut menghasilkan temuan-temuan yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Sikap terhadap food waste Partisipan memiliki sikap yang negatif terhadap perilaku food waste. Hal ini dapat diketahui dari jawaban partisipan yang cenderung mempersepsikan bahwa individu yang membuang makanan adalah individu yang berperilaku mubazir. Selain perilaku mubazir, sikap negatif yang muncul terhadap perilaku food waste ialah sifat rakus. Para partisipan menilai bahwa individu yang berperilaku food waste di pesta pernikahan adalah individu yang tidak mampu mengendalikan dirinya dalam mengonsumsi makanan yang tersedia. 2. Norma Subjektif Ketika ditanyakan terkait individu atau kelompok yang dapat menyetujui perilaku food waste, 4 dari 9 partisipan menyatakan adanya teman. Kemudian jawaban partisipan memunculkan dorongan dari orang tua, keluarga besar dan orang lain yang mereka tidak kenal. Selain individu atau kelompok yang menyetujui, partisipan juga ditanyakan individu atau kelompok yang tidak menyetujui perilaku food waste. Hasilnya ternyata hampir sama dengan pertanyaan terkait individu atau kelompok yang menyetujui perilaku food waste. 4 dari 9 partisipan menyebutkan teman, disusul selanjutnya keluarga (orang tua dan sanak saudara) dan orang lain. 3. Kontrol perilaku yang dipersepsikan Kondisi mengantri merupakan faktor yang dapat menghambat terjadinya
perilaku food waste di
pesta pernikahan. Ketidakpastian waktu menunggu dalam antrian
mengambil makanan di pesta pernikahan mungkin saja membuat individu akhirnya
keluar dari antrian dan melakukan kegiatan lain. |
Diskusi |
· Sikap terhadap perilaku food waste, norma subjektif, kontrol
perilaku yang dipersepsikan dapat cukup menggambarkan antesenden dari
perilaku food waste di pesta
pernikahan. Adapun individu menilai bahwa sifat rakus dan mubazir merupakan
faktor sikap yang paling menonjol terhadap perilaku food waste. Di samping itu, partisipan menyatakan perempuan lain
seperti ibu-ibu dan anak kecil merupakan kelompok yang paling mungkin
membuang makanan di
pesta pernikahan dan bisa jadi memberikan pengaruh sebagai sebuah norma subjektif. Sedangkan kontrol
perilaku yang dipersepsikan
memunculkan kondisi mengantri sebagai kondisi yang dapat menghambat
perilaku food waste di pesta pernikahan. · Hasil analisis ini kedepannya akan dijadikan acuan untuk
membuat alat ukur kuantitatif dalam
bentuk survey dengan konstruk theory of
planned behavior. · Studi ini dapat menjadi studi awal dari proses pembuatan
program intervensi dalam mengurangi perilaku food waste di pesta
pernikahan. · Studi ini juga tidak lepas dari
adanya limitasi. Jumlah partisipan
yang relatif sedikit mungkin belum dapat memberikan gambaran yang representatif pada kelompok individu
yang sering hadir dalam pesta pernikahan. Partisipan dengan
rentang karakteristik yang lebih beragam dapat menjadi masukan untuk studi
selanjutnya. Selain itu, kondisi 4 pesta pernikahan dalam studi
ini tidak benar-benar sama persis dan
terkontrol. Oleh karena itu, riset selanjutnya dapat memilih kondisi
pernikahan yang relatif serupa. |
This blog was… how do you say it? Relevant!! Finally I’ve found something which helped me. Appreciate it!
BalasHapusI really like reading through a post that can make men and women think. Also, thank you for allowing me to comment!
BalasHapus